Chapter 8 ✈ Heart Flight

337 4 0
                                    

Semua kaum hawa yang melamar sebagai pramugari beruntung karena dilatih langsung oleh pilot tampan yang sudah terkenal di dunia burung besi. Banyak orangtua dari pramugari-pramugari yang menginginkan Wildan menjadi calon menantu mereka. Ada yang bilang, pilot bernama Wildan Kefbarin ini adalah menantu idaman semua orangtua karena memiliki pekerjaan yang mapan, tampan, baik, dan sopan santun pula.

Tentu saja sekarang ini Wildan tidak sendiri dalam memberi training, ia ditemani oleh Siti dan Jordi selaku ground staff yang sesungguhnya. Karena meski Wildan percaya diri terhadap apa yang diucapkannya, namun tetap saja, dia tidak menguasai pekerjaan ground staff, dia hanya menguasai instrumen di kokpit.

Jihan memejamkan matanya ketika Wildan sedang berkeliling untuk mengawasi mereka satu per satu.

'Semoga dia ga nyamperin gue.. Semoga dia ga nyamperin.. Semoga dia ga—"

SSRET

Kedua mata Jihan spontan terbuka ketika merasakan sesuatu terpasang di tubuhnya.

"Kenapa kamu tutup mata?" Wildan berbicara di belakang telinga Jihan. "Kamu nggak lagi ngebayangin kegiatan kita tadi malam kan? "

Dengan cepat Jihan menoleh ke belakang. Betapa beraninya Wildan bertanya seperti itu padanya di saat ada banyak orang? Bagaimana kalau nanti ada yang mendengar dan berpikiran yang tidak-tidak?!

" Hp saya mana? Terus kenapa saya di tinggalin? Ga di bangunin?"

Wildan mengetatkan ikatannya pada baju pelampung yang dipakaikannya ke tubuh Jihan, sehingga tubuh Jihan sedikit tertarik ke belakang, bahkan sengaja membuat punggung Jihan menempel di dadanya, agar mereka bisa bicara lebih dekat dengan posisi yang lebih intim.

" Saya pikir kamu udah nggak berminat jadi pramugari dan lebih tertarik jadi pasangan saya di tempat tidur,"

" Naj-"


Wildan menghentikan mulut Jihan yang mengomel, ia menyentuh kedua pipi Jihan dan meluruskan arah kepalanya.

" Lihat ke depan. Instruktur kamu sedang memberikan prosedur keselamatan dan keamanan untuk penumpang. Dan berterima kasihlah ke saya karena saya sudah memasangkan pelampung ini," ujarnya sebelum pergi.

" Tolol! Mau bikin gue mati apa? Sesak ini!," desis Jihan menggertakkan giginya kesal, kedua matanya terbelalak kaget ketika Wildan mencubit bokongnya.


Singkat. Padat. Cabul.






***







" Wooah.. "

Jihan menatap makanan-makanan enak di depannya. Makanan itu baru saja diantarkan oleh salah satu staf training center. Fasilitas ini memang tidak diumumkan sejak awal kedatangan mereka dan sengaja di jadikan sebagai reward mendadak untuk menyemangati para calon kru kabin. Mereka di traktir makan siang yang dipesan dari salah satu restoran cepat saji terkenal di kota.

Dan disaat itu, di saat Jihan siap memulai suapan pertamanya, seseorang duduk didepannya tanpa izin. Pria itu berdeham lalu mendudukkan dirinya didepan Jihan.

" Saya baru saja mau menghubungi kamu dan ngajak kamu makan siang di restoran mewah hotel bintang lima," ucapnya sambil dengan santai mengambil timun di wadah makanan Jihan.

Jihan sempat melirik jari Wildan yang 'tanpa beban' mengambil garnish-nya seolah makanan itu adalah miliknya.

" Anda mau bawa saya ke restoran yang bintangnya seratuspun saya nggak mau, selama judulnya masih HOTEL," cetus Jihan lalu menyentuh makanannya dengan sendok yang sudah ditangannya.

" Ah ya. Bener. Kamu cuma mau di kamar saya,"

" Uhuk-uhuk," Jihan langsung menatap Wildan sinis mendengar ucapannya yang vulgar dan membuatnya tersedak karena kaget. " Tolong sesuaikan omongan biar tahu tempat ya, Pak"

Jihan beranjak sambil membawa kotak makanannya. Tetapi baru melangkah, dia kembali lagi karena teringat sesuatu.

" Dan tolong kondisiin otak Bapak juga,"

Jihan meraih air mineralnya yang sempat tertinggal di meja dan kemudian benar-benar pergi. Meninggalkan Wildan yang tidak bereaksi apa-apa selain hanya fokus pada kedua bokong milik Jihan yang -semakin jauh dari pandangannya- seolah-olah memanggilnya.






HEART FLIGHT ; 🔞Where stories live. Discover now