Badai

1.7K 211 27
                                    

Bukan hanya Atala yang merasa adiknya berubah, Athan sendiri juga merasakannya. Entahlah, tapi akhir-akhir ini ia lebih senang menyendiri; menikmati rasa sakitnya seorang diri. Jika biasanya Athan akan merengek meminta semua saudara untuk menemaninya, rasanya sekarang Athan sudah terbiasa dalam sepi.

Meninggalkan meja makan lebih dulu juga menjadi rutinitas baru yang Athan lakukan. Banyak sekali alasan, mulai dari obat yang tertinggal di kamar sampai rasa kantuk yang terlalu besar. Melihat kini Atala mulai membuka diri dan jadi lebih sering mengobrol dengan yang lain tak lagi meninggalkan rasa iri dalam diri Athan, ia justru sengaja memberi ruang bagi mereka tanpa dirinya.

Karena sekarang Athan sadar, kehadirannya hanya akan menghambat Atala untuk menjadi dirinya sendiri.

Setelah masuk ke dalam kamar, Athan lekas duduk di tepian ranjang. Sebuah kotak dengan sekat-sekat kecil berisi kumpulan obat miliknya kini berada di pangkuan, sejenak Athan memperhatikan semuanya satu persatu, kemudian menghela napas panjang. Rasanya bosan sekali, tapi tanpa itu semua mungkin ia tidak akan bertahan sampai esok.

Alih-alih segera meminum obat, Athan justru kembali bangkit dan beranjak menuju meja belajarnya. Ia duduk disana dan hanya diam, tidak membuka buku ataupun membuka ponsel yang sudah lama tidak ia aktifkan. Lagipula, untuk apa? Athan tidak punya teman sebanyak Atala, ia tidak punya teman mengobrol selain saudara-saudaranya.

"Atala kebiasaan, meja belajarnya selalu berantakan."

Dari tempatnya duduk, Athan melihat meja belajar milik kembarannya itu berbanding terbalik dengan miliknya. Berantakan, beberapa tumpukan buku dan kertas ada di atas meja, pun sampah-sampah kecil yang semakin merusak pemandangan. Athan jadi tergerak untuk mendekat, ia risih melihat semua itu.

Buku pelajaran sudah disimpan di tempat yang semestinya, beberapa alat tulis sudah dirapihkan kembali, hingga saat sebuah buku berukuran sedang yang awalnya tersimpan di antara tumpukan terlihat. Kening Athan mengernyit, sejak kapan Atala memiliki buku tersebut?

Rasa penasaran itu akhirnya membuat Athan membuka lembaran demi lembaran secara perlahan dan membacanya dalam hati.

Rasa penasaran itu akhirnya membuat Athan membuka lembaran demi lembaran secara perlahan dan membacanya dalam hati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Athan membuka lembaran secara acak dan jantungnya terasa seperti diremas kuat saat kalimat pertama terbaca. Atala ditampar oleh Arsen? Sejenak ingatan Athan melayang ke tanggal yang tertera disana. Benar, saat itu ia kembali kambuh karena menerjang hujan bersama Atala.

Tapi, sumpah demi apapun, itu bukan salah Atala.

Tapi, sumpah demi apapun, itu bukan salah Atala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Growing Pain: BreathlessWhere stories live. Discover now