Heart Flight ✈ Chapter 17

190 1 0
                                    

Latihan di bubarkan. Seseorang mencegat Jihan ketika gadis manis itu keluar. Jihan adalah orang terakhir yang meninggalkan ruangan. Kebetulan hari ini pemandunya adalah Wildan, jadi laki-laki mesum itu bisa bebas menatap Jihan berlama-lama.



" Hai, cantik,"



Jihan mendengus. Apa lagi? Tidakkah dia sudah puas mendapatkan tubuhnya? Apa dia juga tidak punya urat malu dan minta mereka bercinta di bandara?



"Lagi sibuk? "



" Banget! "



" Ahh... sayang banget, padahal saya udah booking meja di salah satu restoran dekat sini. Saya mau ajak kamu makan siang,"



" Makasih udah punya niat buat ngajakin saya makan siang. Tapi sayangnya saya nggak tertarik,"



Jihan memutar bola matanya malas. Ia tidak mengerti dengan laki-laki disampingnya ini. Mengapa Wildan begitu terobsesi padanya? Apa hanya karena pecandu seks? Daripada ngejar-ngejar perempuan biasa kayak Jihan, kenapa nggak sewa PSK?



" Oh ya, satu lagi. Saya mau tanya. Sebenarnya Bapak ini jobdesc-nya sebagai apa ya? Bapak nelpon-nelpon saya, bimbing saya di training centre, terus sekarang nerbangin pesawat. Jadi sebenarnya Bapak ini tim seleksi kru kabin, ground staff, atau pilot? ", tanya Jihan bertubi-tubi.



Wildan menjawab dengan kedua mata berbinar. Ia hampir lupa kalau dia memang tidak pernah mengenalkan posisinya yang sebenarnya pada Jihan. Dia memang ada dimanapun Jihan berada. Mungkin itu sebabnya Jihan sering marah-marah karena menganggap dia bukanlah siapa-siapa.



" Saya.. multi tasking,"



Jihan memicingkan matanya. " Multi.. apa? "



" Dan jangan lupa, selain jago nerbangin pesawat saya juga jago bikin anak. Mau tes? "



" Sinting emang,"



" Hah? Mau? Dengan senang hati! ", Wildan meraih tangan Jihan dan mengajaknya kembali masuk ke ruangan. Ia mengunci pintu dari dalam.



" Lepas! Saya nggak bilang apa-apa, Pak Wildan! Lepasin!! "



" Saya bisa bikin kamu hamil cuma dengan sekali 'tembakan'? Percaya nggak? "



Kesal karena dipaksa, Jihan menendang organ vital laki-laki gila itu. Reflek Wildan membungkuk sambil memegang kejantanannya yang sepertinya sudah remuk. Terang saja ia meringis kesakitan. Itu aset yang membuat partner ranjangnya tergila-gila.



Jihan menjulurkan lidahnya dan bergegas membuka pintu. Kabur.



" Hey!! Awas kamu ya! Tunggu tanggal mainnya, liat aja ntar! ", teriak Wildan yang masih tidak bisa berdiri tegak karena tendangan Jihan cukup kuat.



*



Bau rumah sakit langsung menusuk ke lubang hidung Jihan. Rutinitas melalui tahap demi tahap seleksi membuatnya menjadi jarang punya waktu ke rumah sakit. Dada Jihan terasa sesak, ia merasa menjadi anak yang tidak tahu diri karena melupakan orangtuanya di kala kesuksesan sudah menanti di depan mata.



Tapi sungguh, ia sama sekali tidak memiliki niat ini.



Jihan menutup pintu pelan, berusaha tidak menimbulkan bunyi agar sang ibu tidak terbangun. Seperti biasa, ia duduk di kursi bulat berroda yang ada disana. Semakin hari, ibunya terlihat semakin kurus. Ia sungguh tidak siap untuk menyambut kepergian sang ibu yang sudah divonis dokter hanya tinggal beberapa bulan lagi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 24 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[🔞] HEART FLIGHTWhere stories live. Discover now