23

12.4K 1.4K 81
                                    


Pagi ini keadaan Travis sudah agak mendingan, itu karena Abian yang selalu memantau dan memperhatikan kondisinya, yang diperlukan sekarang hanya perlu istirahat yang cukup dan setelahnya akan sembuh.

Travis merasa sangat senang di rawat oleh Abian, ia merasakan perasaan sosok ibu yang ada di raga Abian yang sangat menyayangi anaknya, biasanya jika ia sakit dia hanya akan di rawat oleh maid dan itu sangat berbeda dengan Abian, jika bisa, bolehkah Daddynya itu menikahi Abian saja.

Sekarang di kamarnya Travis di temani adiknya, Aciel. Entah apa yang dilakukan anak itu, ia nampaknya sedang bermain-main stiker.

Stiker itu dia dapatkan dari Frederic, entah dari mana Frederic mendapatkan itu.

Di wajah rupawan, rambut, baju dan bahkan sprei Travis sudah penuh dengan stiker lucu, dan tersangka utamanya adalah bocil kita ini.

Travis hanya bisa menghela nafas pasrah, yang penting adiknya yang lucu itu senang.

" Kaka Tlavis dimana olang-olang lambut putih lainnya? Kenapa tidak ada disini?" Tanya Aciel yang mendudukkan dirinya di atas perut berbentuk milik Travis.

" Hm? Siapa yang kau maksud Ciel? " Balas tanya Travis sedikit heran.

" Om Lesvan bilang di lumahnya banyak olang lambut putihh." Jawab Aciel cemberut dan membaringkan dirinya di atas dada bidang Travis.

Travis nampak berpikir sejenak, dan yah sekarang ia tahu siapa yang dimaksud Ayahnya itu, pantas saja kemarin beliau berkata hubungi Kyroz. Jadi yang ingin bertemu dengan mereka itu adiknya ini? Wah ini tidak bisa dibiarkan, Aciel adalah miliknya tidak boleh dimonopoli oleh keluarganya yang lain!

" Mereka belum sampai, masih diperjalanan."  Ucap Travis sambil mengelus surai lembut adiknya.

" Ohh begitu ya?" Tanya Aciel masih dengan posisi berbaring tapi tangannya sibuk memindahkan stiker yang ada di sprei ke bantal yang empuk.

" Iya. Ngomong-ngomong, Aciel jangan panggil Om Rezvan dengan sebutan Om."

Mendengar ungkapan itu Aciel menegakkan dirinya dan bertanya

" Kenapa jangan kaka? Kalau tidak boleh telus panggil apa dong? " Bingung Aciel seraya memiringkan kepalanya.

Travis terkekeh dan bangkit dari acara tidurannya dan menangkup wajah bulat itu gemas.

" Ciel bisa panggil Om Rezvan Daddy."

" Da-ddy??" Celetuk Aciel polos lalu menatap wajah penuh stiker Travis.

Travis mengangguk membenarkan.

" Tidak apa-apa? Nanti Omnya malah."

Travis tertawa lalu memeluk tubuh kecil itu erat.

" Tidak akan, percaya padaku. Justru Omnya akan senang." Bujuk Travis sambil menghirup aroma bayi yang menguar dari leher putih Aciel.

" Baiklah Ciel mau cobaa." Antusias Aciel ikut memeluk tubuh besar Travis walaupun tangan pendeknya tak sampai.

" Oh iyya, kaka.. Ciel masih punya hutang ke kak Tlaviss, nanti Ciel minta uang ke Papa." Pekik Aciel sembari melonggarkan pelukan mereka.

Travis menggeleng pelan, ternyata bocah ini masih ingat. Padahal itu sudah lama sekali.

" Ciel masih ingat? Itu sudah lama sekali." Ujar Travis, dengan gemas dia mengecupi pipi chubby itu beberapa kali sampai si empu pipi tertawa geli.

" Tapi kakak mau yang lain selain uang." Ungkap Travis menatap mata polos milik adiknya.

Aciel balik menatap lalu memiringkan kepalanya bingung, tidak mau uang? Pikirnya.

" Jadi kaka tidak mau uang? Telus kalau bukan uang apa?"

AMETHYST BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang