Restu Keluarga Anin ⁉️

308 13 0
                                    

Gadis cantik dengan rambut panjangnya itu mengetuk pintu rumah nya lalu membuka pintu tersebut. Disana terlihat kedua orang tuanya yang tengah duduk di meja makan.

"Kenapa baru pulang Nin?" tanya sang Papa saat melihat putrinya yang sudah memasuki rumah itu.

"Anin tadi kerumah kak Angkasa Pa, ada party kecil-kecilan gitu," jelas gadis itu tak lain adalah Anin mendudukan dirinya di hadapan orang tuanya yang tengah makan itu.

"Sudah makan kamu Nin?" tanya Mama yang di angguki oleh gadis cantik itu.

"Kamu Mama lihat, akhir-akhir ini sibuk banget ya. Gaada waktu sama keluarga," ujar Mama sambil menatap anak perempuannya itu.

"Ada kok Ma, cuma—" ujar gadis itu terpotong dengan suara pintu rumah yang terbuka. Menampilkan seorang cowok dengan jaketnya itu.

"Baru pulang kamu Bang?" tanya Papa.

"Iya nih Pa, ada tugas gitu. Kenapa nih, kok pada ngumpul disini mana tegang," ujar Devan sambil duduk di sebelah kursi sang adik.

"Ini nih Bang, adek kamu. Semenjak sama anak itu dia jadi sibuk, pulang malam. Gaada waktu buat keluarga," ujar Mama.

Suara hembusan nafas terdengar dari putra sulung mereka itu. Menatap ke arah sang adik yang sedari tadi menundukan kepala nya. Cowok itu lalu mengarahkan tangan nya untuk mengelus kepala sang adik.

"Kenapa sih malah nunduk, Mama nanya tuh," ujar cowok itu. Pernyataan itu berhasil membuat gadis itu dengan segera menaikan kepala nya.

"Orang nggak sibuk Bang, adek tuh ada waktu. Cuma memang beberapa hari ini sibuk, bikin permintaan maaf," jelas gadis itu yang mulai berbicara.

"Minta maaf buat apa? Kenapa putri kesayangan Papa harus minta maaf?" tanya sang Papa dengan segera.

"Karena kemarin tuh, yang Anin bawa kak Angkasa buat makan siang sama kita. Ternyata, kak Angkasa tuh ada janji sama adek nya, nah jadi mereka tuh berantem gitu. Jadi harus bikin biar mereka baikan dong," jelas Anin.

"Itu bukan salah kamu, dek. Itu salah Angkasa siapa suruh dia lupa ada janji, dan meng-iyakan permintaan kamu. Kenapa jadi harus kamu sih yang minta maaf?" jengkel Devan menatap adiknya yang begitu lugu itu.

"Lah kan tapi, sebagai bentuk tanggung jawab aja Bang. Kenapa ngajak kak Angkasa," ujar Anin masih ingin membela diri.

"Buruk sekali dampak si Angkasa, Angkasa itu buat kamu Nin, jauhin ya?" pinta sang Mama membuat gadis itu menarik nafasnya panjang.

"Mama, Papa, Abang kenapa sih kayak gini? Ini baru mulai masa SMA Anin loh, masa udah di larang-larang," ujar gadis itu sambil kembali menundukan kepalanya.

"Kenapa kamu nggak senang di larang Nin? Biasanya jika Abang, Mama dan Papa memberikan larangan kamu selalu meng-iyakan dan kenapa sekarang begini?" tanya Devan yang mulai kesal melihat sang adik yang selalu menjawab pernyataan yang ia dan kedua orang tuanya lemparkan itu.

"Anin, jangan bilang kamu suka sama Angkasa?" tanya sang Mama yang mulai menyadari pola pikir anak bungsunya itu.

"Kalau Anin suka sama kak Angkasa kenapa Ma?" tanya gadis itu.

"Anin, bukan Papa, Mama dan Abang melarang kamu untuk jatuh cinta. Memang di Masa SMA adalah masa yang terbaik untuk yang namanya jatuh cinta. Akan tetapi untuk jatuh cinta itu harus memilih orang," jelas sang Papa secara berhati-hati.

