02. Diuntit orang asing

7 1 0
                                    

Happy reading!!!




Sepanjang perjalanan, Anin merasa ada yang mengikutinya. Bukannya kepedean atau bagaimana meskipun jalanan cukup ramai, tapi pengendara yang dibelakangnya sedari lampu merah yang berada di dekat apartemen om-nya itu terus dibelakangnya hingga ia sampai rumah. Jika bukan penguntit, lantas mengapa setelah sampai rumahnya pengendara itu putar balik arah?

Cewek itu masih setia berdiri di depan gerbang rumahnya, memikirkan siapa gerangan orang yang mengikutinya itu. "Siapa ya, yang ngikutin gue?" gumannya.

Tanpa ia sadari ibunya tengah berdiri di depan pintu rumah sembari menatap keheranan putri bungsunya itu, "kamu ngapain, dek? Kok berdiri di situ aja, nggak langsung masuk. Buruan masuk, udah hampir Maghrib sayang." titah Rani, Bunda Anin.

Cewek itu menoleh, sempat terjangkit karena kaget, "Eh-iya Bun," berjalan mendekati Bundanya, lalu mencium telapak tangan sang Bunda.

"Ayah udah pulang belum, Bun?"

"Udah, lagi bersih-bersih. Sana gih, kamu juga bersih-bersih dulu, abis itu sholat magrib terus turun ke bawah buat makan malam. Kamu kok pulangnya sampe jam segini, sih?"

"Mampir ke apartemen om adi dulu, Bun. Anin mandi dulu ya Bun." Sebelum benar-benar berlalu cewek itu menyempatkan diri mengecup pipi bundanya dan berlari secepat kilat menuju kamarnya.

Rani menggelengkan kepalanya heran, padahal dirinya kalem loh, kok anaknya bisa kaya begitu? Nurun bapaknya kalo ini mah.

°°°

Seletah selesai menunaikan ibadah sholat magrib Anin langsung turun ke lantai bawah untuk makan malam bersama. Sekaligus menceritakan apa yang dialami oleh dirinya baru saja.

Dia memang merupakan orang yang apa-apa harus bercerita agar tidak menjadi beban dipikirkannya. Sebab jika ia tidak bercerita dan menjadi beban pikiran maka akan menghambat segala aktivitasnya.

"Yah, Bun. Tadi itu kan, aku sepulang dari sekolah mau mampir dulu ke apartemen om adi, nah sepulang dari sana tuh kaya ada yang ngikutin aku gitu loh."

Ayahnya, Bramantyo atau lebih kerap disapa Rama itu menatap putrinya dengan raut khawatir, "Kamu nggak di apa-apain kan, sayang?" Anin menggelengkan kepalanya.

"Nggak sih, yah. Tapi ya nggak nyaman aja. Takut kalo orang itu punya niat jahat sama keluarga kita." Cewek itu mengutarakan isi pikirannya yang berkecamuk sedari di perjalanan pulang tadi. Awalnya dia juga tidak menyadari, tapi lama-kelamaan memang seperti mengikuti dirinya.

"Kamu nggak ada musuh'kan?" Cewek itu kembali menggeleng.

"Kayanya sih, enggak yah."

"Yaudah, nggak usah dipikirin lagi. Besok ayah pantau. Oh, atau kamu mau di antar sama bunda aja besok? bareng sama ayah juga boleh. Gimana?"

"Aku bawa motor sendiri lagi aja yah, lagian'kan pak Agus liburnya satu Minggu. Motornya nggak kepake. Terus juga, tiga hari kedepan kan aku ngampu mpls, takutnya waktu pulangnya maju mundur, males nunggu yah."

Rama mengangguk-anggukkan kepalanya, "Yasudah, asal tetep waspada."

"Iya ayah, siap."

Perbincangan sudah selesai, makan malampun sudah selesai sedari tadi. Waktu isya' telah tiba yang mana artinya mereka harus menunaikan ibadah sholat isya'.

"Udah adzan isya', ayo sholat dulu. Nanti di sambung lagi seletah sholat ya." tutur Rani mengingatkan.

Mereka sholat isya' berjamaah di mushola kecil yang tersedia di dalam rumah itu.

Keluarga yang impian.

Ternyata setelah sholat isya' mereka lanjutkan dengan tes bacaan Al-Qur'an. Sekaligus murojaah bersama.




°°°

Sekarang sudah pukul 23.30, tapi mata cewek itu tak kunjung tertutup. Kantuk belum juga mengunjunginya, padahal sebelum pulang sudah berencana akan langsung tidur atau tidur lebih awal. Nyatanya tidak sesuai angannya.

Mengatakan, tidak akan memikirkan memang mudah tapi nyatanya otak tak bisa diajak bekerja sama, sekuat apapun menolak memikirkan akan tetap kepikiran.

"Siapa ya yang ngikutin gue tadi?"

Jika dilihat dari postur tubuhnya walaupun tertutup oleh pakaiannya tetap bisa tertebak bahwa orang itu laki-laki.

Malam-malam begini memang waktunya overthinking, kebiasaan buruk yang memang sudah mendarah daging pada manusia penduduk bumi ini.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di otak cerdasnya, "aha, mending dengerin musik aja." Ujarnya sembari membuka ponsel dan membuka aplikasi berwarna hijau yang menyediakan banyak sekali musik.

Namun, saat hampir tertidur ada iklan podcast horor yang muncul sontak saja cewek itu membuka kembali matanya yang hampir tertutup. Matanya membola, astaga dirinya tidak berani tidur sendiri kalo begini.

Tanpa aba-aba gadis itu berlari keluar kamar membuat kegaduhan, definisi anak spesial memang.

TBC.

Purworejo, 24 Februari 2024




He's My Boyfriend (ON GOING)Where stories live. Discover now