Part 29;Confess and sweet

16.3K 846 13
                                    

29

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

29.Confess and sweet

Semenjak hari itu, Atlantik dapat merasakan sebuah perubahan yang signifikan dari Elara. Wanita itu menciptakan sebuah jarak yang tak kasat mata. Tinggal satu atap, tidur dikamar yang sama, makan siang dan malam bersama. Padahal mereka sedekat nadi, tapi Atlantik merasa mereka sejauh matahari.

Seperti ada tembok yang amat tinggi nan kokoh menghalangi mereka berdua. Berangkat dan pulang ke kampus pun mereka secara terpisah. Atlantik telah melakukan berbagai upaya untuk menarik perhatiannya.

Sengaja telat makan, merokok terang-terangan dihadapan Elara, berharap Wanita itu akan mengomelinya seperti biasa demi kebaikannya. Namun, hasilnya nihil. Elara tetap mengabaikannya.

Padahal ia selalu merasa kesal kalau Elara sudah mulai melafalkan sabda. Tetapi, saat tidak mendapat ceramah lagi darinya, Atlantik merasa ada yang ganjil. Konyol sekali bukan?

Langkahnya lunglai, ia seret ke sebuah karpet foam. Ia duduk bersila disana. Ditangannya membawa sebuah kantong kresek berisi obat-obatan. Kali ini Atlantik pulang dengan wajah yang babak belur. Sengaja meladeni tantangan Arzen tawuran agar ia pulang dengan luka-luka.

Sesaat Elara melintas, diam-diam ujung netranya melirik Elara. Atlantik sengaja memasang wajah kesakitan begitu menyentuh rahangnya yang memar, ia meringis, mengeraskan rintihannya agar Elara dapat mendengarnya.

"Ssh.. sumpah, ini sakit banget anjirr.."

Wanita itu hanya melengos, tak mengacuhkan dirinya. Seakan ia hanya objek yang bersifat transparan disana. Tatapan Atlantik mengikuti arah kemana tujuan Elara akan berjalan, ke dapur membawa gelas kosong bekas tempatnya minum.

"Gue dikacangin? Lagi?" Monolognya lesu.

Di dapur, aktivitas Elara yang sedang mencuci atribut-atribut makan yang kotor, terhenti sejenak merasakan sebuah bobot bertumpu di atas kepalanya. Beriringan dengan sebuah lengan yang mengalun indah dipinggangnya. Atlantik menumpukkan dagunya di permukaan kepala Elara.

"Ara.."

"Lepas, Atla. Ara lagi cuci piring. Jangan ganggu."

"Sakit, Ara.."

Menghembuskan napas jengah, Elara membasuh kedua tangannya yang terdapat busa sabun sebelum akhirnya ia berbalik agar dapat melihat Atlantik. Ia menatapnya malas. "Kenapa?"

Tangan kecilnya diambil oleh Atlantik, ia tuntun ke wajah menawan itu, sayangnya dipadu luka lebam yang cukup banyak dan parah. Terdapat bercak darah yang sudah mengering di sudut bibirnya.

"Here, it hurts.. Obati.."

Sekali lagi, Elara nampak membuang napasnya pasrah. "Bentar, Ara kelarin cucian dulu."

Mengangguk-anggukkan kepala. Atlantik duduk dimeja dapur menunggu Elara. Tak berselang lama, Elara selesai membersihkan peralatan dapur.

Air terpercik kemana-mana kala Elara mengibaskan tangannya setelah menuntaskan kegiatannya. Tidak lupa menata alat-alat makan di rak sekaligus.

PANGERAN ATLANTIK (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang