CHAPTER 21

6.8K 732 31
                                    

Hari ini, seluruh murid di sekolah tempat si kembar menimba ilmu tengah mengadakan sebuah perayaan hari jadi sekolah, seluruh murid berbondong-bondong menuju aula untuk menyaksikan pertandingan antar kelas.

Begitu banyak kegiatan yang akan mereka laksanakan, seperti basket, sepak bola, dan masih banyak jenis olahraga yang akan mereka tandingkan, dan puncaknya nanti malam, di sana akan di adakan pertunjukkan pentas seni untuk murid-murid berbakat yang ingin menunjukkan kemampuannya, tidak lupa hadirnya bintang tamu yang akan memeriahkan di puncak acara.

Di saat semua murid tengah asik melakukan kegiatan sekolah, Rayyan hanya mamandang semua hal itu di balik cendela kelas tanpa ada niatan ikut serta.

Menyaksikan semua hal itu membuat Rayyan sedih, bohong jika dirinya tidak ingin bergabung, namun melihat pandangan orang-orang yang di tunjukan padanya membuat nyalinya menciut, ia takut orang-orang akan terganggu akan kehadirannya, terlebih ia ingin sang kakak menikmati waktu luang yang telah terbuang agar tetap berada di dekatnya.

Sebelumnya, Zayyan sempat mengajak Rayyan agar ikut menyaksikan pertandingan, terlebih Zayyan ikut serta sebagai peserta mewakili kelasnya. Di tambah, Zayyan juga anggota tim basket inti di sekolahnya.

Namun pada saat itu, Rayyan menolak dengan alasan ia ingin istirahat saja. Awalnya, jika Rayyan menolak, maka Zayyan akan membatalkan keikut sertanya dalam pertandingan, ia takut terjadi sesuatu pada sang adik.

Rayyan bersikeras menolak, apa lagi melihat tatapan dari kedua teman kakaknya yang kurang bersahabat saat menatapnya, membuat Rayyan semakin yakin untuk menolak ajakan sang kakak.

Rayyan menelungkupkan wajahnya di atas meja tempat ia duduk, rasanya sepi saat di dunia ini, walau pun ia mempunyai keluarga di sini, namun tetap saja, ini hanyalah dunia novel, jadi tidak seharusnya ia nyaman dengan kehidupan yang ia jalani sekarang, ia takut, jika keterusan, maka ia akan sulit membedakan dunia yang nyata.

"Hah...." Rayyan membuang nafasnya lelah, ia mengantuk, apa lagi sekarang keadaan di dalam kelas begitu sunyi, hanya ada dirinya dan suara nafas miliknya.

Akhirnya, beberapa menit kemudian, mata sayu itu terlelap lantaran tidak kuat untuk menahan kantuk.

Setelah dua jam Rayyan tertidur, kini pertandingan telah usai, Zayyan yang telah menganti pakaiannya bergegas menuju kelas untuk mengajak sang adik pulang.

Ia menghampiri sang adik yang tengah terlelap, ia tidak tega saat melihat posisi tidur Rayyan yang kurang nyaman, padahal adiknya itu harus berhati-hati agar sendinya tidak mengalami masalah.

Ingin membangunkan Rayyan, tapi Zayyan tidak enak hati, akhirnya dengan hati-hati ia membopong sang adik menuju mobil jemputan yang telah menunggu mereka di parkiran, sebisa mungkin ia berusaha agar tidak membangunkan sang adik, sesampainya di parkiran, Zayyan meletakkan adiknya di pangkuannya selama perjalanan pulang, lalu setibanya di mansion, Zayyan mengendong sang adik menuju kamar miliknya.

.
.
.
.

Sekarang tepat pukul tujuh malam, Rayyan dan Zayyan telah siap untuk berangkat ke sekolah untuk memeriahkan puncak acara.

Mereka berdua mengenakan pakaian yang telah di siapkan untuk acara malam ini, mereka berdua menuruni anak tangga secara bersamaan, betapa indahnya pemandangan itu, si kembar yang biasanya bertengkar, kini terlihat akur, namun sayangnya pemandangan itu hanya bisa di saksikan oleh para pekerja di sana, sedangkan orang tua dan adik mereka tengah pergi keluar kota untuk perjalanan bisnis.

Suasana begitu damai sampai mereka tiba di sekolah, hiasan lampu warna warni serta panggung megah yang telah di siapkan begitu memanjakan mata, apa lagi Zayyan turut serta sebagai penyumbang lagu untuk acara ini.

Begitulah Zayyan, seorang remaja laki-laki yang penuh dengan segudang bakat, sangat terbanding terbalik dengan sosok kembarannya, sejak di fonis mengidap autoimun, seluruh aktifitas Rayyan selalu di batasi, bahkan hal itu mempengaruhi hidupnya untuk berbaur dengan orang-orang di sekitarnya.

Sebab itu juga, dulu hidup Rayyan sangat bergantung dengan sang kakak. Namun, semenjak kejadian yang hampir satu tahun Rayyan alami, membuat ia menjauh dari sang kakak, bahkan hubungan mereka terbilang cukup buruk sebagai saudara kembar.

Acara telah di mulai beberapa menit yang lalu, begitu banyak murid yang menikmati suasana malam ini, bahkan Rayyan juga dapat merasakan hal itu.

Setelah menunggu, kini tiba saatnya bagi Zayyan untuk naik ke atas panggung, sebelum itu Zayyan telah lebih dulu berpesan pada sang adik.

"Ray, kamu duduk di sini, ingat! jangan kemana-mana sebelum aku selesai, mengerti?" Peringatnya pada sang adik.

Rayyan mengangguk patuh, lalu duduk di kursi yang telah di pilih sang kakak, sebelum naik ke atas panggung, Zayyan kembali memastikan bahwa sang adik tetap berada di tempat, lalu pergi menuju panggung bersama dengan kedua temannya, Raka dan Kai.

Di atas panggung, lagi-lagi Zayyan memastikan adiknya tetap berdiam diri di sana, lalu sebuah gitar mulai di petik dan nyanyian mulai keluar dari bibir Zayyan.

Seluruh penonton bersorak riang, siapa yang tidak kenal dengan Zayyan, pemuda yang mendominasi walau hanya kurang dari satu tahun ia bersekolah di sini.

Rayyan menikmati suara merdu sang kakak dengan mata yang ia pejamkan, apa lagi lagu yang di nyanyikan sang kakak adalah lagu kesukaannya, mungkin kakaknya itu berniat memberikan sebuah kejutan untuknya.

Namun, saat di pertengahan lagu, tiba-tiba saja ia ingin buang air kecil, suasana damai di hatinya mendadak menjadi sebuah ke jengkelan.

"Kenapa harus sekarang sih, nggak bisa nantian aja gitu?!" Dumel Rayyan pelan, apa lagi sekarang ia sangat menikmati lagu yang di nyanyikan oleh sang kakak.

Akhirnya, dengan separuh hati Rayyan melakukan panggilan alam menuju toilet, langkahnya terburu-buru karena menahan sesuatu yang akan keluar, tanpa ia sadari ada beberapa pemuda yang mengikuti arah langkahnya.

.
.
.
.

Saat di pertengahan lagu yang ia bawakan, mata Zayyan membelalak saat melihat sang adik pergi meninggalkan tempat duduknya.

Ingin menyusul sang adik, namun ia masih mempunyai tanggung jawab yang harus ia penuhi, apa lagi masih tersisa satu lagu lagi yang harus ia nyanyikan.

Di atas panggung, Zayyan mencoba positif thinking, mungkin saja adiknya itu terburu-buru, namun pikirannya hilang setelah langkah sang adik di ikuti oleh Jefri dan teman-temannya.

Tanpa aba-aba, Zayyan pergi meninggalkan panggung, muncul sebuah pertanyaan di hati para penonton, suara gaduh mulai terdengar, beberapa murid bahkan mulai menyoraki kejadian yang baru saja terjadi, namun Zayyan tidak menghiraukannya, tidak masalah jika ia harus mendapatkan hukuman, sekarang yang lebih penting adalah sang adik, hanya adiknya sekarang yang berada di pikirannya.

Saat tiba di depan pintu toilet, suara gaduh terdengar dari dalam sana, bahkan terdengar sebuah benda besi terjatuh, spontan Zayyan mendobrak pintu toilet yang terkunci dari dalam.

"RAYYAN?!" teriak Zayyan lantaran terkejut menyaksikan kejadian yang terjadi di depan matanya.





Vote and coment juseyo......

the twins sick figure (END) Onde histórias criam vida. Descubra agora