⁰¹/ "Awal mula"

393 30 0
                                    

Baiklah, aku akan menceritakan awal mula bagaimana aku bisa menyukai lelaki bernama lengkap Shoto .

Bermula dari aku yg masih Sekolah Menengah Pertama, atau dikenal dengan SMP. Jika di ingat lagi, masa SMP ku lumayan suram. Tak ada yg mau berteman denganku bahkan jika ada mereka hanya mengkambinghitamkan diriku sebagai dalang dari masalah di kelas.

Tak hanya itu, aku bahkan sempat ditembak oleh lelaki di kelasku. Aku senang, pastinya, tapi sedetik kemudian dia menertawai ku dengan perkataan yg cukup membuat hatiku tersayat.

"Pfftt- dasar bodoh! Mana ada yg mau sama lu, gampang banget dibohongi! Ahahahaha!" Kurang lebih seperti itu yg dia katakan, kalian kalau diperlakukan seperti itu pastinya akan sakit hati bukan?

Sampai puncak nya, ketika orangtuaku dipanggil ke ruang kepala sekolah. Karena aku yg 'katanya' mem-bully teman kelasku menggunakan gunting, tentu saja mereka berbohong. Aku tak mungkin melakukan hal sekeji itu, walaupun aku sangat ingin melakukannya, tapi, aku mengingat banyak dosa yg ku tanggung nanti.

lalu, Amu yg berbeda kelas denganku datang. Amu ingin berteman denganku, sungguh, saat itu aku sangat terkejut. Aku tak bisa menahan tangisku, aku yg awalnya hanya dekat dengan Amu tapi lama kelamaan aku juga dekat dengan yg lainnya, Toro, Upi, Kiki, dan Sho.

Jujur pertemuanku pertama kali dengannya sangat lucu menurutku, jadi saat jam istirahat aku ingin ke kelas Amu. Dan tiba tiba aku menabrak seseorang yg lebih pendek dariku, Sho. Ku kira dia anak SD yg nyasar.

"Eh? Kok? Ada anak SD disini?!" Kagetku, wajar saja aku baru pertama kali bertemu dengannya. Siapa coba yg tidak terkejut melihatnya.

Sho berdiri, kemudian menatapku dengan kesal. "Kau teman Amu kan? Aku sekelas dengannya" Ucapnya sambil mendengus.

"Oh?! Pendeknya!" Jika aku ada disana, aku pasti akan memukul diriku sendiri. Betapa senangnya aku mengucapkan hal itu padahal aku dengan Sho hanya berbeda beberapa Cm!

"Ngaca" Sho sambil meninggalkanku, aku bingung, maksudnya apa? Sungguh! Dulu aku polos sekali!

Sejak saat itu kami lebih sering bertemu, dan berteman. Sampai ketika kami berenam termasuk aku, lulus dari SMP. Di hari kelulusan aku di-bully lagi. Lagi dan lagi, tapi disana Sho menolongku.

"Lemah, beraninya sama cewe" Ucap Sho ketika selesai memukul salah satu dari mereka, setelahnya orang orang yg mem-bully lu lari terbirit-birit.

Satu tangan terulur kepadaku, aku sontak menerimanya. "Lain kali kalo ada mereka langsung hajar aja" Ucapnya.

Aku terkekeh, aku merasakan jantungku berdetak lebih kencang. "Pasti! Makasih Sho" Ucapku sambil membersihkan rok.

"Sama sama" Sho lalu meninggalkan ku, sejak saat itu aku menjadi gugup jika bertemu dengannya. Aku selalu menanyakan perasaan apa ini? Sampai aku sadar bahwa perasaan ini adalah cinta, awalnya aku mengelak jika aku menyukai laki laki itu. Tapi lama kelamaan aku tak bisa mengelak dari fakta tersebut.

Sayangnya, aku sangat lemah untuk mengungkapkannya.

***

"[Name]!" Satu kata yg membuatku tersadar dari lamunanku sendiri, aku menatap kedepan. Aku terkejut melihat seorang pria dewasa dengan rambut kuning menatapku dengan tatapan tajam.

"Ee- iya pak? Kenapa?" Jawabku kepada pak- tunggu, namanya siapa? Bagaimana aku tak tahu nama wali kelas ku sendiri? Oh! Aku ingat, namanya pak Budi!

"Apa kamu paham apa yang saya terangkan?" Tanyanya sambil menunjuk papan tulis yg sudah dengan rumus matematika.

"Yahaha! Kasian [Name]!" Di Sebelahku sudah ada Upi yg tertawa pelan melihat aku yg sudah keringat dingin, keterlaluan emang!

"I- ingat kok pak.." Aku menunduk, takut jika pak Cahyo memanggil ku untuk maju menjelaskan rumusnya!

"Kalau begitu, jelaskan rumus ini" Mampus! Sudah kuduga! Matilah aku.. Sambil meneguk ludah kasar aku menjawab dengan seadanya, walaupun aku tak tahu jawabanku benar atau tidak.

Lapangan, berakhir denganku yg berdiri di lapangan. Aku menyesal sudah melamun, sungguh! Disini panas!

***

Lonceng bel pulang sekolah berbunyi, aku bernapas lega sambil menidurkan diriku di tengah lapangan, masa bodoh dengan lapangannya kotor atau tidak, kaki ku sudah mati rasa!

"[Name] !" Panggilan dari suara yg sangat aku kenal, panggilan dari Amu. Sontak aku duduk lalu menatap Amu dengan yg lainnya mendekatiku.

"Alhamdulillah! Aku kira kamu udh mokad!" Ucapan Amu sukses mendapat pukulan pelan dari Toro, orang yg paling waras setelah aku.

"Jangan ngomong yg enggak enggak" Ucap Toro, sedangkan Amu hanya cengengesan. Lalu datang Upi sambil membawa tasku, ada apa dengan anak yg satu ini?

"Nih [Name] ! Aku bawain tas kamu, tapi besok jajanin aku ya !" Upi sambil menyerahkan tas ku, yah, sudah ku duga. Upi hanya baik jika ada maunya.

"Idih! Enggak!" Aku menerima tas ku kembali, lalu memukul pelan tangan Upi, "sesekali kamu lah yg jajanin!" Sambungku.

Upi hanya cemberut, lalu kami bertiga pulang. Karena rumah kita searah.

***

"Aku pu-" Ucapanku terhenti ketika melihat barang terlempar dan hampir mengenai ku.

"Berani kamu ngelawan saya?!" Ucap seorang lelaki yg ternyata adalah papaku.

"Ini juga, punya anak satu tapi gak tau diuntung!" Ucapnya sambil menatapku, lalu, menamparku. Sudah biasa sih hal itu terjadi, aku bahkan sudah biasa dengan tamparan yg diberikan papa.

Mataku memandang mama, aku tak tega melihat mama terus terusan mendapatkan kdrt, lantas aku membawa mama ke kamar sedangkan papa pergi begitu saja tanpa mengkhawatirkan kami berdua.

"Ma, mama sampai kapan mau gini terus? Ini malah bikin mama makin sakit" Ucapku sambil mengambil kotak P3K di lemari kecil dekat tempat tidur mama.

Mama terdiam sejenak mendengar perkataanku, lalu kemudian mengulas senyum manis di bibirnya. Seolah senyum itu tak akan pernah pudar, "Mama kuat kok, [Name]" hanya itu balasan yg sudah berkali kali sudah kudengar dari bibir mama.

"Ma, kuat juga ada batasannya. Kita gak boleh terus diam" Aku kemudian membersihkan luka yg ada di siku mama.

"[Name], dengerin mama nak, kita nggak bisa ngelawan. Karena nenek kamu berhutang budi kepada keluarga papa" Jawabnya, jujur, aku tak tahu apa masalah yg dialami oleh keluargaku, lebih tepatnya sih tidak mau tahu, memikirkan nilai saja sudah membuatku pusing!

Aku hanya menghela nafas panjang, sepertinya ini memang sudah takdir.


<><><><><><><><>

hola ges, naa nambah hutang baru 😱.

book sebelah bilek: gua kapan di update bang?!

kapan kapan kalo naa niat 🥰😘🙏🏻.

--ᝰ໋᳝݊ Loᵛe ⊹ Sho x ReadersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang