🍬 14. Penjelasan 🍬

685 170 41
                                    

Selamat malam, temans. Aizar dan Kalila sudah datang. Gak apa-apa, ya ... buat menemani hari Minggumu. Selamat membaca!

Aizar selalu masuk kamar dan membersihkan diri, lalu tidur. Kali ini tidak, pria itu masuk dan membersihkan diri seperti biasa, tetapi tidak segera tidur. Kalila yang bersandar sambil memejamkan mata dan merapalkan hafalannya, kembali membuka mata.

Aizar masih berdiri di depan jendela yang terbuka. Meskipun lampu kamar mereka sudah mati, sepertinya belum ada niat bagi Aizar untuk pergi tidur. Entah apa yang sedang dipikirkannya, Kalila tidak tahu dan pengalaman mengajarkan padanya untuk tidak bertanya.

"Kalau kukatakan aku tidak menghamili Selina, apa kau percaya?"

Aizar berbicara kepadanya? Kalila bertanya pada dirinya sendiri. Sejak kejadian yang mengganggu kesehatan Indri hingga saat ini, dia tidak pernah bertanya apa-apa pada suaminya. Jangankan bertanya, berpikir pun tidak.

Kalila bukan tidak peduli. Sebaliknya, dia justru sangat peduli. Namun, keberadaannya yang tidak dikehendaki suami membuatnya tetap diam sampai semuanya jelas dan menekan segala rasa ingin tahu serta sakit hati kembali mengendap. Apa dia menangis? Tak usah ditanyakan lagi, kesusahan selalu membuatnya menangis. Namun, itu dilakukannya dalam diam, tersembunyi dari pandangan siapa pun. Dia hanya bisa berkeluh dalam doa, mengadukan semua pada Rabb-nya.

"Nggak tahu."

Paling tidak, Kalila sudah jujur mengatakan apa yang ada dalam hatinya. Apa pengaruhnya kalau Aizar menghamili Selina atau tidak? Mereka sudah menikah dan itu poin penting dalam pikirannya untuk segera mengambil tindakan. Tak mengapa tidak dicintai, tetapi mereka berdua berhak untuk bahagia.

Belum ada sejarah dalam keluarga Kalila bercerai setelah menikah. Kalila tidak ingin memulai, tetapi ketika rasa tidak berpihak, melepaskan tentu lebih baik. Bukankah kadang-kadang cinta itu hanya mempertemukan dan tidak menyatukan?

Pikiran tentang bercerai tidak pernah melintas di benak Kalila sebelum ini. Apa yang ada adalah membina rumah tangga dengan penuh kebahagiaan serta dalam rangka ibadah sampai akhir hayat. Namun, itu bukan keputusan mutlak. Masih ada banyak hal untuk dipikirkan dalam pernikahannya yang masih seumur jagung.

"Benarkah kau tak tahu?" Keajaiban kedua telah terjadi. Aizar menoleransi ketidaktahuannya dengan santai. Emosi pria itu menghilang digantikan kesabaran yang muncul entah dari mana. "Kau tak tahu, apa tak mau tahu?"

"Kalila tidak tahu. Apa saja mengenai Mas Aizar, nggak ada yang Kalila ketahui. Lagian ...." Kalila diam, menimbang-nimbang apa yang akan disampaikan pada Aizar. Kata-kata yang akan memantik perselisihan atau tidak. "Bukankah Mas Aizar belum pernah memperkenalkan diri dengan layak pada Kalila? Maksud Kalila secara lebih dekat selain apa yang sudah disampaikan orangtua saat meminang."

Itu benar, 'bukan? Selama pernikahan, Kalila hanya terus berpegang pada Indri dan keluarga tentang apa dan bagaimana Aizar. Apa yang disukai dan tidak disukai suaminya. Dalam masa-masa mengenali semuanya, Kalila tahu bahwa sebenarnya Aizar bukan pria yang sulit. Suaminya menyukai banyak hal dan akan mempelajari apa saja.

Aizar adalah tipe pria yang serius. Mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan menyukai masakan rumahan. Apalagi jika menu kesukaannya, dia tidak akan malu membawanya ke tempat kerja serta meminta dalam jumlah lebih besar.

Mungkin tidak semua diketahui Kalila, tetapi secara garis besar sudah dipahaminya. Kepada adiknya pun, Aizar cukup sabar meski tak jarang berselisih pendapat. Sebagai kakak dan anak tertua, pria itu cukup bijaksana dan mengayomi.

Dengan semua pengetahuan yang tak seberapa itu, Kalila menyimpulkan bahwa Aizar baik. Apa yang tak pria itu sukai hanya dirinya. Semua ucapan tajam dan tak menyenangkan akan muncul dari mulutnya ketika merasa ranah pribadinya terusik. Selama Kalila tidak mencampuri hal-hal paling mendasar dalam kesehariannya, Aizar akan diam.

Tak Seindah Lagu CintaOn viuen les histories. Descobreix ara