6

178 10 0
                                    

Setelah pembagian kamar, Glo memutuskan untuk beristirahat di kamar. Lelah, katanya. Alice lebih memilih untuk keluar dan menghirup udara sejenak.

Alice POV

Gue capek, sih, beberapa jam di perjalanan buat sampe ke villa ini. Tapi entah kenapa gue males aja gitu untuk istirahat. Aneh, ya? Gue mutusin buat duduk di lantai paling atas villa ini yang ternyata outdoor gitu. Indah banget.

Gue perlahan berjalan menuju kursi santai yang ada disana. Suasana malam yang teduh dan sejuk seakan-akan manggil gue buat duduk disana. Akhirnya gue ikutin kata hati gue. Gue duduk disitu, eh, nggak, gue baring. Gue memejamkan mata sejenak. Udaranya langka banget. Sejuk.

"Suka?" terdengar suara seseorang yang mengejutkan gue. Gue sontak menoleh ke kursi sebelah. Rejo.

"Sejak kapan lo disitu?" tanya gue.

"Yang jelas sih sebelum lo datang, lah," sanggahnya.

"Serius gue, mah. Kok gue nggak tau kalo ada lo?" tanya gue.

"Lah, ngapa nanya gue? Lo aja nggak tau, gimana gue mau tau, ya, nggak?"

"Iya, sih," gue jadinya menggumam.

"Jadi, lo ngapain disini?"

"Nyari angin doang."

"Nyari angin? Disini? Gimana kalo kita ke pondok dekat kebun teh?"

Gue mikir sejenak, "Ayo. Sebelum makan malam udah balik, ya. Gue nggak mau dicariin Radit."

"Siap, bos."

Rejo POV

Gue sengaja sih, ngajak Alice kesini. Disini anginnya lebih banyak. Gue cuma bantuin dia doang, sih. Dia kan lagi nyari angin. Agak ambigu, ya.

Saking banyaknya angin disini, gue bisa ngelihat angin-angin itu menyapu rambut panjang Alice yang tergerai indah. Dia cantik banget.

Dia pacarnya Radit. Iya, Radit sahabat gue. Lagian, kan, gue cuma bilang dia cantik banget. Ya, nggak?

"Pondoknya dimana sih, Jo?"

"Bentar lagi juga nyampe, elah. Sungut mulu, lo."

"Iya deh, iya."

Gue lihat dia menekuk mukanya. Itu lucu banget, serius.

Ketika kita sampai di pondok yang gue maksud, gue bisa ngelihat senyum mengembang di wajah Alice. Dia senyum. Lebar banget. Terus rentangin tangannya lebar-lebar. Dia muter-muter. Gue cuma ngelihatin sambil senyum. Setelah dia puas, dia menghentikan kegiatannya dan duduk di pondok.

"Lo ngapain berdiri disitu?" tanya Alice sambil nyengir kearah gue. Dia menepuk-nepuk tempat yang di dudukinya. "Duduk sini."

Gue berjalan dan duduk di sampingnya. "Lo udah bisa ngontrol diri lo, kan?"

"Ngontrol? Maksud lo?"

"Lo tau maksud gue."

Gue lihatin matanya dalam-dalam. Gue bantu dia nyari jawaban melalui tatapan mata gue.

Dia berdehem sejenak. Sepertinya dia udah sadar sama apa yang gue omongin. "Oh. Itu," Alice memutar bola matanya.

"Lo bisa? Atau perlu bantuan gue?"

Entah kenapa dia jadi diam gini.

Drrrrrtt.

"Eh, Jo. Radit nyariin gue. Kayaknya makan malamnya udah siap deh."

Secepat dia membaca pesan dari Radit, secepat itu juga dia berlari ninggalin gue. Gue berjalan perlahan ngikutin dia

Padahal niat gue cuma membantu. Ya udahlah.

Stars Can't Shine Without DarknessWhere stories live. Discover now