chapter 49 : reasons

5.5K 297 143
                                    

“Kritik tidak pernah mengubah siapa kita, tapi bagaimana kita menghadapinya, bisa membuat perbedaan

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

“Kritik tidak pernah mengubah siapa kita, tapi bagaimana kita menghadapinya, bisa membuat perbedaan.”

༺❀༻

SUASANA di basecamp menjadi tegang setelah terjadi kesalahpahaman antara Alaric dan Milan. Mereka duduk berhadapan, dengan inti Salvador, bertindak sebagai penengah. Tatapan tajam Alaric tidak berubah sejak tadi, membuat sisi matanya memerah, sementara Milan tetap tenang.

"Jadi, Al, kenapa lo bisa semarah itu sama Bos?" tanya Kenji.

"Karena Eloisa hamil," jawab Alaric langsung.

"Eloisa? Cewek di tempat billiard yang dikelola Asta?" tanya Nevan, mengerutkan kening.

"Iya, dia sepupu Alaric." Kareel menjawab, yang mengetahui informasi itu lebih dulu.

Milan mendesis kecil. "Gue cuma sekali tidur sama sepupu lo, dan itu pun pakai pengaman. Gue gak seceroboh itu, Al," ujarnya menegaskan.

Rahang Alaric menegang, menolak tudingan Milan yang tampaknya menyalahkan Eloisa. "Eloisa sendiri yang bilang ke gue. Gue percaya dia, karena dia gak pernah bohong sama sekali sejak kita kecil," ucap Alaric.

"Manusia gak tetap, jadi ketika dia frustasi akan sesuatu, dia berubah menjadi lebih serakah." Milan menjeda. "Begitupun dengan Eloisa, dia yang sekarang belum tentu sama dengan dia di masa kecil kalian," lanjutnya.

Alaric memalingkan wajah dengan ekspresi muak. Matanya berkerut, dan bibirnya mengeras menahan kekesalan.

"Eloisa punya pacar, namanya Kevin. Beberapa kali kedapatan ada di Billiard Asta. Lo kenal Kevin?" tanya Kareel yang mendapat gelengan dari Alaric.

Kareel mengeluarkan beberapa foto di atas meja. "Ini Kevin. Mahasiswa semester 2 di Universitas Unggul Prima. Dan info yang gue dapat dari Mahasiswi di sana, Kevin dan Eloisa udah pacaran selama dua Tahun lebih."

"Jadi, itu berarti waktu itu Eloisa selingkuh sama Bos?" tanya Asael, sebelum langsung disenggol oleh Kenji. "Kelepasan," ujar Asael pelan.

"Lo bisa pastiin itu ke Eloisa kalau lo gak percaya kita," ucap Kareel lagi.

Alaric tak bergeming dari tempatnya, kepalanya penuh dengan banyak pertanyaan. Tak lama kemudian, pintu ruangan rapat terbuka, Nevan hendak memarahi siapapun yang masuk tanpa izin, namun urung saat melihat Abin memaksa masuk bersama Samuel. Milan maupun Alaric mengalihkan pandangan ke arah kedua orang tersebut.

"Samuel," ujar Abin sambil mendorong tubuh Samuel mendekat pada Milan, "gue bawa dia ke sini, sesuai janji."

"Anjing," desis Samuel karena hampir menabrak meja di depannya.

MILAN [TELAH TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora