(12) -Gafa vs Arsen

Start from the beginning
                                    

"Oke. Nanti papa telpon Gafa. Tapi kamu tenang dulu ya?" Final nya. Leoni mengangguk pelan.

.
.
.

Sedangkan di tempat lain. Gafa menatap nyalang Arsen yang sedang berada di hadapannya. Entah Gafa salah apa, tapi tiba-tiba saja Arsen datang dan memukul wajahnya. Dan karena tidak terima di pukul tanpa alasan, Gafa membalas pukulan itu tak kalah kencang, sehingga membuat sudut bibir Arsen robek.

"Kuat juga lo," ucap Arsen.

"Mau lo apa, sen? Datang-datang main nonjok orang! Lo kira gue samsak tinju?!" Ketus Gafa.

"Gue males ngeliat orang sok kuat kayak lo," balasnya sinis. Gafa menyerengit heran, apa-apaan orang ini!

"Lo ngelampiaskan semua sama gue ya?" Tanya Gafa dengan nada pelan.

Arsen terkekeh, ternyata pemuda di hadapannya ini mengetahui faktanya. "Pinter lo," ejeknya.

"Nanti aja bisa? Gue capek harus gelut sama lo sekarang. Ditambah sekarang hujan, entar gue sakit gimana?" Gafa memasang wajah sedikit memelas.

Arsen menggeram kesal. "Lo kira gue lagi nawarin lo?!"

Bugh, bugh, bugh!

Tiga kali Arsen meninju wajah Gafa dan perut nya juga. Mereka yang awalnya berada di samping ruko sekarang sudah berada di tengah halaman ruko tersebut. Dengan Arsen yang seperti orang kesetanan memukuli Gafa.

Gafa kesal, dia membalas tinjuan Arsen dengan sangat kencang. Dan Arsen berhasil mundur beberapa langkah karena kesakitan.

"Lo di bilangin ngeyel ya. Sebenarnya, gue ada salah apa sama lo, sen?"

Arsen terkekeh. "Gue benci liat lo."

Gafa terdiam.

Arsen kemudian kembali memukulnya, Gafa tidak tinggal diam. Dia juga membalasnya. Mereka beradu tinju di lapangan yang sudah tergenang air. Baju mereka yang semula bersih, sekarang sudah sangat kotor. Seperti anak kecil yang main hujan-hujanan di tanah.

Sampai, Arsen melihat sebuah balok kayu tak jauh dari mereka. Dia menatap Gafa sekilas yang seperti sedang kesakitan di bagian kepala, dengan memejamkan matanya.

Ini kesempatannya. Dengan cepat dia meraih balok itu. Dan bersiap untuk memukul Gafa. Tapi sayang, niatnya sia-sia saat seseorang menendang pundaknya kuat. Membuat dia jatuh terjerumus kedepan dengan tidak elit.

"Anjing," umpatnya.

Gafa yang mendengar itu membuka matanya, dan melihat kearah Arsen yang sudah tersungkur di tanah. Dan pemuda yang kemarin berada di rumah Aurora. Al.

"Pengecut mainnya balok kayu," ucapnya terkekeh pelan. Menatap Arsen dengan wajah terkesan meremehkan.

Gafa menatap tajam Arsen, dia tidak percaya pemuda itu sangat niat memukulinya. "Gak nyangka gue, sen. Segitu bencinya lo sama gue?"

Arsen berdecih sinis, dan bangun dari sana. "Urusan lo sama gue belum selesai, fa." Setelah mengatakan itu, Arsen langsung pergi begitu saja.

Gafa memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Entah kenapa, belakangan ini dia sering sakit kepala.

"Lo gapapa?" Al datang dan memapah tubuh Gafa menuju ke samping ruko lagi.

"Gue gapapa." Dia menatap Al dengan senyuman tipis. "Makasih udah nolongin gue...."

"Al. Nama gue Al," jelas Al.

"Makasih Al. Kalau gak ada lo, mungkin gue udah mati," ucap nya sambil tertawa kecil.

Al duduk di samping Gafa. "Gue kesini memang niat nyariin lo."

"Kenapa?" Tanya Gava.

"Glora nyariin lo, dia terus nanyain lo waktu bangun dari pingsannya," jelasnya. "Niatnya, gue pengen lo ngobrol sebentar. Laporan soal keadaan lo sekarang."

Gafa heran, sejak kapan Al mengenal Glora. Apakah Gafa saja yang baru tau? Tapi dia mengabaikan pemikirannya.

"Gue bakal hubungi dia."

"Lo serius? Wajah lo babak belur gitu."

"Gue gapapa."

***

"Halo, ra?"

"Gafa! Gafa gapapa 'kan?" Leoni langsung menanyakan keadaan Gafa, saat suara pemuda itu menyapu indra pendengaran nya.

Terdengar kekehan kecil dari sana. "Gue gapapa. Buktinya, sekarang gue ngobrol sama lo."

Leoni menghembuskan nafasnya legah. Dia sudah sangat panik tadi. "Beneran? Kalau bohong entar pantat nya kelap-kelip loh."

"Benaran, ra." Gafa terdiam sejenak. "Lo udah mendingan? Udah minum obat?"

"Belum. Obatnya pait, gue gak suka obat."

"Minum obatnya ra. Nanti nambah sakit, terus kasihan sama papa lo. Dia khawatir sama lo, ra. Paksain minum obatnya."

Leoni seperti ingin salto sekarang. Gafa sungguh sangat baik. "Iya-iya. Gue bakal minum obatnya! Tapi Gafa janji ya? Gafa jangan tinggalin gue," ujarnya.

"Gue gak bakal ninggalin lo, ra."

"Janji?"

"Janji."

Janji jangan pergi ya, fa? Jangan tinggalin orang-orang yang sayang dan peduli sama lo. Jangan ngerasa kalau diri lo itu sendirian. Kita di sini ada, selalu ada untuk lo.

Lo itu kuat fa. Lo hebat.

Makasih udah bertahan selama ini.



Bersambung....

Peluk Gafandra jauh!

Next? Vote dulu! Hehe.

Change FateWhere stories live. Discover now