bab 4

406 3 0
                                    

Tania melihat arloji pada pergelangan tangannya, kini waktu sudah menunjukkan Pukul lima sore. Tania mengikat rambutnya, entah mengapa dirinya merasa gerah. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, salman yang baru saja pulang dari meeting langsung mendekati gadis itu dan menarik jedai rambut Tania.

"Jangan di ikat, kamu lebih cantik seperti ini." Sambil mengelus lembut rambut Tania.

Tania menepis tangan Salman. Dia kembali mengemas barang-barangnya yang masih ada di meja kerja.

"Kenapa?" Tanyanya pada Tania, gadis itu hanya diam tidak menjawab pertanyaan Salman.

Gadis itu telah selesai mengemaskan barangnya, ia mengambil tasnya yang ada di atas meja.

"Saya permisi, pak." Melangkahkan kakinya hendak berjalan menuju pintu keluar ruangan. Namun pintu itu dengan cepat di tutup kembali oleh Salman.

Tania menelan saliva nya. Dirinya sudah siap bila pria yang ada di hadapannya melontarkan kata-kata tajam atau protes akan tingkahnya saat ini.

"Jawab pertanyaan saya Tania, mengapa kamu menghindar dari saya?" Tanyanya kembali

Tania menatap Salman, secara tidak sengaja Tania menjatuhkan air suci dari pelupuk matanya. "Pak bos, jahat! Pak bos, gila! Berani-beraninya bapak ambil ciuman pertama saya tanpa izin." Ucapnya polos sambil mengusap air suci di wajahnya.

Mendengar itu Salman hanya tertawa sambil menggaruk garuk jidatnya. Semua di luar dugaan Salman, pikirnya Tania akan langsung menikmati apa yang tadi ia lakukan kepadanya. Namun ini malah sebaliknya, Salman merasa sekretarisnya memang berbeda dengan wanita di luaran sana.

"Maksudnya kamu belum pernah sama sekali berciuman, Tania?"

"Apakah saya salah satu pria yang beruntung?" Tambahnya sambil tersenyum pada gadis itu. "Hhemmm sepertinya iya" jawabnya sendiri.

"It's not funny Salman! Why, you don't care about my feelings?" Tania kesal dengan tingkah pria itu.

*Dasar Salman brengsek. Bukannya tanggung jawab minta ma'af atau apa kek, malah ketawa! Ganteng doang, gak ada akhlak dasar.* Batinnya.

Cara Tania mengucapkan kata-katanya tidak seperti biasanya, kali ini terlihat begitu dingin. Salman memegang kedua bahu tania "you hold the key to my heart, Tania." Ucapnya mengalir begitu saja. "Ma'af kalo saya tadi sudah lancang sama kamu." Ucapnya

Belum sempat mengeluarkan sepatah kalimat dari mulutnya, Salman mengambil tangan gadis itu dan menggenggamnya erat. Keduanya pergi meninggalkan ruangan kerja mereka, Tania hanya bisa mengikuti langkah kaki Salman. Dia berpikir sebenarnya apa lagi yang akan di lakukan oleh bosnya.

Semua pegawai yang melihat pemandangan itu melemparkan pertanyaan satu sama lain, bahkan tak sedikit dari mereka yang berjulid ria.

*Bu Tania sama pak Salman tumben pegangan tangan*

*Vibesnya kaya mau nyebrang gak sih*

*Gak bahaya ta*

*Bagaikan pasangan pasangan dunia novel*

*Kan apa gua bilang, pasti mereka bakalan saling suka lama-lama.*

*Bertahun-tahun anjir kemana aja si Salman, punya sekretaris cantik di anggurin doang.*

*Kasian Bu Tania kalo bener jadi sama pak Salman, pasti kedinginan Mulu"

*Hah? Kok bisa kedinginan?*

*Iyalah, secara doi kan bagaikan kutub Utara... Eaa, eaa, eaa."

*Sebentar lagi bakalan punya ibu negara baru untuk perusahaan.*

Tania Istri Sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang