Party-nya Adek Kecil 🌷

326 18 0
                                    

Hallo semuanya!!

Absen yang rindu Angkasa ☝🏻

Absen yang rindu Anin ☝🏻

"Nah iya, jadinya kenapa kalian ramai-ramai kesini. Memang mau minta doa restu kah?" tanya Bunda yang membuat Angkasa melihat ke arahnya.

"Bunda," ujar cowok itu, membuat sang Bunda tertawa perlahan.

"Maaf-maaf, yaudah jadinya ada apa nih, kesini?" tanya wanita itu menyudahi tawanya.

"Kan mau buat Party, kecil-kecilan aja Bun. Biar Ica bisa maafin Kak Angkasa," ujar Anin membantu cowok itu untuk menjawab.

"Haduh, siapa ini yang punya ide?" tanya Bunda.

"Anin Bun," jawab gadis itu.

"Ih kamu mah, selain cantik pinter, perhatian juga ya. Bagus lah membujuk dengan hal-hal favorit nya. Sekarang mending kalian cepat bekerja, karena Ica sebentar lagi pulang," ujar Bunda yang di angguki oleh mereka semua.

"Sa, aku sama Giselle beli pita dulu ya. Sisanya aman kan?" tanya Aska yang menghampiri sang sahabat yang tengah sibuk mendekor ruang keluarga dengan beberapa balon.

"Aman, hati-hati ya," ujar Angkasa yang di angguki oleh sahabatnya itu.

"Aw!" Suara ringisan itu terdengar jelas dari arah dapur, Angkasa yang mendekat itu pun bergegas menuju arah suara. Disana cowok itu sangat terkejut karena melihat Anin yang tengah meringis kesakitan dengan tangan nya yang melepuh.

"Kenapa kok bisa?" tanya cowok itu sambil memegang tangan gadis cantik tersebut.

"Oven nya panas, hampir gosong. Kalau pakai sarung tangan nggak keburu," jawab gadis itu.

Helaan nafas terdengar, Angkasa pun membawa Anin ke sofa yang berada di ruang keluarga. Membiarkan gadis itu untuk duduk disana, dan beranjak mengambil sebuah kotak. Lalu kembali duduk di sebelah gadis itu, Anin hanya memperhatikan gerak-gerik yang di lakukan oleh sang kakak kelas itu.

"Lain kali hati-hati, kalau gabisa, panggil aja. Harusnya biarin aja gosong, dari pada tangan kamu melepuh kayak gini. Sakit kan?" tanya cowok itu sambil sedikit menasehati Anin.

Suara yang lembut itu menyadarkan Anin, bahwa sang kakak kelas khawatir dengan dirinya. Akan tetapi, ia juga harus mementingkan kue yang telah ia dan Bunda dari Angkasa itu buat.

"Iya maaf kak, tapi kan kalau kue nya gosong, kasian juga Ica dan Bunda yang udah buat. Itu kan kue favorit Ica," jelas gadis itu menyertakan alasan nya.

"Tapi nggak dengan mengorbankan diri kamu seperti ini, paham? Saya ga suka liat kamu terluka, Anin." Cowok itu pun segera beranjak untuk mengembalikan kotak p3k itu.

"Memangnya kenapa kak? Kakak gasuka aku terluka?" tanya gadis itu mulai penasaran dengan tingkah laku sang kakak kelas itu.

"Karena kamu berharga," jawab Angkasa dengan sangat cepat. Pernyataan yang berhasil membuat gadis itu terdiam, tanpa dapat berbicara lagi. Lidahnya seakan-akan kelu, tak bisa lagi untuk menjawab atau sekedar meng-iyakan.

"Aduh kenapa ini anak Bunda?" tanya Bunda dengan histeris melihat tangan Anin yang tengah di perban itu untuk menutupi luka bakar itu.

"Gapapa Bunda," ujar gadis itu sambil tertawa kecil.

"Gapapa apanya? Orang udah sampai luka kaya gitu," sambung Angkasa dengan nada yang cukup tidak enak.

"Lain kali, hati-hati ya anak Bunda. Nanti Angkasa-nya Anin sedih," ujar Bunda yang membuat gadis itu menahan senyumnya saat mendengarkan perkataan sang Bunda dari Angkasa itu.

"Tenang aja Bunda, nggak parah kok," ujar Anin kembali tersenyum.

