Delapan

5 1 0
                                    

"Wahh, memang benar-benar ada disini rupanya kerajaan dinasti Ming" gumam Lea

Ia menatap takjub bangunan istana megah nan mewah di depannya dengan mata yang berbinar.

"Maksudnya dek?" tanya Gilang

Rupanya laki-laki itu mendengar adiknya bergumam meski suara gadis cantik itu sangat pelan sehingga menimbulkan rasa penasaran pada diri Gilang.

"Eh, enggak bang. Ini loh ternyata emang bener-bener disini tempatnya. Kirain kita salah tempat"

"Ya enggaklah. Kan udah pkek maps. Lagian ini wisata sejarah terkenal loh"

"Iya ya. Hehe"

"Yaudah ayok kita keliling bang. Bagus banget ternyata tempatnya"

Beberapa waktu mengitari bangunan-bangunan istana sekaligus memasuki ruangan yang memang di perbolehkan untuk dilihat-lihat, selama itu pula kepingan kenangan dirinya bersama kaisar Hwang, selir Lulu dan selir Bao entah saat bahagia penuh tawa atau saat penuh air mata saling bersahutan seakan ada layar lebar yang memutar semua kenangan itu hingga membuat dadanya penuh sesak akan kerinduan terutama pada kaisar Hwang. Nyatanya, meski laki-laki pemimpin kerajaan Ming itu pernah menorehkan luka begitu dalam, namun namanya tetap bertahta dengan agung di dalam hatinya.

"Dek...kenapa nangis?" tegur Gilang

Lea yang tersadar jika dirinya terlalu terbawa perasaan dan tengah di perhatikan oleh Gilangpun dengan segera mengusap air matanya.

"Enggak kok bang. Terharu aja karna akhirnya Lea bisa kesini"

"Emang kamu pernah ada keinginan buat kesini dulu dek?"

"Iya bang. Dulu pas temen Lea dapet tugas bikin makalah yang materinya tentang kerajaan-kerajaan di dunia gitu kan Lea bantuin, Nah Lea tertarik deh sama kerajaan dinasti Ming ini karna bangunan-bangunanya keliatan cantik banget. Sejarahnya juga menarik tau bang. Jadi Lea pengennn banget kesini deh" kata Lea

Tentu saja hal itu hanya karangan Lea semata karena tidak mungkin dirinya akan menceritakan kembali soal transmigrasi yang pernah dialaminya juga berbagai peristiwa-peristiwa yang terjadi karena Gilang tentu tidak akan mempercayainya seperti sebelum-sebelumnya. Alasan sebenarnya Lea mengajak abangnya kemari, tak lain tak bukan adalah untuk membuktikan apakah dinasti itu memang benar-benar ada dan nyata atau memang hanya bunga tidurnya saja saat koma. Dan sekarang saat  ia dang abangnya telah berdiri di sisa-sisa bangunan istana kerajaan dinasti Ming, sudah terbukti jika semuanya adalah kenyataan. Kini, Lea tinggal memastikan satu hal lagi. Yakni bagaimana kehidupan selir agung Li hana, kaisar Hwang, selir Lulu dan selir Bao juga  yang lain setelah kepergianya. Ya. Ia harus segera mencari informasi terkait hal itu secepatnya. Dalam hati Lea selalu berdoa semoga  mereka semuanya mendapatkan akhir yang bahagia.

"Ohh. Kirain abang kenapa dek..dek sampek nangis gitu. Yaudah yuk klok mau lanjut liat-liat lagi, biar nanti nggak kesorean kita pulangnya"

"Hayuk" sambut Lea tersenyum.

"Syukurlah abang nggak nanya-nanya lagi dan kayaknya puas ama jawaban tadi. Klok nggak, bisa pusing tujuh keliling gue" batin Lea merasa sangat lega.

*****

Ceklek

Pintu ruang kerja Liam di buka oleh laki-laki tampan berpenampilan tak kalah modis dari dirinya. Rei. Sahabat Liamlah yang datang barusan.

"Lo dari mana aja Am? Gue udah dua kali bolak balik kesini dan baru ketemu lo sekarang. Mana nomor lo nggak aktif gue telfon" berondong Rei. Tampak sekali kalau laki-laki ini menahan kekesalanya.

"Gue ada urusan tadi, makanya dateng siang. Sorry... ponsel emang gue matiin. Gimana, udah dapetin informasi yang gue minta?"

Tanpa menjawab, Rei langsung meletakkan sebuah amplop besar berwarna coklat ke hadapan Liam yang langsung di buka olehnya. Kertas-kertas langsung menyambut Liam. Disana, foto-foto dan semua data-data milik Lea tertulis dengan begitu rapi.

"Seperti yang lo liat. Hilya Azalea Aditama, gadis itu bukan gadis sembarangan. Orangtuanya yang bernama  Mahesa Aditama dan Lusi Agatha Aditama merupakan pemilik salah satu bisnis raksasa di indonesia, Aditama group. Juga memiliki beberapa cabang yang berada di luar negeri, salah satunya disini"

"Lea juga mempunya dua kakak laki-laki bernama Gilang Pratama Aditama dan Evan Dwi Aditama" sambung Liam yang mendapat anggukan dari Rei

Beberapa saat, Liam tenggelam dengan kertas-kertas yang berada di tanganya itu, tampak begitu serius membacanya.

"Serius amat sih. Emang ada apa sama tuh cewek?" tegur Rei

"Empat hari yang lalu, oma kecelakaan. Dan cewek ini yang nyelametin oma. Bahkan tuh cewek luka-lukanya nyampek banyak banget. Makanya gue penasaran sama latar belakangnya. Siapa tau misal dia lagi kesusahan atau apa kita bisa membantu sebagai balas budi padanya"

"Oma kecelakaan? Parah nggak? Terus keadaan beliau gimana sekarang? Kok lo nggak ngabarin gue"

"Rei..Rei..lo tenang aja, oma nggak papa kok, nggak ada yang perlu di khawatirin. Sorry, waktu itu gue panik banget jadi nggak inget buat ngabarin lo" Jelas Liam

Dirinya maklum jika Rei merasa khawatir terhadap omanya karena keduanya sangat dekat. Bagaimana tidak, ia dan Rei sudah bersahabat dari sekolah tingkat menengah pertama semenjak Liam ikut dengan omanya setelah kedua orangtua nya meninggal dan sampai sekarang masih bersama yang otomatis laki-laki di depanya ini sering bertandang kerumah. Jadi, Rei pun juga sering bercengkrama dengan omanya. Sebab itulah keduanya menjadi sangat dekat layaknya nenek dan cucu sendiri.

"Hhhh, Syukurlah kalau gitu. Lo udah mastiin itu murni kecelakaan kan Am?"

Liam tertegun mendapat pertanyaan Rei. Ia sama sekali tak memikirkan hal itu padahal segala kemungkinan bisa saja terjadi mengingat omanya yang seorang pebisnis pastinya memiliki banyak musuh di mana-mana.

"Gue nggak kepikiran soal itu"

"Astaga Liam. Sekarang lo suruh polisi atau utus beberapa anak buah lo buat mastiin semua. Bukanya gue mau nakutin lo, tapi gue cuma khawatir kalau kecelakaan itu di sengaja"

"Lo bener juga Rei. Klok gitu nanti gue bakalan utus beberapa orang buat menyelidiki semuanya"

"Good. Segera kabari gue kalau udah ada kepastianya"

"Siap. Thanks udah bantuin gue nyari info soal Lea"

"Santai aja asal nggak buat aneh-aneh tuh informasi. Ah gue mau tidur dulu di ruang istirahat lo ya. Nguantuk banget rasanya" kata Rei yang di angguki sedikit tak acuh oleh Liam. Sudah biasa sahabatnya begitu mah.

________________________

Aku bukanlah siapa-siapa tanpa kalian. Lope-lope sekebon buat para readers kesayangan aku semua. Selamat malam dan selamat beristirahat❤❤❤

Meet You Again Where stories live. Discover now