"Bukan masalah itu ko." Lirih Nete.

"Lalu masalah apa?"

"Nete terharu, karena masih ada orang yang mau memperlakukan Nete seperti ini."

Lagi-lagi orangtuanya Nathan heran, bukankah orangtuanya Nete selalu memanjakannya. Kenapa Nete seperti bukan Nete seperti biasannya.

"Yaudah, sekarang kamu istirahat ya?" Serena menyelimuti Nete, lalu keduanya pergi dari kamar.

Nete menyibakkan selimutnya, ia berjalan menuju cermin untuk melihat wajah barunya. Saat Nete melihat wajahnya di cermin matanya langsung membulat, ia sungguh terpesona dengan wajah figuran buatan dirinya. "OMOOOOO GUE CANTIK BANGET." Serunya histeris.

"Di dunia asli, wajah gue burik karena terkena matahari terus. Boro-boro beli skincare, mau jajan aja susah karena uangnya diambil Bibi dan paman hasil dari karya gue."

"Kenapa gue masuk di raga figuran? Kenapa ga di raga protagonis aja, biar hidup gue bahagia. Dan lagi sejak kapan protagonis pria mempunyai tunangan? Gue yang bikin novel, jadi gue tau ceritanya bukan seperti ini." Monolognya.

"Kecuali, ada orang yang plagiat cerita gue. Terus ceritanya diubah sedikit, dan gue masuk kedalam novel si plagiat itu. Iya bisa jadi seperti itu. Terus gue harus gimana? Apa disini ga ada sistem yang ngasih tahu gue gitu, kaya cerita-cerita transmigrasi lainya. Huh atau gue tulis aja keseluruhan cerita yang gue ingat? Tapi untuk apa, gue aja figuran bukan protagonis atau antagonis." Nete mulai berfikir langkah apa yang harus dirinya ambil, dan bagaimana baiknya agar hidupnya tetap tenang.

"Oke, gue putuskan. Gue bakal ikutin alurnya, tapi gue ga bakal ikut campur masalah cinta segiempat itu. Gue akan menjadi diri gue sendiri dan menikmati hidup dengan kekayaan yang tidak akan habis. Lumayan juga jadi tunangan protagonis, gue bisa nikmatin kekayaannya. Tapi, kira-kira orangtua asli Nete dimana ya? Apa mereka juga sama seperti orang tua gue yang membuang gue? Makanya mereka menitipkan gue dirumah protagonis." Nete berjalan kearah jendela yang memperlihatkan keindahan dunia ini, ia sedang berfikir tentang dunia aslinya. Dirinya tahu bahwa ia dititipkan dirumah ini dari ingatan tubuh asli, tapi kenapa semuanya samar-samar.

"Kira-kira bibi sama paman sedih ga ya lihat gue udah meninggal? Atau mereka malah senang, karena beban mereka berkurang dengan perginya gue. Dan gue sendiri, haruskah gue bersyukur karena jauh dari bibi dan paman yang memperlakukan gue tidak baik atau malah ini musibah buat gue. Dan sebenarnya, dimana Nete yang asli?" Nete yang merasa sangat mengantuk pun berjalan kearah kasur lalau merebahkan dirinya, ia tertidur pulas.

******
Malam harinya, keluarga Robertson dan Nete sedang makan malam bersama. Nete tidak bisa berbohong ia sangat tergiur dengan makanan yang tersaji dimeja makan, jika disini tidak ada Serena dan Xavier mungkin ia akan makan dengan caranya sendiri tanpa harus jaim. Jujur dirinya agak susah menggunakan sumpit, bahkan sedari tadi makanan yang ia ambil jatuh terus membuat dirinya kesal sendiri.

Serena yang melihat itu tertawa gemas. "Nete, jika kamu tidak nyaman menggunakan sumpit. Kamu boleh makan senyaman nya kamu saja, tidak perlu memikirkan kami Sayang." Ucap Serena lembut.

"Beneran Tante?" Tanyanya antusias.

"Iya dong, dan mulai sekarang kamu harus biasakan panggil Tante Bunda ya Nete?"

"Siap tan- eh Bunda maksudnya." Nete cengengesan sendiri, membuat Serena Sangat gemas dengan calon mantunya. Nete yang sudah mendapatkan ijin pun, dengan tidak tahu malunya ia menggunakan tangannya untuk makan. Membuat pasangan itu melongo melihatnya, sedangkan Nathan menatap Nete jijik dan datar. Tapi Nete tidak peduli, ini hidupnya jadi ia ingin menjadi dirinya sendiri tanpa harus berpura-pura menjadi Nete asli. Di kehidupan pertamanya juga ia makan seperti ini, mungkin karena sudah terbiasa jadi kebawa ke dunia ini.

Eeeuuuu

Nete bersendawa keras. "Eh maaf, Nete ga sengaja." Ucapnya tidak enak, dirinya sungguh merasa malu bahkan wajahnya memerah. Nete lupa disini dunianya orang kaya, dirinya seperti ini pasti sangat memalukan. Ingatkan dirinya untuk belajar menjadi anggun nanti dan sedikit menghilangkan sifat jelek di dunia pertamanya.

"Tidak apa-apa Nete, Bunda senang ko lihat kamu yang apa adanya. Tidak seperti perempuan lainnya, sangat jaim." Cibir Serena menatap anaknya, Nathan yang merasa tersindir Hanya mendengus tidak suka.

"Iya Bun-bunda, Nete pastikan lain kali ga akan kaya gini lagi." Cicit Nete tersenyum malu, bahkan wajahnya bertambah merah.

"Mari makan lagi Bunda." Ujar Nete dengan suara semangat tapi sangat pelan, membuat Serena tertawa gemas dengan calon menantunya. (Sudah author ganti ya guys). ☺️

"Iihh Nete, Bunda gemas banget sama kamu. Kamu cepat nikah aja ya sama Nathan? Biar kamu jadi anak Bunda beneran, kalo nikahnya lama. Bunda takut dan engga rela kalo kamu keburu diembat cowok lain." Nete yang mendengar tentang pernikahan mengerjapkan matanya kaget.

Dirinya saja baru masuk novel, masa langsung nikah? Big noooo- pikirnya.

Bersambung...

|F M T P|
Sabtu, 02 Maret 2024
_nmh_

Figuran Menjadi Tunangan Protagonis Where stories live. Discover now