¹⁰

13.9K 1.1K 47
                                    

Keesokan paginya Abian telah siap untuk bekerja, segala urusan rumah sudah ia kerjakan karena tidak dapat tidur. Ia juga mewanti-wanti dirinya untuk tidak melupakan sesuatu seperti kemarin, ia tidak mau merepotkan anaknya lagi.

Abian berniat menitipkan anaknya ke tempat dimana Teo mengajar, anaknya itu pasti merasa bosan di rumah tanpa ada yang menemani. Setidaknya di sana dapat mengobati rasa kesepian Aciel.

Juga ia sepertinya pulang lambat hari ini, ada acara di kantor jadi sepertinya ia harus bekerja ekstra dibanding hari biasanya.

Ia pun beranjak untuk membangunkan dan mempersiapkan anaknya, setelah itu menyiapkan barang yang anaknya butuhkan nanti seperti Mimmi, bekal, tisu, diaper, lotion anti nyamuk, dan cemilan sehat. Itu semua muat di dalam tas gendong kecil Aciel.

Soal diaper, Abian memakaikannya pada Aciel kalau sedang keluar rumah atau dalam perjalanan jauh. Itu tidak akan menyulitkannya bila Aciel tiba-tiba ingin ke toilet, apalagi jika tidak ada toilet disekitar mereka. Karena itulah dia menyetok beberapa diaper di tas anaknya.

Outfit yang dipakai Aciel sekarang yaitu sweater hangat berwarna kuning pastel ditengahnya berbordir bebek lucu dikombinasikan celana putih pendek selutut, dengan sepatu yang terlihat pas di kaki kecilnya. Jangan lupakan rambut yang di ikat sedikit seperti tungkai apel semakin membuatnya semakin imut dan menggemaskan.

Abian sendiri memakai kemeja biru yang sudah agak memudar dengan celana panjang berwarna hitam, dan sepatu lusuh akibat terlalu sering dipakai. Tapi ia tetap  terlihat rapi dan menawan terlepas dari apa yang dikenakannya.

Walaupun harga barang yang dipakainya murah tapi kualitas nya bisa membuat nyaman, itu sudah lebih dari cukup. Abian merasa bersyukur akan hal itu, anaknya menyukainya.

Abian menatap anaknya dari atas kebawah lalu tersenyum hangat

" Sudah Selesai, anak Papa sudah tampan dan harum."

" Hihihi Papa juga sudah cantikk" puji Aciel pada Abian yang berlutut menyamai tingginya.

Abian yang mendengarnya tertawa tanpa suara, lalu menggerakkan tangannya membuat isyarat.

" Terimakasih pujiannya sayang, Ayo kita sarapan sekarang"

" Ayoo Papaa Ciel sudah lapall"

Sarapan pagi itu diramaikan oleh celotehan Aciel yang menambah keceriaan suasana rumah yang sudah hangat.

Nah sekarang mereka sudah siap, tinggal berjalan sebentar dan mereka akan sampai ke tempat Teo mengajar.

Abian menggenggam tangan kecil Aciel, sesekali Aciel mengayun-ayunkan genggaman mereka seraya melompat-lompat kecil membuat kunciran rambutnya ikut bergerak seirama dan tertawa setelahnya, ah lucu sekalii.

Sepanjang perjalanan tercium lembut wangi bayi dan buah-buahan sampai membuat orang-orang memperhatikan mereka berdua, entah apa yang Abian dan Aciel gunakan, yang jelas dapat membuat orang disekitar mereka nyaman. Padahal mereka cuma melakukan seperti yang biasa orang lain lakukan.

Perjalanan itu di isi dengan pertanyaan random Aciel seperti,

" Papa kenapa Ciel pendek? Semuanya tellihat tinggi" Sambil mendongak menatap Papanya yang tinggi baginya.

" Papa ibu itu kenapa pelutnya besal sekalii? Apa kalena makannya banyak?" Tanyanya ketika melihat wanita yang sedang hamil tua.

" Papa apa Ciel bisa telbang sepelti bulung? " Tanyanya lagi saat burung kecil terbang menuju dahan pohon.

"Papa.. "

"Papa...."

Dan masih banyak Papa yang lainnya, Abian yang ditanya hanya bisa tersenyum maklum karena jiwa kepo anaknya yang melonjak, tapi ia tetap sabar menjawab pertanyaan sebisanya dengan isyarat, tangannya tak henti menjelaskan. Beberapa pejalan kaki tertawa gemas mendengar nada celotehan Aciel yang terdengar lucu di telinga mereka.

Perjalanan singkat itu pun berakhir ketika bangunan kecil terlihat di hadapan mereka, banyak anak-anak yang sedang bermain di sana ada juga yang kejar kejaran dan melakukan hal lainnya sebelum masuk untuk belajar, tawa anak kecil disana memberikan energi positif bagi siapapun yang mendengarnya.

Teo ada di sana, tepatnya di sebelah gerbang setinggi pundaknya yang terbuka lebar sedang menyambut anak-anak yang baru datang dengan senyum ramahnya.

" Om Teoo~ Ciel datangg " seru Aciel senang melambaikan tangannya di udara.

Mendengar namanya di sebut Teo meliarkan matanya mencari keberadaan suara yang familiar di telinganya, ya tidak salah lagi itu pasti Aciel.

Dan benar saja Ciel sekarang berada tak jauh di depan sana, ia melambai membalas Aciel dan memanggilnya untuk mendekat.

Abian dan Aciel mendekat, dan di sambut senang oleh Teo.

" Selamat pagi Om Teo! "

" Selamat pagi Ciel, Bian. Tumben datang kesini, ada apa?"

" Selamat pagi juga Teo, begini bolehkah aku meminta bantuanmu Teo?  " Isyarat Abian dengan tangannya.

"" Ya tentu saja boleh Bian, aku dengan senang hati membantumu sebisaku."  Jawabnya antusias, dia jadi bisa bersenang-senang dengan Ciel imutnya.

"  Aku ingin menitipkan anakku di sini, sepertinya aku akan pulang lebih lambat dari biasanya. Aku khawatir Aciel menunggu lama sendiri di rumah. " 

"Oh begitukah? Kau tenang saja, aku akan menjaganya untukmu Bian, lagipula aku senang bisa bermain dengan Aciel seharian! Hehe." Ujar Teo mantap dengan cengiran menampilkan cekungan tipis di pipi putihnya.

" Terimakasih Teo, aku bisa bekerja dengan tenang berkatmu."  Abian lega sekarang, Acielnya aman dengan Teo.

Abian menunduk menyamai tinggi Aciel, ia menggerakkan tangannya memberi anaknya beberapa wejangan.

"Sayang semua perlengkapan Ciel ada di tas, kalau sedang butuh sesuatu cari disini ya.Abian menepuk-nepuk pelan tas yang di gendong Ciel, untuk menegaskan isyaratnya.

" Kalau popoknya sudah penuh Ciel bisa ganti sendiri kan? Jika kesulitan minta bantuan Om Teo, paham nak? " Lanjutnya lagi, tangannya berpindah menepuk pelan bokong empuk Aciel yang terbalut diaper.

" Ingat anak Papa tidak boleh nakal, harus jadi anak baik. Dengar kata Om Teo, oke? " Aciel mengangguk paham dengan isyarat-isyarat itu, terkadang ia terkekeh geli melihat wajah serius Papanya yang terlihat lucu di matanya.

Teo yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka ikut menahan tawa karena gemas.

" Ciel paham Papa, tidak pellu khwatill. Ciel kan anak pintal hihihi."

Abian menghela nafas dan tersenyum mendengar seruan anaknya. Ia melirik jam di tangannya, sebentar lagi busnya datang.

" Baiklah kalau begitu, Teo aku harus pergi sekarang. Aku titip Ciel ya. "

" Iyya hati-hati di jalan Bian"

Abian mengangguk, sebelum beranjak dari tempatnya ia menyempatkan memberikan beberapa kecupan sayang di bagian wajah Aciel, bibir pun tak luput dari kecupannya.

Aciel yang jadi objek serangan ciuman dari Papanya hanya bisa terkekeh karena kegelian, namun ia tak keberatan. Apapun dari Papanya ia menyukainya.

Abian pun berlalu menuju halte bus setelah berpamitan dengan keduanya.

"Ayo masuk, temani Om mengajar adik-adik. Ciel bisa bermain dengan mereka saat istirahat nanti." Teo berujar sambil menggandeng tangan kecil milik Aciel

" Eum ayo mengajal adik-adikk!. " Seru Aciel semangat dengan binar-binar di sekitarnya.

" Hahaha lucu sekali. " Teo gemas sekali dengan anak imut ini.

Mereka pun masuk bersama setelah Teo memastikan tidak ada anak yang tertinggal dan menutup gerbang Taman kanak-kanak.

TO BE CONTINUE
150124





AMETHYST BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang