⁰³/ "bagaimana?"

210 22 0
                                    

Sudah 3 hari mama tak terbangun di rumah sakit, sudah 3 hari juga aku tak masuk sekolah menjaga mama sembari mencari pendonor ginjal. Aku bingung, sementara papa masih belum bisa ku hubungi, aneh sekali pria yg satu itu.

Aku menggenggam tangan mama dengan erat, seolah tak mau kehilangan mama. Perlahan aku merasakan pergerakan dari tangan mama yg ikut menggenggam tanganku, aku terkejut, tapi aku juga senang melihat mama sudah sadar.

"Mama.. aku kangen" Kata pertama yg keluar dari mulutku, sudah ku tebak mama pasti akan tersenyum ketika berada di depanku seolah mengatakan bahwa dirinya kuat, tapi tubuhnya tak berbicara seperti itu.

"Kamu nggak sekolah nak?" Tanya mama, aku tersenyum, "enggak ma, aku kan harus jagain mama ku tersayang" Ucapku sambil mengusap tangan keriput mama.

"Maafin mama ya, mama ga jujur kalau ginjal mama bermasalah. Mama ga mau bikin beban kamu bertambah nak" Mama membendung airmata nya, tanganku lah yg menghapusnya, jujur aku benci ketika melihat mama nangis.

"Ma.. mama gak harus minta maaf, [Name] yg harusnya minta maaf karena nggak nanyain kabar mama" Aku bersedih, kejadian ini membuatku bertanya tanya 'bagaimana?'

"Sayangnya ma, aku belum nemuin pendonor ginjal yg tepat-" Ucapan ku berhenti, aku menyadari sesuatu, mengapa aku harus repot repot mencari pendonor ginjal. Karena aku yg akan mendonorkan ginjalku untuk mama.

"Kenapa nak?" Tanya mama heran karena aku tak melanjutkan perkataanku, aku menggeleng,  "Mama istirahat dulu ya, biar aku manggil dokter buat periksa keadaan mama" Kataku, mama hanya mengangguk.

Sembari berjalan menuju ruang dokter, aku berfikir jikalau aku benar benar akan mendonorkan ginjalku untuk mama, apakah aku siap menerima konsekuensinya? Tidak! Demi mama aku harus bisa.

Kini aku berada di ruang dokter, aku memberitahu jika aku ingin mendonorkan ginjalku. Sudah kuduga ekspresinya akan terkejut.

"Apakah kamu yakin? Banyak konsekuensi yg harus kamu terima" Ucap ragu dokter itu, aku hanya bisa mengulas senyum di wajahku. "Yakin dok, aku terima dengan segala konsekuensinya" Kataku.

"Apa kamu tidak mau membicarakannya dulu dengan mama mu?" Dokter itu masih ragu, aku menggeleng pelan tentu dengan senyum ku yg tak pudar.

"Baiklah, kalau itu mau mu. Tanda tangan surat ini" Dokter itu memberikan sebuah surat, aku tanpa pikir panjang langsung menandatangani surat itu. Jujur aku tak baca sampai akhir, tapi aku yakin isi surat itu adalah aku setuju dengan proses dan konsekuensinya.

"Baiklah, operasi nya akan dimulai Minggu depan. Mengingat kondisi mama kamu yg baru siuman dan butuh penyesuaian terlebih dahulu" Dokter itu panjang lebar, aku hanya mengangguk.

Aku kembali ke kamar mama, mendapati mama yg sudah tidur kembali. Aku lantas duduk di sofa yg tersedia, aku memejamkan mataku. Oh iya, aku terlalu sibuk di rumah sakit belakangan ini, aku sampai lupa mengabari yg lain.

Aku mencari ponselku dan menyalakannya. Sudah kuduga, banyak notif yg membuat ponsel ku sedikit lag  , kemudian aku membuka grup yg menjadi dalang dari terjadi nya lag  di ponselku.

Grup 'icikiwir'  .

Banyak sekali pesan dan telepon yg ku abaikan, sadar aku membuat mereka semua khawatir. Akhirnya aku mengirim pesan yg menandakan aku masih hidup.

Yaitu 'p' .

Oh? Amu adalah orang pertama yg membalas pesanku, tumben Amu fast respon.

Oh? Amu adalah orang pertama yg membalas pesanku, tumben Amu fast respon

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Amu benar, aku juga kangen dengan kalian. Padahal baru saja tiga hari aku tak masuk sekolah, kangen nya seperti tidak bertemu 1 tahun.

Melihat balasan Upi membuatku terkekeh pelan, Upi tak ada salahnya. Toh aku juga lupa mengabari Pak Udin jika aku izin, berakhir aku tak hadir tanpa keterangan atau bolos.

Balasan Toro membuatku terharu, Toro adalah orang yg paling waras dan mendapatkan gelar 'papa' dariku walaupun tak ada hubungan darah, tak heran aku menamai kontaknya dengan 'papa', Toro lebih baik daripada papa biologis ku.

Aku tak menyangka balasan Kiki, dia membuat mood ku bertambah. Tak salah sih, toh Kiki bawaannya selalu bercanda, lelucon nya sanggup membuatku tertawa. Aneh, kenapa Amu nggak mau ya?

Oh iya, baru ingat. Kiki kan bulol.

Sebentar, sepertinya ada yg kurang, apa ya?

Oh iya, Sho tak membalas pesanku, sibuk dengan pacarnya kali ya? Apa sih [Name] ? Apa yg mau kamu harapkan lagi?! Kau hanya membuang waktu saja! Lupakan [Name]! Fokus dulu untuk kesembuhan mama, pasti mudah melupakannya!.

<><><><><><><><><><>

hualoo, nyambung ga sii alurnya?! 😭

naa kecepetan ga si bikin alurnya? Zuzur naa bingung 🙏🏻 .

naa juga masi dalam proses menerima kalo sho udh ada alea 🤝🫂

lama banget mup on nya, naa udh kayak mup on dari mantan 😭👊🏻

--ᝰ໋᳝݊ Loᵛe ⊹ Sho x ReadersTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon