(05) -Pindah Sekolah

Start from the beginning
                                    

"Lo mau ke minimarket? Beli apa?" Tanya Al basa-basi.

"Beli harga diri lo!" Jawaban dari Leoni membuat Al tertawa, lucu sekali manusia di dekatnya ini. Ingin sekali Al cekik sampai mati.

Leoni mengabaikan tawa Al dan memilih masuk kedalam minimarket untuk mencari apa yang ia cari. Al mengamati setiap gerakan Leoni. "Ni cewek mau beli apa?" Gumanya bertanya, sebab sedari tadi Leoni hanya mutar-mutar di sana.

Leoni menemukan apa yang ia cari kemudian keluar. Tapi setelah itu ia malah melihat sosok favorit nya. Gafa.

Al menatap Gafa malas, kemudian ia berkata. "Wajah lo biasa aja kali," cetusnya menatap Leoni yang sudah melompat kecil di sana.

"Gila! Kita itu emang jodoh ya," serunya. Al memasang ekspresi akan muntah saat mendengar kata itu. Sedangkan Leoni sudah berlari kecil kearah Gafa.

.
.
.

"Hai fa," sapanya. Leoni tersenyum Pepsodent kearah Gafa yang memasang ekspresi terkejut melihat kehadiran nya.

"Loh, ra. Lo di sini juga? Habis beli apa?"

"Beli camilan," balasnya riang. Al menatap cengoh Leoni, gadis itu selalu memasang ekspresi tersenyum kearah Gafa. Membuat pemuda itu mencibir dalam hati.

"Gafa mau beli camilan juga?"

Gafa menatap gadis di sampingnya gemas. Habisnya gadis itu sangat manis saat tersenyum, lesung pipi dan mata yang menyipit seperti bulan sabit. "Iya," jawabnya langsung.

Mereka berdua membayar kemudian berjalan keluar. Saat di luar seseorang tiba-tiba datang kearah mereka berdua. Pakaian orang itu jauh dari kata rapi, penampilan nya seperti preman jalanan. Dia menatap remeh kearah mereka berdu-ah ralat, maksud nya kearah Gafa.

"Sekarang lo ngoreksi cewek fa?" Nada pertanyaan itu terdengar mengejek.

Leoni menatap tajam pemuda yang datang itu. Dari visualnya sudah bisa Leoni pastikan bahwa dia adalah Arsen salah satu orang yang selalu mencari masalah dengan Gafa.

"Kenapa gue selalu ketemu lo ya? Nasib bener." Gafa menggelengkan kepalanya. "Pusing gue liat lo ada dimana-mana."

"Dia siapa fa?" Leoni bertanya walau dia sudah tau siapa.

"Orang gila pinggir jalan," celetuk Gafa.

"Wah, anak kesepian udah berani ternyata," ejek Arsen. Gafa menatap tajam Arsen yang sedang tersenyum mengejek di hadapan nya.

"Lo mending pergi deh! Ganggu aja lo!" Bukan Gafa yang berbicara seperti itu, tetapi Leoni. Ia menatap garang kearah Arsen, berani-beraninya dia mengejek calon suam-eh tokoh favorit nya.

"Lo mending diam deh, suara lo cempreng soalnya." Arsen menatap malas gadis itu. "Gue pukul entar nangis."

"Lo ada urusan sama gue? Kalau gak ada mending pergi," desis tajam Gafa. Ia memajukan tubuhnya menutupi tubuh Glora di balik punggung nya.

"Gue gak bisa tenang kalau liat lo bahagia," kata Arsen menatap sengit Gafa dan pergi menjauh.

Gafa terdiam menatap punggung Arsen yang menjauh. Gafa tidak tau kenapa Arsen selalu mengganggu nya dan membencinya.

"Lo gapapa fa? Apa perlu gue santet dia?" Pertanyaan itu berhasil membuat Gafa terkekeh pelan kemudian mengelus surai rambut Leoni lembut. Dan itu membuat tubuh Leoni terasa kaku.

