Sang gadis terkejut kala merasakan benda pipih tajam yang terasa dingin menyentuh dagunya. Benda itu memaksanya untuk mendongak. Ia menelan ludah kasar saat benda itu sedikit melukainya.

"Masih ingin hidup, hm?" Pria bermata tajam itu bertanya dengan suara serak. Tatapannya berusaha mengintimidasi lawan bicara.

Gadis itu adalah Adrea Stephanie Yolanda. Tokoh figuran yang ditakdirkan untuk mati ditangan Antagonis. Tokoh yang juga menjalin pertemanan bersama Tokoh Utama Protagonis Wanita.

Jujur saja, Adrea tidak begitu tertarik berteman dengan Erliza yang membosankan. Namun, saat tau pria yang ia cintai menyukai bahkan sudah ketahap obsesi pada Erliza membuat Adrea gelap mata.

Dari sana, Adrea berusaha mendekatkan diri, mencoba memerankan perannya sebagai sosok sahabat yang baik dan peduli. Dan bodohnya, Erliza menyambut baik hal itu.

Dengan adanya Erliza disekitarnya, membuat Adrea leluasa memandang lebih dekat pria yang menimbulkan perasaan aneh ini muncul hingga ketahap ingin memiliki hatinya.

Adrea mengambil kesempatan untuk mengakrabkan diri agar pria itu juga melihatnya dengan tatapan lembut yang meneduhkan. Tapi sayang, melirik pun pria itu enggan. Karna matanya hanya dipenuhi oleh satu nama, yaitu Erliza.

Kedekatan Erliza dan Nathan membangkitkan sisi lain didalam diri Ashland kian membuncah. Matanya berkilat penuh obsesi dengan aura menakutkan, rasa ingin menggurung dan memiliki Erliza sepenuhnya sulit ditahan.

....Dan Adrea yang mengetahui akan kedekatan Erliza dan Nathan tak ingin menyia-yiakan kesempatan. Adrea masuk sebagai orang ketiga, memainkan perannya dengan baik. Berlagak peduli pada Erliza dan membantunya untuk lepas dari jeratan Ashland.

Berusaha semaksimal mungkin mengagalkan rencana Ashland dalam mengikat Erliza lebih dalam. Adrea tentu tidak akan membiarkan rencana Ashland berhasil. Ia juga melakukan hal yang cukup membahayakan dirinya demi bisa bersama pria yang dicintai. Cinta begitu membutakan Adrea hingga rela mengorbankan segalanya.

Ia hanya belajar dari pria itu sendiri, jika Ashland begitu bersikukuh untuk bisa mendapatkan Erliza. Maka, Adrea juga akan melakukan hal yang sama.

Dan... Ia hampir berhasil—Tapi ia tertangkap basah mencoba membebaskan Erliza yang dikurung disebuah kamar mewah dan ingin menggantikan posisi gadis itu. Namun, ekspektasi nya terlalu tinggi. Ashland berhasil mencegah kaburnya Erliza dan membawa Adrea kesebuah ruangan sempit gelap dan senyap, lalu mengurungnya.

Dan—Sejak itu, penyiksaan mulai menyambutnya.

Kepala Adrea dipaksa mendongak kala tangan berurat itu menjambak rambutnya tiba-tiba. Ia meringis tertahan sembari memejamkan mata merasakan rasa sakit dibagian kepala.

"Ck, kau bertingkah layaknya seorang pahlawan untuk gadisku. Ingin menggantikan posisinya, huh?" Sudut bibir Ashland tertarik melihat wajah kesakitan Adrea kala ia makin mengencangkan jambakannya.

"Kata-kata terakhir?" Ashland bertanya setelah melepaskan jambakannya dengan kasar membuat Adrea terhuyung kebelakang kehilangan keseimbangan.

Netranya menatap sosok didepannya sendu yang melihat datar dirinya."A-aku yakin kau tidak akan melakukannya." Kalimat itu keluar dengan sedikit keraguan didalamnya.

Seringai licik terbit dibibir pria itu mendengar penuturan gadis dihadapannya yang terlalu percaya diri, bahkan setelah apa yang ia lakukan selama ini? Mana mungkin Ashland tidak akan tega membunuhnya sekarang juga?

Raut wajah Ashland berubah mengeruh saat tangan kurus itu mencoba meraih tubuhnya, namun sebelum itu Ashland lebih dulu menepisnya menggunakan benda tajam yang berada di genggamannya.

"...Arkhh" Ringis Adrea mendapatkan luka sayatan panjang ditangannya. Matanya mulai berembun, yang sebentar lagi akan menangis.

Ashland lantas bangkit memandang Adrea dari atas dengan jijik seakan gadis itu adalah hal paling kotor yang pernah ia lihat.

Mengangkat pisau tajam ditangannya, seringai kembali hadir dibibir tipis itu. Perlahan Ashland mendekat, seringai itu makin melebar kala melihat Adrea yang tampak kalut memandangi benda ditangannya.

"Rasa sakitmu akan berakhir. Harusnya kau senangkan?" Ashland bertanya dengan bibir yang tersenyum lebar, Adrea menggeleng ribut belum siap menghadapi kematian yang mengerikan.

Tadi ia memang meminta kematian tapi menghadapinya seperti ini ia rasa ia belum cukup berani.

Jleb!

Adrea menatap Ashland tak percaya. Pandangannya turun pada benda yang sudah menancap indah dibagian dada kirinya. Nafas Adrea terasa berat dengan rasa sakit luar biasa. Ashland mendorong benda tajam itu semakin dalam hingga menembus tubuh. Lalu menarik pisau itu cepat dan menghujami tubuh Adrea berkali-kali dengan perasaan puas.

Adrea meninggal detik itu juga dengan mata terbelalak karna menahan sakit pada tubuhnya.


Halo yeorobun!Aku kembali lagi setelah sebulan menghilang(≧▽≦)

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Halo yeorobun!
Aku kembali lagi setelah sebulan menghilang(≧▽≦)

Untuk kesekian kalinya aku minta maaf karna up tidak pernah tepat waktuಥ‿ಥ

Di rl aku sibuk nugas yang tiap hari nggak ada hentinya belum lagi ujian praktek huhu..capek uyy(༎ຶ ෴ ༎ຶ)

Aku tuh sebenarnya udah nulis dari lama, cuman kalau nulisnya setengah² rasanya kurang dapat feel-nya gitu trus aku bikin draf baru lagi. Jadi maklum gess up nya lama takut alurnya kemana-mana (T_T)

Sarangheo buat pembaca setia MLA( ◜‿◝ )♡

Oiyaa... Aku ada bikin cerita baru kalau penasaran cek aja yaa😁

Jangan lupa follow akun dibawah ini biar kalian nggak ketinggalan cerita baru (˵ •̀ ᴗ - ˵ ) ✧

See you
Raraayyy16

Male lead AntagonistOnde histórias criam vida. Descubra agora