⁰²/ "masalah"

223 27 1
                                    

Aku berlari kecil, tinggal 5 menit lagi sebelum pagar sekolah ditutup! Aku pasti akan dihukum lagi! Jangan sampai!

"Hah, hah, untung aja~" Aku memegang pagar sekolah dengan ngos ngosan, baru saja aku bernapas lega, sudah terdengar bel lonceng berbunyi. Tamatlah riwayatku..

"Telat juga?" Suara ini.. suara yg sangat ku kenal! Aku berbalik, melihat Sho dengan seragam acak acak kan nya, beuhh nambah ganteng! Jantung ku kembali berdegup kencang.

"Jangan melamun" Ucapan Sho mampu membuatku tersadar dari lamunanku tadi, "ha? Oh iya, itu- iya aku juga telat" Jawabku, dari jawabanku tadi termasuk aneh tidak sih?!! Aku takut Sho curiga!

Sho menatapku sebentar, "Yaudah ayo ke kelas" Ucapnya sambil meninggalkanku. Baru segitu saja aku sudah senang!

Aku buru buru menyesuaikan langkah kaki ku dengan langkah kaki Sho, tak ada yg membuka pembicaraan. Ah, canggung. Tapi tak apa, aku tetap suka!

Di depan kelas, aku tak dapat melihat kehadiran pak Tejo. Apa hari ini jam kos?! Kalau iya, hari ini adalah hari keberuntunganku. Tapi, baru saja aku melangkahkan kaki untuk masuk seseorang menepuk pundak ku, seketika aku menoleh, tubuhku terpaku, ternyata pak Bowo sudah daritadi dibelakang ku.

"Hai.. pak.." Ucapku tersenyum kikuk, pasalnya pak Yanto menatapku dengan tatapan mematikan, sama seperti kemarin! Lantas aku bergegas menuju tempat duduk ku, mendapati permen di meja ku membuat aku menoleh kepada Amu.

Ternyata Amu yg memberikannya, terlihat dari senyumnya yg mengembang. Tak heran jika Amu selalu membagikan permen kepada seluruh siswa. Pelajaran dimulai, ya, tidak ada yg aneh. Terkadang aku mencuri pandang kepada Sho yg tertidur.

Istirahat, aku melihat Sho tersenyum ketika melihat handphone nya, senyumnya manis, sepertinya ia sudah memiliki kekasih. Aku terkejut begitupun Amu dan Upi, aku langsung terduduk lemas di mejaku sementara Amu dan Upi malah menanyakan dengan brutal kepada Sho.

***

Aku merasakan buliran bening mengalir di pipiku, oh, ayolah?! Mengapa aku menangis? Lemah! Harusnya aku senang jika Sho sudah memiliki kekasih. Kenapa malah menangis?

Aku dengan cepat menghapus airmata, khawatir ada yg melihat, tapi airmata ini seakan tak mau berhenti. Toilet, hanya itu yg mampu ku pikirkan untuk meluapkan tangisku.

Aku berjalan menuju toilet, dengan jalan yg lesu. Oh tidak! Aku bertemu Amu dan Upi, bisa gawat kalau mereka melihatku habis menangis.  Lantas aku berbalik badan, namun sepertinya tak sempat.

"[Name] ! Oii!" Amu memanggilku, mau tak mau aku harus membalasnya, aku membalikkan tubuhku kemudian menunduk. "Iya Mu" Jawabku.

"Kenapa lemes gitu, abis ditolak cogan?" Tanya Upi yg sukses mendapatkan pukulan dari Amu "Gaboleh gitu"

"Oh iya [Name], ini sandwich buat kamu! Gratis!" Amu menyodorkan sandwich nya, untuk kali ini aku menolak. "Engga dulu deh Mu, buat kamu aja" Ucapanku sontak membuat kedua insang yang yg berada di depanku kaget.

Tak mau berlama lama, aku melewati mereka berdua. Aku yakin tatapan mereka khawatir, tapi aku membiarkannya. Tolong, untuk sekali saja aku ingin meluapkan tangisku.

Aku sampai di toilet, membuka pintu dari salah satu bilik yg ada disana. Airmata yg tak mampu ku bendung lagi akhirnya jatuh, ayolah? Apa cuman dengan ini mampu membuat [Name] hancur? Jangan lemah [Name]!

Aku berdiri hendak membuka pintunya, sesaat aku mendengar ponsel ku berdering. Aku ambil benda pipih itu, 'Mama'  nama itu terpampang jelas. Kenapa mama telepon? Aku langsung mengangkat telfonnya.

Nak [Name].. Mama kamu nak..

Mama?! Mama kenapa?

Mama kamu dirumah sakit. Tadi pas saya-

DIRUMAH SAKIT?!

I-iya..

Aku ke rumah sakit sekarang

Aku mematikan teleponnya sepihak, siapa yg tak kaget ketika mendengar mama kalian di rumah sakit?! Aku berlari menuju kelas, kemudian mengambil tas ku. Peduli setan dengan hukuman yg diberikan pak Bagas, sekarang mama yg terpenting.

"[Name] ? Mau kemana?" Tangan Toro menahan ku saat aku ingin keluar kelas, "Toro, bilang sama pak Bejo, aku bolos jam pelajaran kedua. Penting." Ucapku.

Aku meninggalkan Toro, tak pasti, tapi aku yakin kalau Upi, Amu, Kiki, dan Sho berada di belakang Toro. Aku memesan ojek menuju rumah sakit, berharap tidak terjadi sesuatu terhadap mama.

Sesampainya disana, aku dapat melihat tetangga yg tadi menelpon ku berada di lobby. Tatapannya panik, sama paniknya seperti tatapan ku saat ini. Tetangga itu berjalan menuju ku, "[Name], tadi tante mau nganterin kue ke mama kamu. Tapi pas masuk mama kamu udh pingsan, ada banyak luka lebam di tubuhnya [Name]" Ucapnya.

Mataku memanas, aku tau pasti bahwa pelakunya adalah papa. Kenapa pa?! Aku berusaha menghubungi papa, tapi nihil. Papa tidak menjawab telpon ku sama sekali, apa papa masih menganggap mama istrinya atau tidak?! Aku kecewa berat dengan papa. Sungguh tak menjalankan tugasnya sebagai seorang suami dan seorang ayah.

Aku melihat dokter keluar dari IGD, aku menanyakan kondisi mama. Mataku terbelalak kaget mendengar apa yg dokter ucapkan, apa yg harus ku lakukan?

"Kondisi mama kamu sangat tidak memungkinkan, salah satu ginjal mama kamu sudah membusuk dan harus melakukan pendonoran ginjal"

<><><><><><><><><>

hai, omaga, ak apdet lagi 😘🤝.
ginjal bisa membusuk ga si? Aku bingung 😭, aku ngasal 😭😭

plis maklumkan naa yg satu ini 😭🤝

--ᝰ໋᳝݊ Loᵛe ⊹ Sho x ReadersWhere stories live. Discover now