"Rul, lo beneran gak naksir sama Abiel?"

Pertanyaan itu lagi. Padahal berulang kali Arul mengatakan tidak, tapi Alma masih bersikeras.

Dasar keras kepala.

"Lo mau nanya berapa kali pun jawaban gue sama, Al."

"Kenapa? Abiel kan cantik, lemah lembut, pinter. Masa iya lo gak naksir?"

Sebenarnya Arul memang sedikit tertarik sih. Tapi hanya sedikit. Perasaan nya itu tidak sampai harus membuatnya bersaing dengan Alva.

Dan Arul juga tidak berminat untuk itu.

"Gue udah biasa sama yang modelan berisik, yang kalem jadi gak menarik."

"Berisik? Siapa?"

"Lo."

Alma memukulkan bantal yang di pangku nya pada Arul.

Tidak sakit kok. Cuma memar-memar paling.

"Tapi serius, Rul. Lo coba deh bikin Abiel suka sama lo, siapa tau bisa. Jadinya kan nanti Alva sama gue."

Wah, koslet nih anak.

"Yang keseleo itu kaki, atau otak lo sih, Al?"

"Kenapa emang?"

"Ya lo gila? Ngapain gue ngerebut gebetan Alva, sahabat gue sendiri?"

"Kan demi gue, Rul. Gue juga sahabat lo kan?"

Biarpun Alma menangis darah, Arul tidak akan mau menuruti ide gila nya itu.

"Mau lo sahabat, saudara, bahkan orang tua gue sekalipun, gue gak bakal ngikutin ide gila tadi. Orang tuh kalau sahabatnya lagi cinta sama orang di bantuin, bukan di tikung!"

Alma cemberut, "Berarti gue udah gak ada harapan ya?"

"Udahlah, Al. Cowok masih banyak. Lo itu cantik, pinter, pasti banyak yang naksir."

Alma mengerutkan keningnya, "Gak salah lo bilang gue cantik? Mau di bayar berapa lo?"

Menyesal Arul.

"Bayar pake pengabdian seumur hidup."

"Ngaco! Lagian cowok emang banyak, tapi kan lo gak pernah ngizinin gue deket sama cowok lain!"

"Kapan gue ngelarang lo sama cowok lain?"

"SERING! Salah satunya Deri, yang kemarin lo liat bareng gue di sekolah."

"Gini ya, Al. Gue gak larang lo sama cowok manapun, asalkan tuh cowok lebih baik, lebih pinter, lebih ganteng, lebih bisa di percaya di banding gue sama Alva. Apalagi kan lo abis naksir Alva, masa dapetin ganti yang gak sebanding?"

Tidak muluk-muluk kan syaratnya? Itu mudah kok.

"Mampus ajalah lo, Rul."

******

Abiel merenung sendiri di rumahnya. Di tempat dia belajar melukis bersama Kak Arul semalam.

Sedari tadi dia mencoba untuk melukis, menerapkan ilmu yang dia dapat dari Kak Arul. Tapi tidak berhasil.

Sepertinya memang kuas-kuas itu tidak bisa bersahabat dengan Abiel.

Lain hal dengan Kak Alma. Pasti dia jago.

Mengingat Kak Alma dan Kak Arul, Abiel jadi ingat percakapan nya dengan Kak Arul tadi. Secara tidak langsung, Abiel sudah di tolak duluan ya?

Meski tidak tahu alasan kenapa Kak Arul melarang Abiel menyukainya, Abiel tetap kepikiran.

Apa sebenarnya dia menyukai Kak Alma, tapi gengsi mengakuinya depan Abiel?

Bisa saja kan?

Lagian kenapa Kak Arul harus bersikap semanis itu pada Abiel kalau tidak mau membuat Abiel jatuh hati?

Eh, tapi, sepertinya pada Kak Alma pun dia begitu. Berarti, ini murni salah Abiel yang terlalu baperan.

Terdengar suara notifikasi dari ponsel Abiel.

Alva

Bil?
Dirumah?

Iya, Va
Kenapa?

Aku main boleh?
Lagi gabut di rumah

Abiel menimbang sejenak. Moodnya kali ini sedang tidak bagus. Tapi, sepertinya Alva bisa menjadi tempatnya untuk bercerita.

Seorang Alva, tidak mungkin cepu kan?

Alva

Boleh
Aku juga lagi mau ada
yang di ceritain

Oh sama dong
Aku kesana ya

Iya

Tidak lama, Alva betulan datang. Abiel mengajaknya duduk di tempatnya tadi.

"Jadi, kamu mau cerita apa, Bil?" tanya Alva.

"Eh, kamu dulu aja, Va."

"Kamu dulu, ladies first."

Abiel menghirup nafas dalam. Semoga bercerita pada Alva bukanlah keputusan yang salah.

"Janji jangan cepuin aku ya?"

"Iya, Abiel."

"Aku suka sama Kak Arul."

******

Alva tertegun.

Apalagi ini?

Baru kemarin dia mendengar dari Arul kalau Alma menyukainya, lalu beberapa jam lalu Alva mengatakan pada Alma kalau dia menyukai Abiel, sekarang tiba-tiba Abiel malah mengatakan dia suka pada Arul!?

Memangnya boleh serumit ini?

Ditambah lagi Arul yang kemungkinan menyukai Alma. Meski belum ada pernyataan resmi, Alva cukup yakin akan hal itu.

"Aku gak salah denger kan, Bil?"

"Nggak, Va. Aku emang punya perasaan lebih ke Kak Arul."

"Kok bisa?"

Kalau di dalam hati, itu berbunyi "Kok sakit?"

"Gak tau. Aneh ya? Padahal aku ini orang baru, tapi main suka-sukaan aja. Kamu tau tadi Kak Arul bilang apa?"

"Apa?"

"Dia larang aku suka sama dia."

"KAMU CONFESS KE ARUL?"

Untungnya, Abiel menggeleng. Alva jadi sedikit lega. "Nggak, cuma tadi aku sempet bilang kalau aku lagi suka sama sahabatku sendiri. Terus dia bilang kalau aku boleh suka sama sahabatku, asalkan jangan dia."

Itu pasti karena Arul tahu Alva menyukai Abiel, makanya dia mencegah Abiel menyukai Arul.

Sayangnya tindakan itu terlambat.

Ternyata nyess juga ya rasanya? Apa Alma juga merasakan begini saat bersama Alva tadi?

Kalau iya, berarti Alva dapat karma secara instan.

"Yang kamu suka dari Arul itu apa, Bil?"

"Kak Arul baik, care, terus sikapnya itu manis banget. Gimana ya? Aku gak bisa jelasin, Va. Yang jelas, kadang aku cemburu liat interaksi dia sama Kak Alma. Aku ini gak tau diri ya?"

Pantas Abiel langsung diam saat Alva menyinggung soal Alma dan Arul semalam.

"Gak gitu, Bil. Yang namanya suka sama cemburu itu bisa sama siapa aja. Dan kita gak bisa milih buat itu."

Abiel tersenyum tipis. "Kalau kamu tadi mau cerita apa?"

Kalau Alva menceritakan soal Alma yang menyukainya pada Abiel, Abiel pasti akan kembali berharap pada Arul.

Sepertinya, akan lebih baik kalau Abiel tidak tahu dulu untuk saat ini.

Maaf kalau Alva egois. Dia hanya sedang berusaha.

"Aku lupa, Bil."

*****

Yuhuuuu kisah klasik kembali!!!

Jangan lupa tinggalkan jejak ya!

Kisah Klasik [SLOW UPDATE]Место, где живут истории. Откройте их для себя