Bab 12

13.9K 1.5K 129
                                    

Hai!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!

Cek ombak dulu yang menanti update Pra - Arum 🌊🌊🌊

BTW, aku lagi ultah hari ini!! Selamat menikmati kado dari aku. Hihihiii

Happy Reading!

***

Arum mengangguk malas. "Oke," balasnya kemudian berbalik meninggalkan Pra.

Pra tak terima dengan jawaban perempuan itu. Ia menahan pergelangan tangan Arum.

"Rum. Gue minta maaf. Gue gak bohong atau main-main sekarang," tambahnya seperti mengharap sesuatu yang lebih.

"Iya," balasnya singkat.

Pra masih tak melepaskan cekalannya. "Lo belum memaafkan gue."

Arum menarik napasnya dan mengembuskannya dengan kesal. "Harus gue maafin lo? Bukannya maafin atau enggak itu terserah gue?"

Pra kehilangan kata-katanya. "Iy..ya. Itu memang–tapi lo sebaiknya maafin gue," balasnya cepat. Sial, dia tak mau dipermalukan seperti ini. Dia di sini ingin memperbaiki hubungannya dengan Arum.

"Why should I?" tanya Arum dengan dingin.

"Karena... karena kalau hubungan kita gak baik, orang tua kita bisa tau. Dan tentu saja gue bakal di marahin mama gue, begitu juga lo kan? Selain itu hubungan orang tua kita, terlebih ibu kita pasti renggang. Lo mau bikin mereka canggung?" kata Pra dengan alasan yang menurutnya masuk akal. Pra tau alasannya cukup konyol, namun apapun akan dia lakukan untuk membuat Arum memaafkannya. "Oke kalau lo belum mau memaafkan gue. Seenggaknya kita jangan kelihatan marah di depan orang tua kita," tambahnya.

Tidak. Tidak, Pra tak bermaksud menjadi pria yang lebih brengsek dari kemarin. Walaupun sejatinya dari dulu dia tak pernah jadi pria baik. Namun, otaknya tak mampu berpikir apapun lagi. Mama jadi satu-satunya alasan yang bisa ia bawa di sini.

Omongan Bella tak ada yang benar. Suka sama gue dari hongkong. Lihat, alasan Pra tepat seperti apa yang gue pikirkan. Laki-laki ini emang brengsek. "Oke. Gue gak akan bilang ibu gue. Akan gue pastikan kalau hubungan kita baik-baik aja."

Jawaban Arum lagi-lagi tak memuaskan Pra. Pra membenci raut wajah dingin itu. Dia lebih suka Arum memandangnya dengan tatapan kesal, bukan dingin dan seolah tak peduli.

"Rum." Pra kembali menarik tangan Arum, seolah tak ingin melepaskannya.

"Apalagi?" tanya Arum dengan frustasi.

"Rum. I'm so sorry. Gue minta maaf. Gue gak bermaksud bilang gitu ke lo. Gue tahu omongan gue jahat–"

"–kalau lo tau kenapa masih lo omongin Pra? Lo bukan anak ABG kan? 30 tahun kurang tua untuk tau kata-kata mana yang pantas diucapkan ke sesama manusia?" kata wanita itu menumpahkan emosinya. "Gue pernah salah apa sih sama lo Pra? Kasih tau gue, apa yang bikin lo sebenci itu sama gue–"

(un) Match CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang