Apa Yang Terjadi?

191 6 0
                                    

Cahya terbangun seperti orang linglung.

Apa yang terjadi, apakah semua hanya mimpi, ataukah halusinasi? Cahya tak bisa memastikan karena semua terasa begitu membingungkan.

Entah bagaimana, ia tidak bisa mengingat apa pun setelah merasakan sakit yang luar biasa menghantam bagian dadanya.

Cahya ingat, semalam ia masuk ke bilik cinta bersama suaminya. Tujuannya sudah tentu melakukan ritual intim yang lumrah dilakukan pasangan suami istri.

Cahya pun mendapati seluruh pakaiannya kini berantakan di atas lantai. 

Tubuhnya polos di balik selimut hitam. Namun, tidak ada rasa sakit di bawah sana sebagaimana yang sempat ia bayangkan akan dirasakan oleh semua wanita yang masih per*wan. Rasa sakit itu, semua justru hanya berpusat pada bagian dadanya.

Ya, rasanya ngilu sekali sampai tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Dan yang mengejutkan, Cahya menemukan lingkaran kemerahan di kedua puncak bukitnya. Serupa memar yang diperoleh dari gigitan yang terlalu kuat.

Cahya meringis kesakitan. Bahkan kedua matanya sampai berkaca-kaca. 

Astaga, apa yang sudah dilakukan Enggal hingga kondisinya sampai seburuk itu? 

"Mas?" Teringat akan pelakunya, tatapan Cahya mengedar nanar ke sekeliling ruangan. 

Enggal sudah tak kelihatan batang hidungnya. Ke mana laki-laki itu pergi?

Cahya melihat jam di dinding dan lebih terkaget lagi menemukan kini waktu telah menunjukkan angka 10.00 menjelang siang.

Pantas saja, Enggal sudah tidak lagi ada di sana. 

Tetapi mengapa, kejadian yang ia alami hampir mirip dengan semua kakak madunya?

Mereka semua pasti akan bangun kelewat siang setiap kali usai mendapat giliran melayani Enggal. 

Selain itu, mereka juga akan keluar dalam kondisi pucat pasi. Seolah baru saja kehilangan banyak darah.

Begitu turun ke lantai dua dan hendak masuk ke dalam kamar, Cahya dikejutkan dengan panggilan Hilda yang menghentikan langkahnya.

"Cahya, kamu baik-baik saja?" 

"Mbak, kok, di rumah?" tanya Cahya lemah, sementara kedua tangannya masih terlihat berusaha memegangi bagian dadanya yang terasa nyut-nyutan.

"Mas Enggal memintaku tinggal di rumah, karena mungkin kamu membutuhkan bantuan. Apa kamu baik-baik saja?"

Sebelum menjawabnya, tubuh Cahya lebih dulu tergolek tak sadarkan diri dan membuat Hilda memekik histeris memanggil Bu Darmi.

Tubuh lemah Cahya dipapah ke kamarnya oleh kakak madu dan pembantunya itu, kemudian dibaringkan ke atas ranjang.

"Neng Cahya kenapa, Bu?"

"Sepertinya kecapaian saja. Bisa tolong buatin teh hangat sekalian bawain air anget buat kompres?"

Tanpa menjawab, Bu Darmi hanya mengangguk lalu berjalan keluar untuk melaksanakan perintah sang majikan.

Selang tak berapa lama, Cahya kembali sadar dan menatap nanar ke arah kakak madunya yang setia menjaganya selama tak sadar, lalu Cahya menggamit tangan Hilda.

"Apa yang terjadi sama saya, Mbak?" tanya Cahya lemah. Bahkan Hilda bisa merasakan tangan adik madunya itu juga sangat dingin dan juga bergemetar.

"Kamu pingsan, tadi." Hilda mengusap tangan Cahya sembari mengulas senyum. "Itu wajar karena kamu baru pertama kali merasakannya. Pasti sangat sakit, bukan?"

Istri-Istri yang DikorbankanWhere stories live. Discover now