⁰⁵/"berharap?"

230 25 4
                                    

Esoknya aku kembali bersekolah, tentunya dengan tubuh yang lebih segar. Benar saja, kemarin saat aku pulang langsung terserang demam, yang benar aja? Rugi dong.

Aku mengenakan seragam Pramuka dengan lengkap, lalu melangkahkan kakiku menuju sekolah.

Tepat di ambang pagar sekolah, aku sudah disambut dengan Amu dan Upi yang bersemangat, aku heran, kenapa mereka selalu bersemangat sekali?

"[NAMEEE], KAMUU MASIH SAKITT??" Teriak Amu sembari berlari ke arahku, lalu memelukku dengan erat, sampai aku sesak nafas dibuatnya.

Sedangkan Upi menaruh telapak tangannya di keningku untuk memeriksanya langsung, setelahnya Upi mengacungkan jempolnya, "Sip, udah enggak panas, malah dingin kayak mayat hidup" .

Seketika aku menjitak kepala Upi setelah mendengar ucapannya, Upi hanya membalas ku dengan cengengesan.
Sementara Amu malah menggelengkan kepalanya seolah ia yang paling waras.

Kemudian aku, Amu, Upi berjalan menuju kelas diiringi candaan. Baru diambang pintu kelas aku melihat situasi kelas sudah tidak bisa dikondisikan.

Pandangan mataku juga tak lepas dari Sho yang terus menatapku, aku sontak menjadi gelagapan. Aku tak mau kepedean tapi, kenyataannya begitu.

Aku sekarang telah duduk di bangku ku, kemudian menoleh kearah tempat Sho duduk. Saat menoleh, Sho sudah beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju tempat dudukku. Aku lagi dan lagi dibuat gugup dengannya.

Di depanku Sho menghentikan langkahnya, menatapku lagi, namun kini hanya sekilas, kemudian ia menunduk. Ada apa ini? Apakah Sho selama ini juga memiliki perasaan yang sama?! Otakku menerka apa yang akan Sho katakan sesudah ini.

"Gimana? Udah baikan?" Sho kembali mengangkat kepalanya, kemudian dilipatnya tangan di kedua dada Sho. Bisa ku perkirakan wajahku sekarang merona hebat, Sho tidak akan mengetahuinya kan?!

"U-udah, kalo masih sakit harusnya aku dirumah" Jawabku kepada pertanyaan Sho, aku mencoba stay cool di depan Sho, tapi sepertinya tidak bisa. Kalian juga gitu kan kalau di depan orang yang disukai?!

"Oke, jangan lupa makan" Ucapannya sekali lagi membuat jantungku berdegup sangat kencang, siapapun tolong, aku ingin pingsan.

Kemudian Sho kembali ke tempat duduknya, sementara aku menenggelamkan kepalaku diatas meja. Menyembunyikan wajah yang merona ini, untung saja Amu dan Upi sedang di kantin. Kalau ada disini, aku sudah habis diejek oleh mereka berdua.

***

Di jam pelajaran aku malah tidak fokus dikarenakan kejadian tadi, sesekali memandang Sho yang tertidur di kelas membuatku terhanyut dalam khayalan yang ku buat sendiri.

Pandangan ku alihkan ke arah jendela kelas, tepat di sebelah tempat dudukku. Kejadian tadi membuatku berharap jika Sho juga memiliki perasaan yang sama, aku sangat berharap untuk saat ini.

Melihat tindakan tadi lebih dari kata 'pertemanan' bukan? Oh ayolah, hal kecil seperti itu mampu membuatku gila.

"[Name]" Panggil Upi yang duduk dibelakang ku, sontak aku membalikkan tubuh. Aku menatap Upi dengan ekspresi kebingungan.

"Kamu kenapa? Daritadi senyum mulu? Stress nya nambah?" Tanyanya dengan wajah polos, mendengar hal itu, membuatku kesal, walaupun yang Upi bilang itu benar.

Aku menggelengkan kepalaku, sekarang malah Upi yang kebingungan. Dirinya menatapku sebentar, kemudian menaruh tangan di dagunya.

"Kayaknya kamu harus ke UKS lagi deh [Name], nanti aku sama Amu temenin" Ucapnya sambil matanya yang menatap tajam kearah ku.

"Enggak usah Upi!" Aku sedikit meninggikan nada suara ku, Upi hanya menatap cengo , tatapan nya itu membuatku menahan tawa.

Lalu tatapan Upi berubah menjadi ketakutan, ada apa? Aku membalikkan tubuhku, dilihat ku Pak Eko dengan wajah yang menyeramkan, lebih menyeramkan dari hantu.

"[Name] , Upi, lagi omongin apa? Kok asik banget?" Tanyanya sambil memegang buku berwarna biru, jujur, aku tak tahu buku apa itu.

Aku meneguk ludahku kasar, dan selanjutnya hanya tersenyum kikuk. Aku tak tahu kondisi wajah Upi, tapi bisa ku pastikan wajahnya sama paniknya dengan tatapanku.

"Kalau gitu, [Name] sama Upi, coba terangkan semua materi yang berada di bab 3" Ucap Pak Eko sambil memukul mejaku, aku kaget pastinya.

Aku dan Upi sontak menjadi sorotan kelas, tak terkecuali Sho, Aku kemudian berdiri dan menarik tangan Upi untuk bersama sama menuju depan kelas.

Aku tahu, pasti nanti berakhir di lapangan. Tapi, yah sudahlah, toh ada Upi.

***

Aku dan Upi benar benar berada di tengah lapangan, akibat tidak bisa menjawab rumus matematika. Jahat sekali pak Eko. Setidaknya aku tidak sendirian sih.

Upi sedari tadi menatap Enzo yang sedang berolahraga, tatapan Upi seperti orang aneh, tak heran sih. Kalo gak aneh bukan Upi namanya.

Sementara aku? Entah, aku juga tak tahu apa yang kulakukan. Hanya berdiam diri sambil menatap keatas langit.

Aku entah mengapa, tiba-tiba mengkhawatirkan mama. Mama baik-baik saja di rumah sakit kan? Oh ayolah, katakan ini hanya firasat buruk.

Membuang jauh-jauh pikiran buruk itu, kemudian aku mulai mengedarkan pandanganku. Disamping, Upi tiba-tiba menyenggol ku, sontak aku menoleh. Upi hanya menatapku dengan senyum yang menurutku aneh.

Lalu Upi memberi kode untuk melihat kearah atas, tepatnya dilantai dua. Disana ada Sho yang.. menatapku?

'ARGGGHH, JANGAN KEPEDEAN [NAME] !!!!' Batinku bergejolak, aku kemudian menunduk. Jika Upi melihat wajahku yang memerah padam, pasti dia akan menggodaku.

Tapi, bolehkan aku berharap ?
Tidak ada salahnya bukan?
Yang salah ketika kita terlalu banyak berharap, jatuhnya akan sakit.
Namun, apakah aku sanggup menerima rasa sakitnya?




TO BE CONTINUED.

ges, naa jadi bingung. mau bikin happy end atau sad end?

gabung dua duanya bisa ga si? 😞🙏🏻 .

yasudah, SEMOGAA SUKAAA.

jangan lupa vote ya kak? 

--ᝰ໋᳝݊ Loᵛe ⊹ Sho x ReadersWhere stories live. Discover now