7. Melukis

173 37 0
                                    

Enjoy❤️❤️❤️

******

Abiel memandang cowok yang sedang menggoreskan cat pada kanvas itu tanpa sadar. Soalnya, niat Abiel adalah memperhatikan cara Kak Arul melukis, tapi matanya justru terfokus pada wajah Kak Arul.

Untungnya Kak Arul juga fokus pada kanvas, jadi tidak menyadari apa yang sebenarnya Abiel perhatikan.

Abiel sendiri masih tidak habis fikri.

Bagaimana bisa Abi nya bersikap seramah itu pada Kak Arul saat datang tadi? Padahal Kak Arul datang di jam 7 malam. Catat, Malam. Tapi Abi nya sama sekali tidak terlihat curiga, dan justru langsung percaya saat Abiel berkata akan belajar melukis.

Benar-benar di luar nurul.

Ya, memang tadinya janjian mereka adalah sedari sore. Tapi saat mendekati jam yang di janjikan, Abiel baru ingat bahwa dia ada tugas Fisika yang harus di kumpulkan besok. Tentunya lebih mendesak, jadi dia memundurkan waktu belajar melukisnya.

Dan baiknya, Kak Arul mau.

"Nih, Bil, coba lanjutin." Kak Arul tiba-tiba menyerahkan palet dan kuas pada Abiel.

"Tapi, Kak, aku kan belum bisa?"

"Iya makanya belajar, Abiel. Kalau gak di coba, ya gak bakal bisa."

Benar juga sih.

Abiel menerima kuas dan palet nya, melanjutkan lukisan Kak Arul yang sudah di buat sketsa sebelumnya.

Jangan tanya siapa yang membuat sketsanya, sudah pasti Kak Arul juga.

"Nah itu udah termasuk bisa, Bil. Tinggal belajar buat gradasi warnanya aja, kalau bisa sampai keliatan jelas arah cahaya dari gambarnya itu sebelah mana."

"Pasti bilang gitu gara-gara lagi di depan aku kan? Padahal dalem hati lagi mencaci."

Sekilas, Abiel melihat Kak Arul tersenyum dari ujung matanya. Seperti biasa, senyumannya sangat manis.

Kak Arul itu selain manis, ganteng juga. Pintar? Jelas. Bakat? Melukis, main musik, suara juga oke. Keren malahan. Sikap? Sangat-sangat sopan.

Sebenarnya, Kak Arul itu mempunyai kekurangan tidak sih?

"Jangan suka berpikir negatif, Bil. Kecuali kamu emang punya kekuatan yang bisa baca pikiran orang."

Sebentar. Tadi Kak Arul bilang 'kamu' pada Abiel ya?

Kok Abiel senang?

Padahal kan sama saja seperti Alva dan Kak Alma.

Cukup, Abiel tidak mau memikirkan hal itu terlalu jauh.

"Eh, tapi, Kak, aku penasaran. Kok bisa Abi sebaik itu sama Kak Arul?" Abiel mencoba mengalihkan topik.

"Loh? Emangnya selama ini Abi kamu gak baik?"

"Bukan gitu. Abi baik, tapi biasanya kalau ke temen-temen cowokku, Abi agak tegas gitu. Alva juga kayanya di perlakuin sama. Tapi kenapa Kak Arul nggak ya?"

"Abi kamu gak nganggep aku temen kamu kali. Bisa aja kan calon mantu?"

Saking terkejutnya dengan celotehan Kak Arul, Abiel refleks memukul lengan Kak Arul dengan tangan kanan nya yang masih memegang kuas. Otomatis kaos hitam Kak Arul itu terkena goresan cat berwarna jingga.

"Eh, maaf, Kak! Duh, beneran gak sengaja, aku refleks tadi." Abiel jadi panik sendiri.

"Wah, gak bisa di biarin ini."

Abiel yang sudah mulai curiga dengan tatapan Kak Arul yang terlihat jahil, langsung berdiri dan menjauh dari Kak Arul.

"Kak, jangan aneh-aneh, deh."

Kisah Klasik [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now