❖ 05 . Relung Sastra

71 14 0
                                    

kalau ada jaring bertebar dan kamu terjebak, pilihannya hanya dua, rusak jaringnya atau menyerah pada nelayan

❝ kalau ada jaring bertebar dan kamu terjebak, pilihannya hanya dua, rusak jaringnya atau menyerah pada nelayan ❞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yogyakarta, 1997.


Setelah menyantap makan malamnya, Aruna kembali kekamarnya ia rebahan dikasur sambil sesekali menatap langit-langit kamarnya. Ditengah kesunyian itu ia baru teringat akan sepucuk surat yang katanya dari Anton, siswa duabelas IPS satu. Aruna bangun dari tidurnya, lalu meraih tas sekolah dimana surat itu ia simpan, dibukanya lah surat itu sambil terduduk dipinggir kasur. Membacanya dalam hati.

Tapi tidak sampai lima menit gadis itu meremuk habis kertasnya, lalu melemparnya asal. Seolah dia tidak perduli akan pesan apa yang ada didalam kertas itu, "kau seperti rembulan dimalam hari~... memangnya ada rembulan dipagi hari?, aku juga bukan rembulan, wajah ku tidak bopeng seperti bulan," komentarnya terhadap puisi yang baru saja ia baca, hasil karangan Anton.

Jika Anton tau bagaimana reaksi gadis itu, sepertinya dia akan memulai cara lain dan meninggalkan puisi klasiknya itu. Setelah sibuk mengomentari puisi buatan Anton, sebuah ketukan dipintunya menggemah, membuat gadis itu beranjak kearah pintu dan membukanya. Terlihat kakak perempuannya itu berdiri diluar kamarnya, "kenapa kak?" tanyanya pada sang kakak. "Teman mu Brama, menelepon," setelah tau hal itu Aruna menghela nafas lelah, seolah ia tak mengharapkan panggilan itu datang.

"Katakan saja aku sudah tidur," ucap Aruna malas, itu membuat kakaknya heran. "Kenapa begitu?, angkat saja dulu siapa tau penting," ujar si kakak, menahan pintu yang hendak Aruna tutup. "Tidak ada yang penting, bilang saja begitu," kemudian pintu kamar itu benar-benar ditutup oleh Aruna dan kakaknya terpaksa berbohong pada Brama.

Netra gadis itu kini berpaling pada sudut ruang, melihat sebuah payung biru bersandar disana. Saat kini ia sudah kembali tertidur dikasurnya, tetapi kemudian dia memejamkan matanya.


***



Kini Husain duduk bersimpuh bersama kedua adiknya, membantu mereka menyelesaikan PR. Jetta dan Hanna terlihat begitu serius dan Husain memperhatikan wajah serius mereka yang entah kenapa malah terlihat menggemaskan. Pemuda itu terkekeh kecil, lalu kembali menetralkan air wajahnya saat Jetta meliriknya.

"Belum selesai juga ya?, kalau masih banyak dilanjut besok saja atuh," ujar bunda saat mendapati tiga anaknya masih saja bergelut dalam soal. Ketiganya menoleh pada bunda, "tidak bun satu soal lagi selesai kok," ucap Jetta saat kini dia mulai kembali fokus pada buku. "Iya setelah selesai langsung tidur ya, besok mau sekolah nanti kesiangan," ucap bunda, seraya mengelus punggung Husain yang ada disebelahnya.

Bunda kembali kekamarnya untuk membereskan tempat tidur, sebab bunda tidur bersama Hanna dan Jetta serta Husain tidur dikamar masing-masing. Tidak lama kemudian benar saja PR Jetta dan Hanna sudah selesai, kini mereka membereskan alat tulis mereka, lalu berjalan menuju kamar masing-masing untuk tidur, begitu pula dengan Husain.

Romansa Tuan Sastra | Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang