dul🍂

112 44 113
                                    

Hallo Qen...

Seperti janji aku kemarin, aku update 2 kali sehari yaw..

Semoga kalian suka ya.

Absen dulu nih, kalian tahu dari mana cerita aku?

Sampai kota mana nih tulisan aku? Hehe

Kalo ada typo tandain ya RaQen.

Enjoy!

🍂🍂🍂

Cahaya hangat mentari pagi perlahan masuk melalui jendela-jendela angkutan kota yang Kanaya naiki. Kanaya memutuskan untuk membuka jendela yang ada di dekatnya . Hujan yang singgah semalam berhasil membuat udara ibu kota pagi ini tidak terlalu buruk dari hari kemarin.

Jalanan ibu kota tak terlalu padat waktu itu, sehingga Kanaya bisa sampai lima menit lebih awal di sekolah. Aroma khas jalanan dan tanah yang sebelummya terguyur hujan membuat Kanaya tersenyum tipis tanpa ia sadari. Ia sangat suka aroma seperti ini.

Kaki jenjangnya terus melangkah menyusuri parkiran dan lapangan serba guna untuk sampai di kelasnya. Kanaya sempat terkejut saat ada seseorang merangkulnya secara tiba-tiba dari arah belakang. Hal itu membuat Kanaya meringis pelan saat bahunya tak sengaja tersentuh.

"Nay, masa tadi ada ibu-ibu yang nawarin gue buat di jodohin sama anaknya si," curhat Gentala yang baru saja menghampiri Kanaya.

"Ya bagus dong," timpal Kanaya sambil terus berjalan dan bersedekap dada. Rangkulan Gentala membuat Kanaya kurang nyaman saat tatapan tak suka dari beberapa murid disana tertuju pada mereka berdua.

"Bagus dari mananya?"

"Takut nya nanti ada yang cemburu," gumam Gentala tapi tak Kanaya tanggapi.

Sekali lagi mereka menjadi pusat perhatian saat memasuki kelas. Karena semakin tak nyaman, tangan mungil Kanaya melepaskan rangkulan Gentala yang terlihat sangat betah berada dibahu Kanaya.

Kanaya duduk di tempatnya saat seorang guru datang dengan setumpuk buku ditangannya. Posisi Kanaya saat ini berada dibangku paling tengah, tidak terlalu belakang dan juga tak terlalu depan. Berbeda dengan Gentala yang berada di paling pojok bersama teman-temannya.

Hari ini ulangan harian fisika akan segera digelar, dengan hati tak karuan Kanaya terus berdo'a agar mendapat nilai sempurna.

Kertas ujian sudah dibagikan, waktu hanya tersedia enam puluh menit dari sekarang. Kanaya terlihat sangat fokus membaca satu persatu soal yang berderet itu. Dari sepuluh soal itu Kanaya harus bisa menjawabnya dengan sempurna tanpa ada salah sedkitpun.

Lima belas menit sudah berlalu, tapi Kanaya baru mengerjakan lima soal essay, dengan keyakinan yang ia miliki, tangannya terus menggoreskan tinta hitam itu di atas kertas jawaban hingga membentuk sebuah jawaban berbobot.

Alarm tanda waktu sudah berakhir diatas meja guru telah berbunyi dengan nyaring. Kanaya menghela nafas lega saat semua soal essay itu terjawab.

Melody—ketua kelas atau seseorang yang duduk di samping Kanaya, menengadahkan tangannya meminta kertas jawaban untuk di kumpulkan ke depan.

"Hasil ulangan hari ini akan dibagikan setelah jam istirahat," ucap bu Jina—guru fisika itu sebelum mengakhiri pelajaran.

Kanaya mengusap wajahnya kasar bermaksud menenangkan perasaannya yang tak karuan sedari tadi.

Melihat hal itu Melody mengusap punggung Kanaya pelan, dan kembali memainkan ponselnya yang sudah menyala sedari tadi.

Jam istirahat hari ini Kanaya terlihat sangat tak bersemangat. Melody yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Kanaya segera beranjak dari kursinya dan menghampiri Gentala bersama teman-temannya yang sedang asik bermain game.

Labirin LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang