Chapter thirty five ~~

Start from the beginning
                                    

"Help me brother.."

'Padahal tadi seru kalo dilanjutin' batin Rigal sebelum beranjak dan bergerak cepat menggendong Alvin. Si empu terkejut namun setelahnya tersenyum lebar.

Dibelakangnya Rui menatap Alvin sambil berdecak. "Si babi ini" desisnya jengkel.

Tuan muda Wei dan teman-temannya yang merasa diacuhkan menatap Rigal marah. Berani sekali pemuda rendahan menganggu bos nya yang tengah berusaha membawa Alvin.

"Turunin si cupu itu. Atau lo bakal dikeluarin dari sini!" Gertaknya marah.

Alvin yang berada digendongan koala Rigal, segera mendongak menatap Rigal. "Kabur aja bang" bisiknya.

Rigal diam tak menjawab. Tatapannya mengarah pada 6 pemuda yang menganggu nya, juga Alvin.

Tuan muda Wei ini, selain mengandalkan nama keluarga, juga selalu berlindung dibalik punggung kokoh teman-temannya.

"Cepet turunin! kalo nggak, bos bakal keluarin lo dari sekolah!"

Alvin menggeleng keras. "Ayo kabur bang.. ayo cepet" desaknya panik.

Rigal terdiam, lalu segera mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

"Selamat siang tuan muda.Ada yang bisa keluarga Wei bantu?"

Suara pria paruh baya sesaat panggilan Rigal diangkat.

"Putramu" Desisnya dingin sebelum melempar ponselnya ke arah wajah tuan muda Wei.

Tuan muda Wei dengan marah menangkap ponsel itu. Meski marah, melihat kontak nama 'Wei' ia segera menempelkan layarnya ke telinga.

"Halo"

"Luoi! Apa yang kau lakukan pada tuan muda, ha?!"

Luoi menatap ngeri ponsel Rigal yang sekarang tengah dipegangnya. Disebrang sana, suara ayahnya terdengar sangat marah, padahal ia merasa tidak melakukan apapun yang membuat pria itu marah.

Dan lagi.. kenapa pemuda itu mempunyai nomor ayahnya? Wei adalah keluarga yang sangat menjaga privasi, jadi mustahil ketika Rigal mempunyai nomor ayahnya.

Tapi.. apa ini?

"Luoi tidak melakukan apapun, ayah" ujar Luoi dengan tenang.

"Lalu mengapa tuan muda sampai menelepon ku brengsek! Dengar Luoi.. jangan pernah mencari masalah dengan tuan muda jika tidak ingin jatuh miskin!"

Ucapan ayahnya terdengar sangat horor ditelinga. Matanya lalu menatap Rigal yang tengah menatapnya dingin penuh peringatan.

Lalu kembali menatap ponselnya.

"Maafkan aku ayah"

"Ya. Sekarang serahkan kembali ponsel tuan muda. Dan pergilah sejauh mungkin dari hadapannya setelah meminta maaf" titah kepala keluarga Wei segera diangguki Luoi.

Luoi pun menyerahkan kembali ponselnya ke Rigal. "Maafkan saya tuan muda" Luoi membungkuk lalu menyeret teman-temannya yang masih terpaku syok, meninggalkan kantin.

Beberapa siswa-siswi yang tadinya menonton pun seketika melongo tak percaya melihat itu.

'Bahkan keluarga Wei aja tunduk dibawah kaki Rigal?! siapa sebenarnya Rigal itu?!' Batin Alfanaz yang sedari tadi juga melihat. Dia penasaran, bagaimana jika orang yang sangat berpengaruh itu masuk ke dalam geng nya.

Rigal yang masih menggendong Alvin segera menatapnya. "Lakuin apa yang mau lo lakuin, dibelakang lo ada gue" bisik Rigal sambil mengelus kepala Alvin.

Alvin menatap Rigal berkaca-kaca. "Hiks.. huee!.. m-makasih hiks.. makasih.. hiks" Alvin memeluk Rigal erat seraya menangis sesenggukan.

RigalaWhere stories live. Discover now