"Nanti kita santet, tapi kita cari dulu potonya." Ucapan itu membuat Leoni tertawa pelan, ternyata Gafa memiliki humor yang sama seperti nya. "Pulang yuk. Mau gue anter?" Tawarnya.

Leoni langsung bersorak dalam hati. Kesempatan mana yang kau dustakan?

"Gue mau! Hehe, kebetulan gue tadi pakai taxi," bohongnya.

Gafa menuntun Leoni ke arah motornya, ia memakaikan helm kepada Leoni. Membuat gadis itu mengerutkan dahinya heran. "Gafa gak pakai helm? Kan yang bawa motor Gafa, masa aku yang pake helm nya. Mana helm nya satu lagi," kata Leoni.

Gafa tersenyum dan berkata, "lo aja yang pake, nanti kalau jatuh setidaknya kepalanya gak kenapa-napa." Gafa menaiki motornya. "Ayo," ajaknya.

Leoni terharu di perlakukan seperti ini. Ah, sifat Gafa memang seperti yang tertulis di dalam novel. Dan itu membuat Leoni senang bukan main. Ia langsung duduk di motor.

"Pegangan." Mendengar suara Gafa, Leoni langsung berpegangan erat. Siapa sih yang gak mau meluk idolanya? Kesempatan jangan di sia-siakan.

Al menatap datar kedua orang yang berlalu menggunakan motor itu. Dia mengupat dalam hatinya. "Gue di lupain. Awas aja," gumamnya kesal.

***

"SMA pelita bangsa." Ucap Leoni yakin.

Jastin mengangguk mengerti. "Papa akan mengurus semuanya," katanya.

Leoni memekik pelan kemudian mencium pipi papanya singkat kemudian tersenyum lebar. "Makasih papa! Glora makin sayang dehh!"

Jastin terpaku sejenak. Leoni tau pasti Papanya Glora itu sedang terkejut atas tindakan nya. Leoni hanya tersenyum sumringah lalu berlalu dari sana, tapi di ambang pintu dia berseru, "Glora tidur dulu ya pa! Good night papa!"

Jastin menatap kepergian putrinya, dia tersenyum tipis lalu melihat kearah poto figura yang terpampang jelas dan besar di ruangan itu. "Anak mu berubah Mil. Aku sangat bahagia," gumamnya kecil.

"Semoga saja selalu seperti ini."

.
.
.

"Yeyy! Lo liat itu Al? Gue bakal pindah ke sekolah Gafa!"

"Seneng banget lo kayaknya."

Leoni menatap Al yang sedang duduk di kursi meja belajar. "Iyalah! Siapa sih yang gak mau satu sekolah sama calon suami?!" Ujarnya.

Al memasang wajah mual. "Halu lo," katanya.

"Halu itu nama belakang gue, gak halu gak kece."

"Terserah." Al berdiri dari duduknya. "Gue pergi dulu, besok kesini lagi." Setelah mengatakan itu Al pergi bagai di telan bumi.

Leoni menatap kearah Al, dan menghela nafas nya. Dia merebahkan tubuh yang letih itu ke kasur, menatap langit-langit kamar dengan penuh arti. "Gue pasti bisa," monolog nya.

"Leoni yang cantik, imut, baik dan rajin menabung ini pasti bisa! Apa sih yang gak bisa? Gue bakal buat nasib Gafa bahagia dan gak berakhir sad ending!"

Setelah mengatakan itu Leoni berguling-guling di kasur besarnya. Dia memekik pelan saat membayangkan adegan saat dia bersama Gafa di minimarket. Sungguh sangat soswett aduhaiii slebeww.

"Tenang fa! Calon istri lo ini bakal bikin hari-hari lo penuh warna!"

Bersambung....

Change FateWhere stories live. Discover now