Chapter 05.

39.2K 3.6K 67
                                    

Siang beranjak sore. Alera saat ini sedang berkeliling di sekitar hutan guna mencari tanaman obat untuk sang suami. Salah satu tangannya menggenggam buku yang ia ambil di perpustakaan sedangkan sebelahnya lagi memegang sebuah keranjang. Tentu saja buku yang ia pegang saat ini tentang tanaman obat, karena Alera sendiri tidak terlalu mengetahui mengenai hal-hal berbau medis.

Alera menatap ke sekeliling. Hutan ini terlihat asri dan menyegarkan. Tempat ini tidak rusak meski tempat ini sering terjamah oleh warga desa guna mencari bahan makanan serta obat-obatan. Sangat berbeda dengan hidupnya dulu yang tinggal di perkotaan, di mana sungai dan hutan sudah sangat sulit ditemukan, terlebih sejauh mata memandang hanya mendapati gedung-gedung pencakar langit.

Kembali tentang hutan ini, penyebab mudahnya hutan ini dijamah, dikarenakan letaknya yang ada di samping desa. Bahkan sedari tadi, Alera berhasil berpapasan dengan beberapa orang warga desa sehingga tak ayal, saling sapa pun terjadi.

Seperti saat ini, entah karena kesialan atau karena apa. Alera justru bertemu dengan wanita yang tempo hari menghinanya saat sedang mencari daun untuk mandi. Ya, istri pemimpin daerahnya.

"Wah, kita bertemu lagi, Alera. Bagaimana kabarmu?" sapa wanita itu. "Dan... Apa yang kau lakukan di sini," lanjutnya dengan pandangan penuh selidik menatap Alera.

Alera memaksakan senyum, berusaha memupuk sabar. Setelah tempo hari mendapat hinaan, Alera jadi sulit untuk berbicara kepada wanita yang ada di depannya. "Saya baik, Nyonya. Dan saat ini saya sedang mencari obat untuk suami saya. Dia sedang sakit," jelasnya.

"Begitu? Sakit apa suamimu?" tanya wanita bernama Lena itu.

"Ibu-ibu satu ini benar-benar memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi," batin Alera geram.

"Maaf, Nyonya. Saya tidak bisa memberi tahu anda karena saya rasa itu hal yang cukup pribadi," jelas Alera meski hati sudah dilimpahi rasa kesal.

"Pribadi katamu? Atau memang kau yang tidak mau memberitahukannya? Aku rasa suamimu terkena kutukan, itulah sebabnya kau tidak ingin mengungkapnya," ucap Lena dengan senyum mengejek.

"Cukup, Nyonya. Anda tidak bisa terus-terusan menjelek-jelekkan rakyat biasa seperti kami. Anda bahkan hanya menjadi istri seorang pemimpin desa yang bahkan belum mencapai gelar bangsawan." Sudah cukup, Alera muak. Ia berlalu meninggalkan wanita itu tanpa menghiraukan pekikan-pekikan kemarahan yang wanita itu lontarkan.

Mengenai pemimpin desa yang belum mendapat gelar bangsawan, itu memang benar. Karena di sini gelar bangsawan yang paling rendah adalah Baron dan baroness sedangkan kaisar adalah kasta tertinggi gelar bangsawan.

Perbedaan di antara mereka yaitu, pemimpin desa hanya memimpin sebuah desa, sedangkan Baron memimpin lebih dari satu desa. Umumnya, gelar Baron memimpin tiga hingga lima desa.

~o0o~

Hari semakin sore. Keranjang di tangan Alera sudah dipenuhi dengan tanaman obat-obatan. Perempuan itu melangkahkan kakinya keluar dari hutan. Sekarang, suasananya terasa lebih sepi. Ia tidak menemukan banyak orang, tidak seperti tadi siang.

Perjalanan terasa cukup singkat, hingga tak terasa, Alera telah memasuki pemukiman warga. Hanya butuh waktu beberapa menit untuk Alera tiba di rumah kecil tempat ia bersama anak dan suaminya berteduh.

Buku yang ia pegang, ia letakkan di dalam keranjang bersama tanaman obat. Setelahnya, ia mendorong pintu kayu rumah tersebut sehingga menghasilkan derit khas pintu tua.

"Ibu!" Pertama kali melangkah masuk, Alera di sambut dengan sapaan ceria anaknya. "Ibu kenapa lama sekali? Enzi sampai bosan di rumah," sambungnya.

Alera meletakkan keranjang itu di atas meja makan barulah ia menghampiri sang anak kemudian berjongkok seraya tersenyum. "Maaf ya. Ibu tadi kesulitan mencari tanaman obat untuk Ayah. Enzi mau Ayah sembuh dan bisa ajak Enzi main lagi 'kan?" Anak laki-laki berusia lima tahun itu menjawab dengan anggukkan. "Nah, maka dari itu, Ibu harus mencari banyak tanaman obat untuk Ayah," lanjutnya berusaha memberikan pengertian.

"Begitu ya, Bu. Baiklah! Ibu harus cari tanaman obat yang banyak biar Ayah sembuh!" seru Enzi.

Alera tersenyum seraya mengangguk. "Kamu sudah makan?" tanyanya pada sang anak.

Enzi menggeleng. "Belum."

"Kalau begitu. Ayo kita makan dulu!" ajak Alera. Wanita itu bangkit untuk menyiapkan makanan mereka. Sup dan kentang goreng yang ia buat tadi pagi masih ada, hanya perlu dipanaskan saja.

Setelah semuanya siap, Alera mengajak sang anak untuk makan terlebih dahulu. "Sini, biar ibu suapkan."

"Tidak mau! Aku mau makan bersama Ayah. Jadi Ibu suapkan Ayah saja, biar aku makan sendiri," tolak Enzi.

"Baiklah. Kalau begitu kita langsung temuin Ayah saja." tak menolak, Alera bersama Enzi berjalan menuju kamar.

Saat pertama kali membuka pintu kamar, terlihat Lendra yang terbaring lemah dengan tubuh menggigil. Sontak saja Alera membangunkan sang suami setelah meletakkan makanan di atas meja. "Lendra bangun. Kalau merasa kedinginan kita makan dulu. Agar cukup hangat."

Perlahan, kelopak mata milik pria berusia tiga puluh tahun itu terbuka, menampilkan netra hitam kelam senada dengan warna surai miliknya. "Alera..." lirih Lendra terdengar menyedihkan membuat Alera merasa iba.

"Ya, aku di sini. Ayo makan dulu," ucap Alera lembut.

"Iya, Ayah. Ayo kita makan bersama," sahut Enzi pula.

Lendra bangkit dan bersandar di dinding kamar. Alera dengan sigap menyampirkan selimut di kedua bahu suaminya. Setelah itu, ia meraih mangkuk sup. "Buka mulutnya!" titahnya.

Lendra lekas membuka mulutnya, menerima suapan demi suapan lembut yang Alera berikan. Rasanya sifat lembut milik Alera benar-benar kembali. Mata yang dulu menatapnya sinis sekarang justru menatapnya dengan tulus. "Sepertinya kamu benar-benar tulus. Aku akan membawamu Alera. Membawamu dan anak kita," batinnya.

Lendra turut memandang anak lucu yang telah ia hasilkan bersama Alera. Enzi terlihat anteng duduk di sampingnya seraya menikmati kentang goreng dan kuah sup. Cara makannya cukup berantakan, maka dari itu Alera mengakalinya dengan menambahkan sebuah kain untuk Enzi duduk dan makan. Sehingga kasur tempat mereka beristirahat tidak kotor.

TBC.

Farmer's Wife (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang