7

145 11 0
                                    

"Sebagai teman," sambung Rejo sambil tersenyum.

Alice tersenyum.

"Oke, sekarang kita keluar, lo harus makan. Radit udah tungguin lo daritadi. Dia khawatir banget sama lo."

***

Setelah makan malam, Kevin --yang sadar diri-- mengangkat piring-piring di meja makan dan mencucinya.

"Gue nggak ada yang bantuin, nih?" tanya Kevin setengah berteriak.

Hening.

"Kampret."

Kevin berjalan menuju dapur sambil membawa tumpukan piring dan meletakannya di wastafel.

"Glo apaan banget coba," gumam Kevin.

Kevin mengambil satu-persatu piring dan mencucinya. Tiba-tiba Kevin merasakan sepasang tangan melingkari lehernya. Gloria.

"Sendirian, ya? Kasian deh," Glo cekikikan gitu.

"Apaan, ih. Bukannya temenin juga. Selesai makan masa aku ditinggal gitu aja," Kevin menepis tangan Glo, "Males sama kamu."

Glo tersenyum dan memeluk Kevin dari belakang, lalu menyandarkan pipinya di belakang Kevin.

"Jangan ngambek-ngambek, ah. Udah kayak cewek aja."

Glo menangkup lengan Kevin dan memutar badannya sampai mereka bertatapan.

"Apa?" Kevin (sok) malas-malasan. Pada faktanya, dia sedang menahan senyum.

Glo menangkup wajah Kevin. "Ngambek?"

Kevin memalingkan wajahnya. Oke, dia blushing.

Glo mengecup pipi Kevin. "Udah?"

Kevin mematung. Setelah sepersekian detik ia mencoba menetralkan detak jantungnya. Kevin tersenyum.

"Udah, kayaknya," Glo tersenyum.

"Kata siapa, udah?" Kevin mengernyit.

"Kata aku."

"Nggak. Pokoknya kamu harus bantu aku nyelesaiin ini dan kita bakal jalan-jalan malam."

***

Hari masih pagi. Terlalu pagi. Glo berjalan keluar kamar sambil merenggangkan otot-ototnya.

Krekk.

"Oh Tuhan! Gue patah! Demi apapun, gue patah!" Glo teriak histeris.

Alice muncul dari balik pintu.

"Sumpah, alay lu. Gesrekan pintu doang aja bisa bikin lo histeris kayak kebakaran bulu kaki."

"Njir lo ah. Nggak asik banget nih," Glo mencibir.

Tersangka --Alice-- hanya nyengir sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, "Peace!"

"Eh, tapi yang lain mana? Ini villa kesannya horor banget," tanya Glo.

"Kita cek aja, yuk," ajak Alice.

Akhirnya mereka berdua berjalan menuju kamar di sebelah barat yang adalah kamar para cowok. Glo meraih gagang pintu dan membukanya secara perlahan.

Nafas Glo dan Alice tercekat.

Mereka. Bertiga. Tidur. Nggak. Pake. Baju. Sambil. Berpelukan.

"Aaaaaaaaaaaaa!" Glo dan Alice teriak bersamaan.

Teriakan mereka sontak mengejutkan ketiga insan yang sedang nyenyak dan nyaman dengan posisi masing-masing. Rejo berada di bawah ketek Kevin yang kepalanya terjepit kedua kaki Radit.

Stars Can't Shine Without DarknessWhere stories live. Discover now