11

178 9 6
                                    

Glo menggenggam tangan Radit dan mereka melangkah menuju rak yang dipenuhi dengan gitar.

"Lo suka warna apa?" tanya Glo.

"Hitam."

"Kalo yang ini, mau, nggak?"

"Terserah lo aja. Gue nggak tau milih ginian."

"Mas, tolong lihat gitar yang hitam ini dong," ujar Glo.

Penjaga toko itu pun mengambil gitar yang dimaksud.

"Ini bagus, mbak. Warna gitarnya netral, senarnya juga tahan lama," jelas penjaga toko itu.

"Gimana, Dit? Mau, nggak?" tanya Glo, memastikan.

"Udah gue bilang, terserah lo. Gue nggak tau."

"Ya udah, ini aja, mas."

"Oke. Saya ambil tas gitarnya dulu, ya. Mbak sama mas boleh tunggu disitu sebentar," ujar penjaga toko itu sambil menunjuk kursi yang terletak tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Radit langsung menuju kursi dan duduk disitu.

"Lo nggak duduk?" tanya Radit, heran, ketika melihat Glo masih berdiri di tempatnya.

"Gue berdiri aja."

Radit menepuk-nepuk kursi di sebelahnya dan tersenyum. "Sini," ajaknya.

Glo tertawa pelan dan mengangguk. Perlahan ia berjalan ke arah Radit dan duduk di sampingnya.

"Lo kangen nggak, sama Kevin?" tanya Radit.

"Lo sendiri, kangen nggak sama Alice?" Glo menanya balik.

"Gue tanyain malah nanya balik," gerutu Radit.

"Kangen. Banget."

"Gue juga. Tapi gue udah nggak ada hak lagi buat kangen sama dia," Radit tersenyum.

"Kenapa lo nggak ada hak lagi buat kangen sama dia?" tanya Glo.

"Gue bukan siapa-siapanya dia. Hell, yeah."

"Bahkan ketika lo bukan siapa-siapanya dia, lo selalu punya hak buat kangen sama dia. Yang lo nggak punya itu, hak buat nunjukin seberapa kangennya lo ke dia," jelas Glo.

"Disaat gue kangen banget, baca chat lama kita berdua aja udah ngehibur banget. Waktu dia masih malu-malu sama gue. Waktu kita pertama kali ngedate. Waktu gue udah mulai nyaman sama dia. Sampe waktu dia perlahan menjauh dari gue. Semua berlalu begitu aja."

"Mbak, ini gitarnya udah selesai," ujar penjaga toko yang tadi. "Sekalian sama yang baru dibeli," lanjutnya.

Glo dan Radit otomatis berdiri dan berjalan menuju penjaga toko itu.

"Setelah baju couple, sepatu couple, sekarang ada juga ya, gitar couple," canda penjaga toko itu.

"Couple apaan, mas?" tanya Radit heran.

"Ini. Warnanya samaan gini. Bentuknya hampir mirip juga," ujar penjaga toko itu.

Anjir, baru sadar gue. Rutuk Glo dalam hatinya.

Mereka membayar semuanya dan melangkah menuju mobil yang akan membawa mereka pulang.

"Lo sengaja, ya, nyuruh gue beli gitar warna hitam? Supaya kita jadi kayak couple? Gitu?" sindir Radit sambil mengerutkan dahinya.

"Najis. Ya, enggaklah! Lo lupa kalo lo yang bilang warna kesukaan lo itu hitam?"

"Gue nggak pernah ngomong gitu. Udah, bilang aja lo emang sengaja."

Stars Can't Shine Without DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang