Home

176 16 2
                                    

Mew merasakan genggaman tangan tul yang semakin mengerat di saat mereka mulai memasuki rumahnya. Sesampainya di ruang tamu mew melihat kedua orang tuanya duduk berdampingan seperti tengah menunggu kedatangan mereka.

"Aku pulang ma, pa" ucap mew sembari menyalimi kedua orang tuanya diikuti tul, setelah itu mew mengajak tul untuk duduk tepat di depan orang tuanya.

"Ini yang namanya tul ya?" Sapa ibu mew ramah

Tul yang ditanya oleh ibu mew tersenyum lembut sembari menganggukkan kepalanya.

"Iya nyonya" jawabnya sopan, dia agak gemetar berhadapan dengan nyonya Jongcheveevat tersebut.

"Aigooo, jangan terlalu formal" sahut ibu mew

"Khab mae" tul menjawab antusias

Mew yang mendengar jawaban tul reflek menoleh, bangga sekali dia melihat keberanian kekasihnya itu, sedangkan disisi orang tua mew cukup terkejut mendengar panggilan tul tapi hanya sebentar sebelum sang nyonya rumah berteriak girang dan segera bangkit untuk memeluk tul.

"Aigoo, aigooo manis sekali kamu nak. Baiklah-baiklah kamu bisa memanggilku dan suamiku mama papa" ucap ibu mew semangat sebenarnya sudah sangat lama ia ingin meniliki anak yang berkepribadian ceria seperti anak dipelukannya ini. Namun sayang, ia hanya ditakdirkan memiliki satu anak yang hidupnya terlalu abu-abu tidak bewarna. Astaga nyonya yang kau hina itu anak kandungmu.

Tul yang di peluk erat seketika bahagia, sudah lama ia tidak merasakan kehangatan sebuah keluarga, orang tuanya sudah lama berpisah dan telah memiliki keluarga masing-masing. Mereka hanya memberi tul materi yang berlimpah minus kasih sayang orang tua. Dan saat ini, ia seperti merasa pulang ke rumah yang selama ini dirindukannya. Ia pun membalas pelukan ibu mew tak kalah erat, sebelum sebuah deheman menghentikan acara mereka.

"Ehemm" ayah mew bangkit sembari menarik lengan sang istri pelan.

"Baiklah sudah cukup masa perkenalannya, nah mew ajak tul beristirahat dan segera turun ketika makan malam, ibumu sudah memasak banyak untuk kalian" ucap ayah mew

Mew pun mengangguk dan segera mengajak tul untuk ke kamarnya yang berada di lantai 2. Namun sebelum mereka menginjakkan kaki nya ditangga ayah mew berkata.

"Tul, selamat datang di keluarga Jongcheveevat" ucapnya ramah.

Tul pun mengangguk semangat sembari meneteskan air mata, ia tidak menyangka orang tua mew akan semudah ini menerima hubungan mereka. Mew pun segera mengajak tul untuk beristirahat, sesampainya mereka dikamar, tul langsung memeluk tubuh mew erat sembari menangis sesenggukan.

"Trimakasih phi, trimakasih telah memberiku sebuah rumah, sebuah keluarga" ucap tul pelan.

Mew yang mendengar perkataan tul segera mengecup bibirnya pelan, sembari mengusap air mata tul. Ia tersenyum dan segera mengajak tul untuk mandi bersama.

*****

Ruangan meja makan terasa sunyi, terdapat 2 orang paruh baya yang sedang menunggu anak-anak mereka untuk makan malam bersama.

"Kenapa kamu tiba-tiba berubah fikiran mas?" Tanya sang istri pelan.

"Bagaimana lagi sayang, aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, bagaimana aku tidak merestui mereka ketika anak laki-laki itu sudah berhasil mengembalikan senyum mew kita. Jika aku menolak, apakah anak kita akan bahagia?, sudah cukup keegoisanku menghancurkan anak-anak ku" ucap ayah mew sembari menerawang kedepan.

Ingatannya tertuju pada gadis cantik yang merupakan keponakan angkatnya yang juga telah ia anggap sebagai putrinya sendiri.

Flasback on

Seorang pria sedang menikmati secangkir kopi sembari membaca koran di halaman belakang, pandangannya teralihkan ketika terdengar suara 2 orang anak yang sedang bermain. Ia tersenyum singkat melihat kedekatan keduanya.

Sudah lama pikirnya, kakaknya pergi meninggalkan putri angkatnya yang berharga. Ia sudah berjanji akan membesarkan keponakannya seperti anaknya sendiri, seperti yang sudah diwasiatkan oleh kakaknya.

"Grace, berjanjilah pada phi, ketika kau besar kita akan menikah"

Mata sang pria yang sedari tadi kosong karena mengingat-ingat masa lalu seketika tersadar ketika mendengar ucapan lugu dari anak laki-laki tersebut. Ia terus mempertajam pendengarannya untuk mendengar lebih jauh apa yang sedang dibicarakan oleh kedua anak tersebut.

"Menikah?, apa itu phi" jawab sang anak perempuan polos.

"Ehmm menikah itu seperti mama dan papa kita" sahut sang anak laki-laki

"Ahhh hidup bersama-sama ya?, iya grace mau hidup bersama phi" jawab anak perempuan lugu.

Sang pria yang sedari tadi mencuri dengar percakapan keduanya mengepalkan tangannya erat.
'tidak boleh mew, kamu harus tetap menjadi kakak yang baik untuk grace. Tidak boleh lebih atau paman akan sangat kecewa. Papa mohon ini hanya omongan random anak kecil, kamu tidak boleh jatuh cinta kepadanya nak, dia adikmu' ucap batinnya

Tahun berganti tahun ayah mew sudah mulai melupakan kejadian itu, hingga suatu hari ia tidak sengaja melihat ke dalam ruangan pribadi sang anak yang ternyata penuh dengan foto grace. Kakinya bergetar melihat kenyataan itu. Berhari-hari ia tidak bisa tidak memikirkannya. Hingga pada akhirnya ia menemukan sebuah ide yang cukup baik untuk mereka semua fikirnya.

Hari itu, dia memanggil anak perempuannya.

"Ada apa pa?" Tanya sang anak lugu.

"Grace sayang, kamu sayang tidak sama papa?" Tanyanya pelan.

Grace yang mendapat pertanyaan itu bingung. Tentu saja dia sangat menyayangi pamannya ini, biar bagaimana pun pamannya adalah orang yang merawatnya setelah orang tua angkatnya meninggal.

"Tentu saja pa" jawabnya tegas

Ayah mew yang mendengar perkataan sang putri tersenyum.

"Sayang, jika papa meminta sesuatu, apakah grace akan mengabulkannya?" lanjutnya pelan.

"Selama grace mampu, grace akan mengusahakannya" jawabnya yakin

Ayah mew menghela nafas pelan.
"Jika papa minta kamu untuk selamanya menjadi anak papa, dan adik dari phi mew apakah kamu mau?" Tanya sang ayah dengan pandangan memohon

Grace yang mendengar permohonan dari papanya ragu, jujur jauh dilubuk hatinya, dia sudah jatuh cinta dengan phi nya. Melihat sang papa yang memohon seperti itu membuatnya menjadi bimbang, apakah ia tega menghancurkan kebahagiaan papanya, tapi disisi lain, apakah ia mampu hanya menjadi adik dari orang yang dicintai? Bagaimana jika kelak mew akan menemukan tambatan hatinya apakah ia mampu mendukung phinya itu layaknya seorang adik?, memikirkan saja membuat hatinya sesak. Namun grace pun
akhirnya menjawab dengan ragu.

"Tentu pa, grace akan selamanya menjadi anak papa dan adik dari phi mew" ucapnya sembari tersenyum.

Tiba - Tiba Cinta (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant