5. Our Time

195 34 9
                                    

Enjoy❤️❤️❤️

******

Persentase semangat Alva hari ini bertambah menjadi 10000%. Tadi pagi, saat menjemput Abiel untuk berangkat sekolah bersama, Alva di suruh memanggil "Umma" pada Ibunya Abiel! Dan yng menyuruhnya adalah Umma itu sendiri.

Ya, meskipun sikap Abi nya Abiel tidak se-welcome Umma, tapi Alva merasa ini sudah cukup. Lagipula, ini kan baru permulaan. Alva masih memiliki banyak waktu kok untuk berusaha.

"Lo mau kemana, Va? Kantin kan sebelah sana?"

Alva tahu, Arul pasti kebingungan karena Alva justru belok ke kiri setelah mereka menuruni tangga, padahal kantin ada di sebelah kanan.

"Jemput Abiel, bukannya emang kita punya rencana buat ngajak dia istirahat bareng?" Alva mencoba mengingatkan Arul.

"Gak usah repot-rep--"

"Lo gimana sih, Rul? Kelas Abiel kan deket, tuh udah keliatan dari sini. Masa iya lo bilang repot?"

Seperti biasa, Arul menatap dengan tatapan jengahnya itu pada Alva.

Kalau soal tatapan, Arul itu nomor 1 pokoknya. Mau tatapan tajam, tatapan ingin tahu, tatapan apapun, dia juaranya.

"Liat noh, belakang lo. Itu yang gue maksud lo gak usah repot-repot."

Menurut, Alva memiringkan arah hadap nya, sehingga bisa melihat apa yang di maksud oleh Arul.

Ada Alma, bersama Abiel.

Ternyata Alva kalah start oleh Alma.

Tidak apa-apa, masih banyak waktu lain untuk berusaha.

"Yok, ke kantin!" Terdengar suara Alma begitu semangat.

Alma dan Abiel sudah jalan lebih dulu, di ikuti Arul dan Alva di belakang.

"Kalian cari meja aja, biar gue sama Arul yang beli makan. Mau apa?" tanya Alva pada dua cewek berhijab di depannya.

"Gue biasa ya, Va! Bil, mau apa?" Alma yang pertama kali menjawab.

"Euhh, samain aja deh, Kak. Tapi jangan pedes-pedes ya kalau makanan nya pedes,"

"Minumnya?"

"Air mineral aja."

Alva mengangguk mengerti, kemudian mengajak Arul menghampiri Ibu kantin.

"Caper lo keliatan, Va."

Alva mendelik dengan perkataan Arul barusan.

"Caper apaan? Gue gak caper."

Ya memang Alva tidak merasa mencari perhatian siapa-siapa. Alva hanya mencoba berbuat baik pada Abiel, memangnya salah?

"Bullshit lo."

Dih, Arul ini kenapa?

*****

Arul berdecak kesal ketika teman-teman di kelasnya sibuk membicarakan soal-soal ulangan harian tadi. Bagi Arul, apa yang sudah terlewati ya sudah, jangan di bahas lagi. Apa mereka ini tidak cape membahas ateri yang itu-itu saja sedari pagi?

Menambah waktu belajar di rumah saja kadang Arul malas.

Ajaibnya, Arul yang seperti ini justru bisa masuk kelas pilihan, dengan siswa-siswsi yang memiliki jiwa kompetitif, seperti Alva misalnya.

Oh, jangan lupakan Alma juga.

"Rul, lo puya perkiraan gak nilai lo nanti berapa?" tanya Alva, si manusia yang ingin selalu lebih unggul dari Arul.

Kisah Klasik [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now