Semuanya sudah siap dalam waktu sekejap akibat kerja sama yang sangat baik. Mereka pun akhirnya mematikan lampu dan bersembunyi, sebelum pintu rumah terbuka cukup lebar. Menandakan ada orang yang akan masuk, disana Ica yang baru saya masuk rumah begitu terkejut mengapa rumah nya begitu gelap.

Dalam hitungan ke-3 lampu pun menyala dan memperlihatkan betapa indahnya ruang keluarga yang sudah di hias oleh mereka semua. Tema bernuansa merah muda sesuia dengan warna favorit gadis kecil itu membuat nya tersenyum kecil.

"Ada apa ini, Ica belum ulang tahun?" tanya gadis kecil itu dengan wajah kebingungan nya.

"Ini tanda perminta maaf nya abang, maafin abang untuk beberapa hari yang lalu ya. Janji abang nggak bakal ngulangi lagi," ujar Angkasa yang keluar dari tempat persembunyian nya itu.

"Maafin kak Anin ya, kakak beneran gatau kalau abang kamu ada janji sama kamu adek manis. Kalau kakak tau, pasti udah kakak marahin nih abang kamu, kakak suruh pulang," tambah Anin dengan wajah penuh penyesalan itu.

"Tuh dek, kak Anin sama bang Asa udah siapin ini semua loh untuk kamu. Mereka ga istirahat setelah pulang sekolah, demi kamu. Ayo jadi anak pemaaf dan maafkan mereka," pinta sang Bunda.

"Emang Ica dapat apa kalau Ica maafin?" tanya gadis kecil itu yang membuat suasana hening semakin sunyi.

"Terserah adek deh, mau beli apapun. Bang Asa beliin," ujar cowok itu menjawab nya dengan cepat.

"Yaudah deh, Ica maafin. Tapi janji ya jangan diulangi lagi. Ica takut, kalau bang Asa kayak Ayah," ujar gadis itu.

"Tenang aja adek, abang gabakal jadi kayak Ayah. Pegang deh janji abang, abang juga gamau jadi orang kayak gitu," ujar Angkasa membuat netra pandangan nya menuju ke arah langit-langit menahan tangisnya.

"Jadi kak Anin di maafin ga nih?" tanya gadis itu.

"Kak Anin, boleh peluk?" tanya Ica setelah menganggukan kepala nya tanda meng-iyakan ucapan dari Anin.

"Tentu saja, boleh dong," ujar Anin lalu merentangkan tangan nya.

Ica, gadis kecil itu berlari menuju Anin dan menghamburkan pelukannya. Sudah sangat rindu dengan Anin, walau hanya bertemu sekali. Akan tetapi gadis itu sudah merasakan rasa senang yang begitu banyak semenjak ketemu dengan Anin.

"Kak Anin, jangan ambil bang Asa ya?" tanya gadis itu, pertanyaan yang berhasil membuat gadis itu bungkam.

"Gamungkin juga dong kak Anin ambil abang kamu dari kamu Ca. Tenang aja, kak Anin gabakal ambil kok," ujar Anin lalu tertawa pelan.

"Bagi dua aja kak, itu gapapa," ujar Ica membuat Anin mengerutkan dahi nya tidak paham atas ucapan gadis kecil dihadapannya itu.

"Bagi dua apa?" tanya Anin.

"Bagi dua bang Asa nya, jadi nya bisa sama-sama senang," ujar Ica membuat suasana hening menjadi tertawa mendengar pernyataan dari gadis kecil itu.

"Tuh, adeknya udah ngerestuin. Bunda nya juga udah ngerestuin ini tinggal kapan tanggalnya aja nih," ujar Aska dari belakang mereka semua.

"Tanggal apa bang Aska?" tanya Ica yang mulai penasaran dengan percakapan itu.

"Anak kecil gaboleh tau ya," ujar Aska sambil meledek Ica.

"Ih bang Aska jahat! Kak Isell liat bang Aska!" seru Ica.

Suasana sore itu begitu hangat karena mereka berkumpul menjadi satu. Disana dipenuhi canda tawa sambil menikmati kue yang telah dibuat oleh Bunda dan juga Anin.

Sebenarnya kunci dari hubungan yang erat adalah komunikasi dan kejujuran jika itu sudah bisa di pegang maka terjalin hubungan yang aman, nyaman dan tanpa selisih sedikit pun.

Hallo guys, gimana chapter ini??

Jangan lupa follow dan vote ya🌷

Thank you love 🌷✨

SMANDA DAN ANGKASA Where stories live. Discover now