Perjalanan pulang mengendarai motor scoopy putih di sambut hangat oleh sang ibu yang sedang menyiram tanaman di pekarangan rumah.
Sekolah hari ini cukup melelahkan. Awal semester langsung di sambut berbagai macam tugas dan latihan soal. Di tambah dengan belajar ribuan materi dan soal menjelang seleksi tes Fisika. Melatih perkembangan otak dan pola pikir secara bertahap di usia muda, apalagi duduk di bangku SMA memang melelahkan. Tapi juga menyenangkan.
"Gimana sekolah hari ini, Nak?" Sofia—sang ibu menyapa. Tersenyum manis sangat menghangatkan hati saat di pandang.
Bella menghela napas panjang. Pertanyaan yang selalu di tanyakan sang ibu setiap pulang sekolah. Bahagia. Tapi rasanya ingin ambruk saja untuk menceritakan ada cerita apa saja di hari ini. "Melelahkan, Ma. Lagu Bella belum siap. Bella juga terpilih ikut tes seleksi OSN Fisika mewakili sekolah," jawab Bella lemas.
"Kamu terpilih? Wah, bagus dong, Nak!" Ibu selalu antusias dalam segala hal yang bersangkutan dengan anak-anaknya.
"Iya sih, Ma. Tapi Bella belum ada persiapan apa-apa. Jam dan jadwal belajar Bella berantakan, belum lagi lagu yang Bella tulis belum selesai. Bella harus gimana, Ma?" rengek Bella.
"Kamu dikit-dikit rebahan, dikit-dikit ngeluh capek padahal kerjaan kamu di rumah selalu main hp. Gimana gak berantakan?!" Sang ibu mulai mengomel.
Bella menggaruk pelipis. Ia malu. "Mama kalau ngomong jangan jujur gitu dong, Ma. Bella malu,"
Di cubit gemas pipi Bella sampai gadis itu meringis kecil. "Kamu ini! Gemas jadinya Mama."
"Ih! Sakit, Mama!" protes Bella. Mengusap pipi.
Sang ibu langsung merangkul dan mengajak anak gadisnya untuk bersegera masuk.
Kamar Bella ada di lantai atas berhadapan dengan kamar Tio—sang kakak—yang saat ini cowok itu sedang bekerja di salah satu perusahaan sebagai Manager Sumber Daya Manusia atau HRD.
Meletakkan tas di kursi belajar, lalu mengendorkan dasi yang lalu di lempar ke atas kasur seraya merebahkan tubuh yang sudah terasa lelah di sana.
Bella menarik napas panjang lalu ia buang perlahan. Entah kenapa ia merasa hari ini sangat melelahkan melebihi biasanya.
Pandangan Bella terus memandang langit-langit kamar. Ia teringat akan banyak kejadian yang terjadi hari ini di sekolah.
"Kok hari ini rasanya capek banget, ya?"
Menghela napas sekali lagi. Berdecak.
"Mana lagu belum selesai. Terpilih ikut seleksi olimpiade. Di tambah lagi gue lupa bahas program kerja baru seni musik bareng Kak Ivan."
Bella menutup mata menggunakan lengan kanan. Ia menghela napas lagi kemudian bangkit dari rebahan. Bella mengambil gitar yang ada di samping lemari pakaian. Ia akan bermain gitar demi menghilangkan rasa lelah dalam berpikir.
YOU ARE READING
Fell in love in the 101st Study room
Teen FictionARZANELLA ; Arzan & Bella Mengibaratkan hidup dengan seni menjadi suatu kunci kehidupan yang membuat siapapun yang berpikiran demikian akan di kelilingi oleh rasa syukur di setiap langkahnya. Tapi, mengibaratkan hidup dengan seni ternyata tak semuda...