Tatto

753 45 15
                                    

Setelah keadaan Ervan dinyatakan melewati masa kritis, akhirnya Pamela dan Raden pun berpamitan untuk segera pergi ke kampus karena ada keperluan penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah keadaan Ervan dinyatakan melewati masa kritis, akhirnya Pamela dan Raden pun berpamitan untuk segera pergi ke kampus karena ada keperluan penting.

Pamela yang merasa bersalah kini lebih banyak terdiam dan Raden merasakan hal itu, entahlah, Pamela yang banyak diam malah semakin membuatnya resah. Jujur saja, ia ... khawatir.

"Mel?"

Raden mencoba memanggil Pamela yang menatap ke arah jalanan dengan pandangan kosong, kini mereka berada diperjalanan menuju kampus.

Namun, tetap tidak ada sahutan. Pamela masih menatap ke arah jalan. Padahal biasanya gadis itu selalu saja membuka mulutnya untuk membicarakan hal yang tidak penting.

"Pamela?!"

Tin!

Tin!

Bukan hanya Pamela yang terkejut, tetapi Raden pun ikut terkejut karena ternyata lampu rambu lalu lintas yang awalnya merah kini sudah berubah hijau.

Namun, tetap saja. Pamela memilih diam dan menatap keluar jendela.

Akhirnya Raden mengemudikan mobil menuju kampus tanpa mendengar suara Pamela sama sekali, lelaki itu bahkan terus melirik sang gadis yang masih asyik dengan pikirannya sendiri.

Beberapa menit telah berlalu, hingga akhirnya mobil Raden terparkir di pelataran kampus. Namun, Pamela masih tetap terdiam.

"Mel?"

"PAMELA!"

Terkejut mendengar teriakan Raden, Pamela yang tengah menatap jendela itu bergegas memalingkan wajahnya dan menatap Raden.

Bagai suatu dejavu, Raden seperti pernah melihat kejadian ini.

Di dalam ingatannya kini, ia melihat seorang gadis kecil yang sedang melamun di tempat yang tidak Raden ketahui, saat ia memanggilnya, gadis kecil itu menoleh dengan pandangan bertanya, tetapi tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Raden hanya bisa melihat matanya yang terlihat sembab dan sedih.

Mata itu ... Raden merasa tidak asing menatap mata gadis kecil itu.

Raden mengernyit saat otaknya mengingat beberapa potongan ingatan yang tidak ia ketahui sama sekali.

Telinganya tiba-tiba berdenging dan kepalanya terasa cukup sakit.

"Raden, whats wrong? Are you okay?"

Pamela terlihat khawatir, ia mengusap peluh yang ada di pelipis Raden. Wajah lelaki itu memucat, entah karena apa. "Hey! Raden!"

"Harusnya gue yang nanya gitu, Mel," jawab Raden serak, lelaki itu kini memijat keningnya pelan. "Lo kenapa? Ngerasa bersalah karena omongan Sherina? Gak usah terlalu dipikirin, dia kalau lagi down emang suka nyalahin orang lain, Mel."

RoommateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang