Enam

15 1 0
                                    

Ting tong
Ting tong

Suara bel di penginapan menggema ke seluruh ruangan membuat Gilang dan Lea yang masih menggapai mimpi di balik selimut terbangun seketika. Kebetulan hari  ini Gilang tidak berangkat ke kantor karena ingin istirahat barang sehari terlebih dahulu sehingga setelah subuh tadi dirinya dan adiknya kembali tidur di kamar masing-masing.

"Siapa bang? Orang kantor?" tanya Lea saat dirinya melihat Gilang telah berada di ruang tamu.

"Mana abang tau, orang belum abang bukain pintu dek. Tapi klok orang kantor kenapa nggak ngabarin dulu ya?"

"Jangan-jangan orang jahat lagi bang. Kita kan belum kenal siapa-siapa di sini" kata Lea dan sejurus kemudian tangannya dengan gesit menyambar sapu yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Sembarangan. Kita liat dulu dek, siapa tau emang orang kantor. Itu ngapain lo pakek bawa sapu segala?"

"Ya buat antisipasi lah. Udah ih buruan sana abang liat" kata Lea mendorong tubuh abangnya menuju pintu

"Ya bentar abang buka dulu pintunya, orang disini nggak ada lubang atau apa buat ngintip" balas Gilang lantas meraih gagang pintu.

Pintu terbuja. Tanpa aba-aba dan pikir panjang, lea langsung menerobos keluar dan mengayunkan sapu yang di pegangnya ke arah orang yang berada di depan pintu dengan mata terpejam.

Buk..buk
Buk..buk

"Hiyak...mau apa lo ada disini hah? Lo pasti orang jahat" omel Lea

Lucu sekali melihatnya. Dengan mata terpejam dan telah menyerang orang yang kini ada di depannya, masih sempat-sempatnya Lea mengomel. Sejenak, Gilang hanya bisa tertawa melihat tingkah sang adik yang cukup bar-bar ini sebelum suara laki-laki itu menginterupsinya.

"Aws..Lea...ampun..ampun. Ini aku, Liam" kata orang tersebut.

"Dek..udah dek. Orang ini tau nama kamu loh" lerai Gilang kemudian.

"Liam? Liam cucunya nenek yang pernah gue tolong?" gumam Lea yang seketika menghentikan aksinya barusan dan membuka matanya

"Iya ini aku"

"Astaga.." kata Lea sembari menutup mulutnya

"Sorry-sorry. Gue kirain orang jahat tadi" lanjutnya merasa bersalah

"Lo kenal dia dek?" tanya Gilang

"Iya bang. Seperti yang Lea bilang dia ini cucunya nenek yang Lea tolongin"

"Kalau gitu suruh masuk gih"

Lea mengangguk dan mempersilahkan Liam untuk masuk ke dalam. Sementara laki-laki itu telah duduk manis di sofa ruang tamu bersama abangnya, Lea sendiri berlalu menuju dapur untuk mengambilkan minuman dingin juga camilan sebagai suguhan.

"Abang lo tegas juga orangnya" komentar Liam begitu Gilang pamit ke kamarnya

"Udah ngobrolin apa tadi sama dia Am?"

"Nggak banyak. Sekedar perkenalan trus dia ngasih tau klok dia abang lo dan intinya gue nggak boleh macem-macem sama lo"

Lea tertawa renyah. Benar-benar tidak berubah kelakuan abangnya itu ketika ada orang baru yang berkenalan denganya.

Sementara Liam, terpana melihat Lea yang tengah tertawa di depannya. Sangat cantik dan mempesona.

"Jadi, ngapain lo nyamperin gue kesini?"

"Em, gimana keadaan lo? Udah baikan?" Tanya Liam

"Lo tenang aja klok soal itu. Gue udah sembuh kok. Udah nggak sakit lagi. Tinggal nunggu luka-lukanya kering aja"

"Syukurlah. Sebenernya selain itu, gue ada urusan yang lain sama lo"

"Apa?"

"Emm, kita obrolin sambil jalan-jalan gimana? Tenang aja, gue nggak bakalan macem-macem kok" tawar Liam

"Ya...ya...kalau lo macem-macem, beneran gue gebukin lo. Ayok, lo mau ngajakin kemana? Kebetulan gue lagi boring di penginapan"

"Sekitaran sini aja kok, mumpung cuaca nggak panas"

"Oh, oke. BANG, LEA MAU JALAN-JALAN BENTAR SEKITARAN PENGINAPAN AJA. ASSALAMUALAIKUM" triak Lea

Sontak saja hal itu membuat Liam dengan reflek segera menutup telinganya karena suara Lea yang benar-benar memekakkan telinga

"Wahh, gadis ini benar-benar unik. Sepertinya belum pernah aku menemui wanita bar-bar seperti dia" batin Liam terkekeh.

*****

"Chen gege, bagaima laporan tentang pelayaran ke indonesia?" tanya seorang gadis cantik kepada laki-laki tegap yang selalu setia berdiri di sampingnya

"Semuanya lancar nona. Sempat ada kendala karena penjagaan perairan indonesia sangat ketat. Beruntung mereka bisa mengatasinya. Silahkan jika anda ingin memeriksa laporannya" Jawabnya sembari menyodorkan ipad ke arah si gadis

"Bagus. Papa pasti akan senang mendengarnya. Dan aku tidak perlu lagi memeriksanya karena aku percaya padamu gege" katanya dengan senyum terkembang.

Sejurus kemudian gadis itu beranjak dari duduknya menyusuri meja panjang tempat dimana koleksi-koleksi barang antiknya berjejer dengan rapi. Mulai dari berbagai kerajinan keramik, beberapa alat musik tradisional berukuran sedang bahkan beberapa senjata jaman dulu turut serta menghiasi meja tersebut. Semua itu hasil ia mengumpulkan semenjak kecil yang memang  menyukai hal apapun yang berbau tradisional. Papanya yang punya cukup pengaruh di negeri ini membuatnya sangat mudah untuk mendapatkan semua yang ia ingingkan. 

"Nona, tapi ada kabar buruk yang harus saya sampaikan" kata laki-laki yang di panggil Chen gege itu membuat si gadis yang tengah memandangi koleksi-koleksinya menoleh.

"Hal buruk apa gege?"

"Perusahaan RE Group berhasil memenangkan tender kerjasama dengan perusahaan SM di singapura yang tentu saja hal ini membuat proyek-proyek kita terhambat karena perusahaan itu memegang saham lumayan banyak di perusahaan kita"

"Apa? Bukankah RE group merupakan pesaing kita?" Tanyanya dengan mata membulat.

Ia ingat betul perusahaan itu memang sering kali ikut campur masalah perusahaanya. Bahkan papanya sendiri juga mewanti-wanti jika RE Group merupakan perusahaan yang berbahaya jika soal persaingan. Entah apa masalah pastinya sampai kedua perusahaan itu bersaingan ia tidak tau, yang jelas seingatnya sudah cukup lama keduanya bersaing di dunia bisnis.

"Itu benar nona. Saya rasa mereka sengaja melakukanya untuk mengacau"

"Kurang ajar! Besok aku akan ke kantor untuk memeriksa semuanya. Tolong gege jangan beritau papa dulu, aku akan mencoba mencari jalan keluar sebisaku"

"Baik nona, saya tidak akan menyampaikanya pada tuan besar. Selain itu saya akan memerintahkan para ketua divisi untuk menyiapkan laporan yang sekiranya anda pelukan nantinya"

"Terimakasih gege, keluarlah. Aku ingin sendiri" kata gadis cantik itu.

Chen mengangguk patuh dan keluar dari ruangan nonanya itu dengan diam. Saat nonanya itu sudah bilang ingin sendiri, tentu ia atau siapapun tak akan ada yang berani mengusiknya kecuali sang tuan besar atau nyonya besar yang merupakan orangtuanya.

"Re Group....lihat saja, aku pasti akan menghancurkan perusahaan itu cepat atau lambat" gumamnya.
___________________

Halo guys balik lagi sama aku...kegiatan kalian pagi ini udah ngapain aja nih gaess? Klok Relca mah biasa, abis masak ama abis beresan rumah, perut udah kenyang ya rebahan deh😁😁😁

Meet You Again Where stories live. Discover now