CSUH - 5 🌧️

80 4 2
                                    

Yooooo! Aku kambek! :) Setelah bertarung dengan jahatnya dunia, aku bisa nulis lagi 😁😭

Vote dan coment jangan lupa!

Ya ampun guys maaf yaaa, aku update lama banget :(( hape ku rusak hiksss sedihnya 😥😥😥

Pii riding 🤩

🌧️🌧️🌧️

Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan, tetapi Rahma dan juga Fara belum juga tampak dipenglihatannya. Ini sudah terlalu larut hanya untuk menghadiri acara graduation. Apa keduanya mengikuti prom night sekalian?

Setelah kepergian Gara, keheningan menyelimutinya secara cepat. Sejujurnya, dalam lubuk terdalam hatinya, Haira merindukan Gara. Merindukan sentuhan laki-laki itu, merindukan kekhawatirannya, merindukan segala-galanya tentang Gara. Usia kandungannya sudah masuk bulan ketiga, belum terlalu terlihat.

Tapi tahukah Gara betapa sulitnya Haira melalui hari-harinya? Tahukah laki-laki itu betapa tersiksanya Haira selama dua bulan belakangan ini karena sudah mengetahui fakta yang begitu besar dalam hidupnya?

"Ck, kenapa akhir-akhir ini gue selalu nangis terus sih?! Kan kalau kayak begini, keliatan banget kalo gue cengeng." Haira menghapus bulir demi bulir air matanya yang silih berganti keluar, rasa sesak di dadanya masih bergerumun rupanya.

"Kenapa... Kenapa kau beri aku cobaan seberat ini, tuhan? Mengapa?" Haira menengadah, hatinya benar-benar remuk.

"Kamu jahat, kamu jahat! Kenapa kamu nggak pernah mau cerita ke aku, Gar? Kenapa? Ya Tuhan... Apa aku nggak sepantas itu untuk menjadi seorang pendengar? Sampai-sampai Gara nggak mau cerita tentang penyakitnya? Aku harus bagaimana sekarang, tuhan?" seluruh tubuhnya bergetar hebat, tangisnya lebih dahsyat dari hari-hari kemarin.

Setelah sekitar sepuluh menit lamanya Haira menangis, perempuan itu bangkit dari kasur. Ia berniat untuk ke lantai bawah hotel, matanya yang sembab ia tutupi dengan kacamata hitam. Untungnya tidak ada dari banyaknya SMA Cahaya Langit yang mengenalinya, jadi dengan leluasa ia bisa bergerak, termasuk mendekati salah satu supermarket terdekat depan hotel.

Setelah memastikan bahwa tidak ada anak seangkatannya disekitar supermaket, barulah Haira melepaskan kacamata hitamnya dan juga masker. Ia berniat membeli bubur instan dan beberapa snack sembari menunggu Rahma dan Fara, ia juga membeli keperluan pribadinya seperti tissue kering, tissue basah, dan pelembab.

Berkeliling rak-rak besar supermarket mengingatkan Haira pada saat ia masih kecil, dulu ia senang sekali ketika diajak ke supermarket oleh sang mama karena ia bisa bebas memilih snack dan es krim apa saja, apa yang ia tunjuk sudah pasti masuk ke dalam ke ranjang belanjaan sang mama. Mengingat itu, Haira lantas tersenyum sekilas. Ternyata waktu benar-benar berlalu begitu cepat, padahal baru kemarin rasanya Haira dipakaikan seragam SD oleh sang mama, dan rasanya juga baru kemarin melihat wajah sumringah dan antusias papahnya saat mengantar dan menjemputnya saat masih sekolah.

Semuanya berlalu begitu cepat, time flies. Dan Haira benar-benar merindukan momen dimana ia tidak mengenal apa itu kebohongan dan juga tangisan.

Ternyata sudah tiga puluh menit ia berjalan dari satu rak ke rak makanan lainnya, pantas saja kakinya sudah pegal dan kesemutan. Melihat ke arah belanjaannya, Haira tersenyum puas. "Huh, belanja emang senikmat itu. Selain bikin mood naik, guenya pun jadi happy." Haira memakai kacamata hitamnya kembali serta masker untuk menutupi wajahnya dari para netizen SMA Cahaya Langit. Lalu ia ikut mengantri di kasir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Catatan Sayang Untuk HairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang