3. Pertemuan Kedua

22 15 1
                                    

⋅Happy Reading⋅

🦋

🦋

🦋

Zela kini harus bangun pagi-pagi dan sekarang ia sudah berada di sekolah. Seharusnya ia masih bisa tertidur dengan nyenyak, jika saja ia tak ikut bergabung menjadi anggota paduan suara.

"Gapapa. Ini awal buat aku bisa mengenal lebih dalam tentang lingkungan asing ini." Tekadnya.

Pandangan Zela mengedar kemana-mana. Melihat banyak siswa yang sudah datang sepagi ini.

Lena yang melihat Zela berdiri sendirian langsung ia hampiri. "Woi Zel!"

Tentu saja membuat Zela terkejut bukan main. "Ngagetin aja sih Len." Gerutunya.

Gerutuan Zela justru membuat Lena tertawa. "Hahaha. Salah siapa ngelamun di sini sambil berdiri kayak patung. Untung aja lo ga ketempelan."

"Ck! Ganggu aja deh kamu."

"Haha ... Masih pagi jangan marah-marah," goda Lena yang semakin membuat Zela kesal.

"Kamu dulu ya Len!" Zela pun tak terima.

"Udah-udah, ayo kita ke ruang BK." Lena langsung menarik tangan Zela agar berjalan mengikutinya.

Zena menautkan kedua alisnya bingung. "Ngapain ke BK?"

"Ya, kita latihan di sana," balas Lena.

Zela semakin merenggut tak faham. "Ha ... Latihan di ruang BK?"

"Iya Zela ... Kita latihan di ruang BK, kebetulan Guru paduan suara itu, juga guru BK," ucap Lena yang menjelaskan pada Zela.

"Kamu masuk dulu aja deh, aku mau duduk di sana dulu," tunjuk Zela pada sebuah bangku panjang yang berada di samping ruang BK.

"Yaudah, aku duluan ya ..." Zela hanya mengangguk mengiyakan.

Kemudian Zela menduduki bangku panjang itu sambil melihat kelas-kelas yang terisi oleh peserta didik baru.

Saat dirinya lagi asik menikmati suasana lingkungan di sini. Tiba-tiba ia teringat akan sekelebat-sekelebat kenangannya dulu bersama teman-temannya, yang awalnya merasa baik-baik saja. Justru sekarang membuat suasana hatinya memburuk, rasa rindu itu menyeruak dalam hatinya.

"Hush!" Helaan nafasnya terdengar begitu beras.

Sesakit ini kah rindu?

Ternyata Dilan benar, bahwa rindu itu sangat menyiksa.

Jika harus di suruh memilih pun, ia tak akan pernah mau berakhir seperti ini.

Namun nyatanya ini semua sudah garis takdirnya. Semua orang ada masanya, dan ketika masanya habis. Kita akan kembali menjadi orang asing yang menyimpan sejuta kenangan.

Celina menatap Zela yang terlihat sedang tak baik-baik saja. Celina dengan keceriaannya pun menghampiri Zena. "Zelaaaa ..."

Tatapan kosong Zela ke arah langit itu akhirnya menyingkir begitu saja, saat mendengar panggilan dari sosok ceria seperti Celina.

"Celina."

Celina pun mendudukkan dirinya tepat disebelah Zela. "Kamu kok masuk hari ini?" Tanyanya.

"Iya ... Aku ikut paduan suara sama Lena," balas Zela.

"Oalah ... Latihannya dimana?"

"Itu di ruang BK." Tunjuk Zela ke arah ruangan BK itu.

"Kenapa kamu ga masuk loh? Lena udah di dalam kan?"

Kita Ini Apa?Where stories live. Discover now