Broken

196 15 1
                                    

Mew menghela nafas lega, kekasihnya telah siuman setelah 2 hari tidak sadarkan diri. Tul menangis pilu setelah sadar, mew menjadi bingung, tul tidak mau melepaskan mew sedetikpun bahkan ketika dia ingin ke kamar mandi, tul mengikutinya.

"Sebenarnya kau kenapa tul, kau aneh, kau baru bangun setelah 2 hari tidak sadarkan diri, tapi kenapa malah seperti orang gangguan jiwa" ucap tae pedas,

Yeah, sedari tadi sahabat-sahabat mew berkumpul, mereka berencana menjenguk tul sembari membawakan beberapa makanan untuk mew. Namun niat baik mereka malah tidak disambut oleh sang empu, sedari tadi tul hanya menempeli mew tanpa sedikitpun menoleh ke arah mereka.

Mew mendelik mendengar ucapan tae untuk kekasihnya,

"Apa meng, yang ku ucapkan fakta kok" acuhnya.

Mew mencoba sabar, ia menoleh ke arah tul yang kini sudah cemberut. Ia mengusap pelan rambut tul

"Sudahlah sayang, jangan di dengarkan omongan tae. Dia memang seperti itu selalu iri dengan kebahagiaan orang lain, lagian kenapa kalau kamu menempeliku, phi malah lebih senang"

Tul yang mendengar kalimat mew menjadi sumringah, ia memeluk erat mew sembari menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher mew.

"Cih siapa juga yang iri, aku juga punya pacar, pacarku cantik, baik, penyayang, aduh kok jadi rindu ya"

Tod yang mendengar ucapan tae memutar bola mata malas, sedangkan boun tertawa lepas mendengar gerutuan sang sahabat.

"Kalian kapan mau pulang"

Mereka serempak melotot mendengar kalimat kurang ajar tul. Setelah sadar entah kenapa tul menjadi sangat menjengkelkan. Sedangkan mew tertawa lepas mendengar kalimat sang kekasih.

"Ia benar kata kekasihku, sebaiknya kalian pulang saja, aku mau berduaan dengan kekasihku" usir mew se enaknya.

"Dasar teman sialan, kita kesini karena khawatir tapi beginikah caramu membalasnya" jawab boun dramatis

Tae yang mendengar ucapan boun seketika menyerngit jijik, ia kemudian mengambil tasnya dan segera mengajak kedua temannya untuk pergi.

"Kami pergi dulu mew, kalau ada apa-apa kau bisa menghubungi kami" jawabnya bijak, sebenarnya dalam hati ia malah senang di usir, dengan begitu ia akan bisa bermesaraan dengan kekasihnya di asrama.

Tul memeluk mew erat, ternyata itu hanya mimpi. Namun terasa begitu nyata menurutnya, bahkan hingga sekarang mengingatnya saja membuat hatinya sesak.

"Ada apa dengan mu tul?" Tanya mew dingin.

Tul tersentak mendengar nada dingin dari kekasihnya.

"Apa maksudmu phi?"

"Kamu mengonsumsi obat tidur, tenggelam dalam bath up?, menurutmu bagaimana jika hari itu aku tidak pulang"

Mew bergetar ketika mengungkapkan isi hatinya, demi tuhan bayang-bayang kejadian dua hari lalu, masih sangat segar di ingatannya.

"Ya aku akan mati kenapa kamu bertanya" ucap tul santai

"TUL" teriak mew emosi, ingatkah kalian jika mew sangat membenci ketika tul membahas tentang kematian.

"Hahaha, kau lucu phi, harusnya kau tanya penyebab semua ini, oh atau sebenarnya kamu memang sudah tahu" sarkas tul

Mew terdiam mendengar ucapan tul yang telak menembus ulu hatinya.

"Sebaiknya kau pulang saja phi, aku ingin beristirahat" dingin tul

Sedari tadi otaknya sudah cukup lelah dengan mimpinya, tapi emosinya terpancing ketika dengan tidak tahu malunya, mew menyalahkannya atas semua yang terjadi. Dia sudah cukup lelah sekarang, beberapa hari lalu, bahkan hari-hari sebelumnya. Dalam kisah ini sepertinya hanya ia yang takut kehilangan, hanya ia yang di wajibkan untuk selalu mengalah, jujur dia sudah lelah, hidupnya baik-baik saja sebelum ini.

Mew menatap tul sendu, ia tahu tul telah mencapai batas toleransinya.

"Maaf" ucap mew sembari melangkah keluar, saat tangannya akan memegang handle pintu, ia dihentikan dengan kata-kata yang cukup mengguncang mentalnya.

"Sebaiknya kita menjaga jarak untuk sementara waktu phi, aku ingin kita bisa memikirkan, apakah diantara kita hubungan ini masih penting"

Tul melihat mew tersentak pelan, ia harap-harap cemas menanti respon sang kekasih, namun yang ia dapat mew melangkah keluar tanpa sedikitpun merespon kata-katanya, dia menatap kepergian sang kekasih sendu,
'hanya seperti itu perjuanganmu untukku phi'

🔥🔥🔥🔥

Seorang pria melajukan motornya kencang membelah sepinya jalan kota, Ia menangis pilu di bawah guyuran hujan tanpa peduli tubuhnya yang kini tengah menggigil kedinginan.

"Sebaiknya kita menjaga jarak untuk sementara waktu phi, aku ingin kita bisa memikirkan, apakah diantara kita hubungan ini masih penting"

Kata-kata penuh keputus asaan dari sang kekasih terus-terusan berputar di kepalanya. Ia tahu sedari awal ia memang tidak pantas untuk dicintai. Karena yang ada dia hanya akan melukai orang yang mencintainya.

Itu juga alasannya tidak pernah mau mengambil langkah untuk mendekati tul, selama ini mew hanya terus mengawasi tul dari jauh, sejak pertemuan awal mereka, hingga tul beranjak dewasa. Mew hanya mampu mengamati dari jauh, dari jarak yang telah dia tentukan.

Namun, jarak yang telah ia beri batas seketika hancur lebur pada saat ia melihat kemunculan tul di jarak terdekatnya. Pertemuan demi pertemuan mampu menhancurkan logika yang selama ini telah ia bangun. Mew mencintai tul sangat, bahkan mungkin lebih besar dari perasaannya terhadap grace. Sejak awal, hatinya sudah terjatuh terlalu dalam, namun otaknya tidak membiarkan sedetikpun untuk hatinya menang.

Jika saja, mew mau berdamai dengan masa lalunya mungkin kisahnya akan berjalan lebih mudah, namun lagi-lagi otaknya tidak mengizinkannya. Bayangan-bayangan masa lalu lengkap dengan perasaan bersalahnya setiap hari selalu membesar seiring berjalannya waktu. Puncaknya adalah ketika ia mengetahui rahasia yang selama ini telah di simpan rapat oleh ke dua orang tuanya. Perasaan itu meledak tanpa bisa ia cegah, perasaan bersalah, kehilangan dan penyesalan berkumpul menjadi satu menghancurkan kewarasannya.

Oleh karena itu, mew memilih untuk melepaskan sang kekasih. Sudah cukup tul menderita karena laki-laki egois sepertinya.

Tiba - Tiba Cinta (END)Where stories live. Discover now