"Kenapa harus memilih orang dalam jatuh cinta Pa? Bukan kah jatuh cinta itu harus dengan hati?" tanya gadis itu sambil menatap dalam mata sang Papa.

"Kamu bisa memandang hal itu dengan baik karena kamu perempuan Nin. Tapi Papa tau watak laki-laki yang sebenarnya," ujar Devan membela sang Papa.

"Tapi bang, kenapa memangnya? Bukan nya kak Angkasa baik, dia pinter berorganisasi seorang pemimpin. Lalu kurangnya kak Angkasa apa?" tanya gadis itu.

"Karena keluarganya."

"Kenapa memangnya keluarga kak Angkasa?" tanya gadis itu, bibirnya bergetar mendengar seluruh pernyataan dari keluarganya itu.

"Karena keluarganya berantakan, Nin. Kita ga pantes untuk bersanding dengan keluarga seperti itu, tolong pahami Papa. Papa dan Mama selalu memberikan apa pun yang Anin mau, jangan sampai karena hal itu, karena cowok Anin jadi sedih," jelas sang Papa.

"Papa, bukan nya Anin nggak meng-hargai Papa. Tapi kak Angkasa nggak gitu kok, tolong jangan sama-samain kak Angkasa dengan Ayah-nya," ujar gadis itu lalu beranjak meninggalkan meja makan.

"Anin!" seru Devan. Akan tetapi seruan itu tidak di balas dan bahkan hanya untuk sekedar menoleh tidak gadis itu lakukan.

"Mungkin Papa dan Mama niatnya baik. Abang juga tau, tapi ini masih baru bagi Anin. First Love yang langsung ia rasakan di masa SMA, ini memang agak sulit untuk di larang Pa, Ma. Seharusnya kita membiarkan, lalu saat ia terluka kita di belakangnya," jelas Devan.

"Kita terlalu keras sama Anin, Pa?" tanya sang Mama sambil menatap ke arah suaminya. Papa sedang mengurut dahi nya yang sudah mulai pusing tersebut melihat anak kesayangannya putri kesayangannya harus merasakan hal seperti ini.

"Anin, maaf untuk Papa dan Mama yang belum memberi restu. Papa dan Mama hanya ingin yang terbaik untuk anaknya, terutama kamu. Akan tetapi untuk kamu, restu ini Papa berikan, akan tetapi jika ada yang menyakiti kamu, ada Papa disini ya nak?" ujar sang Papa sambil mengetuk pintu anak perempuannya.

"Anin, tolong jangan pernah marah sama Papa. Jangan pernah kecewa sama Papa, Papa sedang berusaha untuk menjadi Papa terbaik nya Anin." Papa berusaha untuk menahan tangisnya.

Pernyataan terakhir itu berhasil membuat gadis itu luluh, lalu pergi menghamburkan pelukannya terhadap sang Papa.

"Papa jangan nangis, Papa selalu menjadi Papa terbaik nya seorang Anin. Maafin Anin yang memberontak ya Pa? Anin gamau Papa sedih, maafin Anin yang maksa ya," ujar gadis itu sambil menangis di dalam hangat nya pelukan sang Papa.

"Jangan pernah meminta maaf, anak Papa. Anak gadis kecil Papa, jangan pernah meminta maaf. Papa tidak akan pernah membiarkan kamu untuk meminta maaf. Ingat jika ada yang buat kamu luka, ke Papa, biar Papa yang marahin orang itu. Gaada yang boleh lukai putri kecil Papa," ujar sang Papa.

Mungkin anak perempuan nya itu mengetahui apa itu cinta dan bagaimana untuk jatuh cinta. Akan tetapi sang Papa lebih tau, apa itu laki-laki dan apa itu cinta sesungguhnya. Dan pada dasarnya seorang Papa tidak akan pernah membiarkan anak perempuannya untuk terlika apa lagi sedih.

SMANDA DAN ANGKASA Onde histórias criam vida. Descubra agora