Bab 21

13.7K 1.5K 119
                                    

Hai! I'm back!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai! I'm back!!!

Makasih doa-doanya yaa, meski belum total tapi lebih baik sakit kepalaku. 

Siap ketemu Pra lagi? Kasih ombaknya yang banyaakkkk 🌊🌊🌊

Happy Reading!!!

***

Kepala Ray ingin pecah ketika ia baru saja keluar ruangan direktur mengikuti bosnya yang berjalan dengan angkuh di depannya. Hubungan bosnya dengan sang ayah memang tak terlalu dekat, terlebih kalau menyangkut soal pekerjaan.

Tiga puluh menit lalu suasana ruangan Erwin Salim Wijaya, direktur Future Digital, sangat tegang. Ray harus diam, berkamuflase bagai vas bunga yang siap dilempar kapan saja oleh dua orang dewasa itu. Untungnya tak ada apapun, meskipun Pra lagi-lagi tak mau mengikuti kemauan orang tuanya, mereka tak akan bersitegang seperti di film-film.

Walaupun sebenarnya suasana kehidupan keluarga konglomerat ini sangat mencekam.

"I'm sorry, I can't Pa," ucap Pra menolak usulan Erwin untuk menjadikannya wakil direktur Future Digital.

Erwin menghela nafas panjangnya. "Kenapa? Alasan rebutan kekuasaan lagi? Pa, papa bikin perusahaan ini buat keluarga kita."

"Papa bikin itu sama almarhum Om Hermanto, dan sebaiknya memang Mas Nick yang menjadi wakil papa. Bukan Pra."

Erwin sebenarnya sangat mengetahui watak anak lelaki satu-satunya. Sebenarnya sifat itu tak jauh berbeda darinya, ia sendiri dari dulu memang tak mau terlalu ikut terlibat dengan keluarga besarnya. Namun Future Digital ini adalah jerih payahnya sendiri dan dengan kakaknya, Hermanto Wijaya.

Erwin naik menjadi direktur utama setelah Hermanto Wijaya meninggal beberapa bulan lalu karena serangan stroke. Sedangkan anaknya, Nick, sekarang menjabat sebagai CEO di salah satu anak perusahaan Future Digital. Posisi wakil direktur sekarang sedang kosong dan tentunya menjadi banyak perbincangan siapa yang akan menggantikan Erwin.

Sebagian orang beranggapan bahwa Nick lah yang pantas menduduki posisi itu, karena secara hierarki ia adalah anak Hermanto. Namun sebagian lain melihat Pra begitu potensial apalagi dengan hasil kerjanya selama di FutureMe.

Itulah mengapa Pra sangat menghindari konflik keluarga seperti ini. Ia tak membutuhkan jabatan itu yang hanya akan membuat suasana internal keluarganya lebih panas.

"Tapi kamu tahu sendiri bagaimana kerja Nick kan Pra? Papa gak yakin kalau Nick yang pegang perusahaan ini."

Lagi, perdebatan ini akan selalu berakhir dengan alasan papanya mengungkapkan ketidakbecusan Nick mengelola perusahaannya sendiri. Memang perusahaan Nick hampir colaps karena kecerobohan pria itu, kalau saja induknya–Future Digital tak segera memberi bantuan serta kestabilan perusahaan, perusahaan itu mungkin sudah gulung tikar sejak lama.

(un) Match CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang