BAB 1

3.8K 617 20
                                    

Hari ini sama seperti kemarin. Tak ada yang berbeda. Langit masih cerah. Suasana panas. Matahari terasa membakar kulit. Bumi tampak kering akibat kemarau panjang. Dan ... semua masih terasa asing.

Menarik napas panjang, Renjana berkedip. Ia menatap jauh ke luar jendela mobil yang membawanya menelusuri jalanan kota. Berbagai kendaraan berseliweran di kanan kiri. Klakson saling bersahutan. Pengamen serta pedagang asongan hilir mudik di trotoar. Dan hampir seluruh penghuni kolong langit tampak sibuk. Kecuali dirinya, mungkin.

Sepanjang perjalanan, Renjana hanya diam kendati dalam mobil hitam mengilap itu ia tak sendiri. Ada orang lain lagi. Laki-laki bersetelan kaus kasual di samping kursi pernumpang, juga sopir berseragam hitam di depan.

Entah si lelaki tahu dirinya sedang tak ingin banyak omong atau apa, dia membiarkan Renjana dengan lamunan, sedang lelaki tersebut sibuk dengan ponsel di tangan. Kaca mata baca bertengger angkuh di tulang hidungnya yang tinggi. Membuatnya terlihat lebih ... tampan. Hanya saja ketampanan tersebut tak sama sekali membuat Renjana tergoda. Sungguh. Dia justru merasa takut. Entah mengapa, padahal yang saat ini bersamanya adalah suami Renjana sendiri. Pria yang dinikahi dengan sukarela pekan lalu.

Benar, mereka pengantin baru. Pengantin baru rasa asing. Sepertinya istilah yang cukup tepat.

Jangan salahkan wanita itu, kecelakaan membuat otaknya bermasalah. Sangat salah. Ia hampir tidak bisa mengingat apa pun, bahkan namanya sendiri. Bangun-bangun dari tidur yang cukup panjang, ia mendapati diri dalam keadaan hampa dan rasa takut mencekam. Lalu datang beberapa orang yang rasa-rasanya tak dikenal, menyebutkan diri sebagai orangtuanya. Pun lelaki ini yang mengaku sebagai tunangan, bahkan katanya mereka dalam proses mempersiapkan pernikahan.

Apa yang bisa Renjana lakukan dalam posisi itu? Berbagai bukti ada di tangan mereka. Mulai dari foto Renjana sejak bayi, bahkan gambar prewedding serta fitting pakaian pengantin yang luar biasa mewah dan tentunya indah. Gaun yang kemudian ia kenakan pekan lalu saat dirinya berdiri di pelaminan dan menerima ucapan selamat dari hampir tiga ribu tamu undangan di aula hotel mewah yang katanya juga milik sang suami.

Bahagia? Entahlah. Seharusnya demikian. Ia memiliki suami yang sepertinya penyayang. Sepertinya, karena Renjana masih ragu meski selama ini dia memperlakukannya dengan baik. Sangat baik. Terlalu lembut hingga Renjana justru sungkan. Mertuanya masih lengkap dan menerima ia dengan tangan terbuka masuk ke dalam keluarga mereka. Dan orang tua Renjana sendiri tampak sangat bahagia dengan menantu mereka.

Oh, ternyata Renjana juga berasal dari keluarga berada, meski tak sekaya sang suami. Orangtuanya memiliki usaha meubel yang cukup besar dan terkenal di kota ini. Pantas saja hampir semua orang mengatakan Renjana serta suami merupakan pasangan yang sangat serasi. Bukan hanya dari segi keluarga, melainkan juga tingkat pendidikan dan visual.

Lelaki itu merupakan lulusan S3 salah satu universitas terbaik dunia dan digadang-gadang akan menjadi penerus usaha keluarganya. Sedang Renjana, meski hanya lulusan lokal, tetapi dia dikenal cerdas. Renjana juga memiliki bisnis pakaian yang dimulainya dari nol. Ia bahkan mempunyai beberapa toko baju dengan merek dagang sendiri yang cukup laris baik secara daring maupun luring. Dari penjualan daring, tak jarang tokonya mendapat ratusan hingga ribuan orderan setiap bulan--dan semua itu masih kata orang, karena sejauh ini Renjana belum juga mengingat apa pun kendati beberapa waktu lalu ia sudah dibawa ke tempat kerjanya dan mendapat sapaan ramah dari para karyawan yang ternyata tidak sedikit. Mereka juga memaklumi Renjana yang tak mengingat siapa pun.

“Kita sudah sampai.” Suara berat dan nada rendah yang tak lagi asing di telinga itu pun terdengar, berhasil membuyarkan lamunan Renjana. Wanita itu menoleh ke samping, pada suaminya yang memasukkan ponsel ke dalam saku dada kaus biru lautnya tanpa menanggalkan kaca mata baca dari hidung.

LepasWhere stories live. Discover now