15

140 6 16
                                    

"OH MY GOD!"

Pengendara mobil itu tersenyum lebar ke arah Glo. Ia merentangkan tangannya tanpa melepaskan senyumannya.

Glo yang masih terkejut hanya terdiam. Orang yang ia tunggu selama seminggu-yang-berasa-setahun itu akhirnya datang. Kevin. Kevin Pratama.

Kevin memasang muka cemberutnya. "Peluk, dong. Nggak kangen sama aku?" ujarnya.

Glo menghamburkan diri ke dalam pelukan Kevin dengan mata berkaca-kaca. Kevin membalas pelukan Glo sambil menyapu lembut puncak kepala Glo.

"Segitu kangennya sama aku?" tanya Kevin.

"Kangen banget, Vin. Kamu tuh kayak bang Toyib, tau, nggak! Masa sekali video call doang langsung nggak ada kabar lagi? Aku hubungin juga nggak bisa," cecar Glo dalam pelukan Kevin.

"Maafin aku, sayang. Kerjaan banyak banget. Aku nyesal banget nggak ngabarin kamu. Aku tuh selesai kerjanya bisa subuh dan aku terlalu lelah buat jangkau HP aku. Kamu tetap prioritas aku, Glo, cuma aku minta kamu ngertiin keadaan aku kemarin," sesal Kevin.

Glo mengangkat wajahnya dan menatap mata Kevin lalu menekan hidung Kevin dengan hidungnya, "kapan aku pernah nuntut kamu buat ngasih kabar? Selama aku tau kamu baik-baik aja, aku nggak apa-apa, kok. Cuma kamu taulah rasanya khawatir sama orang yang di sayang, kan bener-bener bisa nyiksa juga," terang Glo.

Kevin mengecup pelan dahi Glo. "Ini alasan kenapa kamu istimewa banget. Makasih, ya, Glo. Aku sayang banget sama kamu," ujar Kevin.

Glo menggangguk perlahan, "aku juga sayang kamu."

Kevin melepaskan pelukannya perlahan, "tapi kamu ngapain di parkiran jam begini? Sendirian lagi," tanya Kevin.

"Oh, iya, aku tungguin Radit. Tadi dia ke ruang guru dulu, aku nungguin sampe udah lumutan, eh, nggak datang-datang orangnya," ujar Glo.

"Radit? Oke, karena udah ada aku, kamu pulangnya sama aku. Nanti aku smsin deh, si Radit. Ayo," ajak Kevin sambil menarik tangan Glo masuk ke dalam mobilnya.

Setelah mobil Kevin berlalu, Radit keluar dari balik tembok.

"Mungkin lain kali," gumam Radit.

Radit melangkah gontai menuju mobilnya dan pergi meninggalkan parkiran.

***

"Aku capek banget, loh, Glo. Aku baru aja sampe di bandara dan aku langsung nyariin kamu," ujar Kevin.

"Jadi kamu nyalahin aku, nih, karena terlalu istimewa buat kamu?" sindir Glo.

"Nggak gitu, Gloria," Kevin tertawa kecil lalu menggenggam tangan mungil Glo.

"Eh, kamu lagi nyetir, Vin!" seru Glo.

Kevin mendecak, "kan, yang ku pake pegang tanganmu itu tangan kiri, bebi. Aku juga taulah, sayang. Kan, nggak mungkin aku mau ngebunuh kamu."

Glo bergidik, "ih, Kevin omongannya kayak psiko, nih. Kamu kesambet apaan, Vin?"

Kevin mencubit hidung Glo. "Selama aku nggak ada, Radit ngajarin kamu apa aja? Kok jadi usil gini sih pacarku?" tanya Kevin.

"Jangan cubit-cubit, sakit tau," ucap Glo meringis.

"Udah usil, ngambekan lagi," Kevin mengacak-acak rambut Glo.

"Oh, iya, ini mau kemana, Vin? Rumah aku kayaknya udah lewat, deh."

"Ke rumah kita."

"Hah?!"

Kevin tertawa, "nggak, sayang. Ke rumah aku."

"Yang bakalan jadi rumah kita," lanjut Kevin sambil menunjukkan cengirannya.

Stars Can't Shine Without DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang