"Kak Ello, bangunin Ola ... Bangunin Ola ... CEPET BANGUNIN OLA DARI MIMPI INI!!" Viola berteriak histeris, tak henti-hentinya memukuli dadanya.

Rasello menggeleng keras, meraih lengan Viola agar tidak memukuli dadanya. "sayang ..." Rasello terisak, memeluk erat Viola.

"itu gak mungkin Karl, kan sayang? Bukan 'kan? JAWAB!!"

"NGGAK!! ITU BUKAN KARL! BUKAN KARL!! BUKAN!!" Viola meraung histeris, "KARL!!" memeluk tubuh yang sudah terbujur kaku itu. Teriakannya membuat semua orang terkejut dan menghampirinya satu persatu.

"Ma, Pa, ada apa?" Keenan di ikuti Kaycia di belakangnya.

"Ada apa ini?" Mom Vee di ikuti Hans dan Roni.

Semua orang sangat terkejut dan tampak tak percaya, melihat tubuh kaku milik Karl yang terbungkus oleh kardus besar. Mami Vee sampai pingsan melihatnya.

Sedangkan Kaycia, dia terpaku. Terdiam sejenak sebelum menatap Keenan yang sudah bersimpuh menangis.

Kaycia menarik lengan baju Keenan, "bukannya kak Karl lagi cari Cia? Di--- dia siapa?" suara Kaycia bergetar, melirik sekilas pada tubuh Karl.

Keenan tak mampu berbicara.

"JAWAB CIA, KAK!! DIA SIAPA?!" air mata Kaycia mengalir deras.

"Cia ..." panggil lirih Keenan yang tengah menangis.

"Maaf,"

Tubuh Kaycia melemas, menatap sendu Karl. Tangannya terulur menyentuh pipi kakak keduanya yang penuh dengan luka lebam. Ada tahi lalat di bawah matanya, dan itu berarti benar bahwa tubuh yang kaku berselimut kardus itu adalah Karl.

Kaycia menghapus air matanya, "kak Karl lagi jailin Cia ya?" ia berusaha tersenyum dengan bibir yang bergemetar.

"Kak, ini gak lucu. Cia bakalan marah dan gak mau ngomong sebulan sama kak Karl, kalau kak Karl gak mau bangun!"

Kaycia menggigit bibirnya menahan isaknya, "akting kak Karl jelek! Muka kak Karl juga jelek di pakai-in make up gini!"

Keenan menyentuh pundak Kaycia, "Cia, kita bawa Karl ke rumah sakit."

Kaycia menghentak lengan Keenan, "kak Karl cuma jailin Cia, kak Keen. Dia baik-baik aja!"

"Cia ..."

"KAK KARL BAIK-BAIK AJA!!"

Keenan manarik Kaycia ke dalam pelukannya. Mereka semua menangis. Kepulangan Karl, ternyata membuka duka untuk mereka. Kepulangan yang dinanti dan diharapkan mereka, ternyata sebuah petaka.

Karl, pulang dengan diselimuti oleh kardus besar. Wajahnya penuh lebam, bercak darah hampir memenuhi seluruh tubuhnya, dan lubang di kepalanya tidak bisa mengharapkan Karl hidup. Dia telah mati dalam keadaan yang mengenaskan.

Sedangkan di luar sana, hujan dan petir terus menyambar seolah ikut menangisi Karl.

Mereka membawa Karl ke forensik, sudah sangat pasti jika kematian Karl adalah motif pembunuhan. Mereka semua tampak tidak baik-baik saja setelah penemuan Karl.

Bahkan, kesehatan Viola menurun yang mengharuskan dirinya masuk ke ruang ICU. Penyakit jantungnya menyerangnya, sedangkan semua orang duduk dengan penuh kesedihan di luar ruangan ICU.

"Ini pasti gara-gara Cia. Kalau kak Karl gak cari Cia, pasti kak Karl baik-baik aja dan Mama gak akan sakit." isak Kaycia.

"Jangan bilang kayak gitu. Ini semua udah digarisi Tuhan." timpal Keenan, yang terus memeluk Kaycia. Berusaha menguatkan Kaycia, walau hatinya terasa hancur lebur.

My Nerd Is Perfect Where stories live. Discover now