6. Ada ya?

217 32 4
                                    

Enjoy❤️❤️❤️

******

Arul mengerjap. Dia ingin memastikan apakah pendengaran nya masih normal. Mungkin saja kan Arul salah dengar? Apalagi di sini sedang ramai.

"Coba ulang, Al, siapa namanya?" Tanya Arul memastikan.

"Alva, Rul."

Benar ternyata, Alma menyebut nama Alva.

"Alva, Alvaro? Si bule jangkung itu?"

Sejauh ini memang hanya ada satu Alva yang Arul kenal. Tapi kan Arul tidak tahu dengan Alma. Barangkali ada Alva-Alva yang lain?

"Iya, Alvaro. Alva yang sahabat kita."

Arul tidak sanggup menahan tawanya. Ia tahu ini salah, tapi mau bagaimana lagi? Rasanya geli sendiri mendengar Alma menyukai Alva.

"Ish, Arul! Kok lo ketawa? Emang ada yang lucu?"

"Sorry, sorry, Al." Arul menarik nafas, menetralkan diri agar bisa berhenti tertawa. "Gue gak maksud ngetawain lo, tapi lo bener suka sama Alva? Suka nya itu suka yang gimana?"

"Gue juga gak yakin, tapi perasaan gue itu beda kalau lagi sama Alva, gak kaya waktu sama lo. Gue gak bisa jelasin pokoknya."

Alma, sahabat kecilnya itu sudah tumbuh dewasa ternyata. Dia yang selama ini hanya merengek pada Arul dan Alva, baru saja menyatakan memiliki perasaan lebih pada Alva.

Arul sama sekali tidak keberatan. Jelas dia kenal Alva, dan jika memang mereka akan menjalin hubungan lebih dari sahabat, Arul setuju-setuju saja.

Asalkan Alva juga memiliki perasaan yang sama dengan Alma.

"Terus, lo mau gimana sekarang?" Tanya Arul, dia mengambil minuman yang tadi ia belikan untuk Alma. Meminumnya sedikit karena tenggorokannya terasa kering setelah tertawa tadi.

Jangan menegur Arul yang tidak meminta izin dulu pada Alma. Hal seperti ini sudah biasa terjadi di antara mereka. Yang ada justru akan aneh jika Arul atau Alma meminta izin hanya untuk sebuah minum atau makanan.

"Gak tau, sementara ini gue gak mau Alva tau. Masih mending kalau dia juga suka sama gue, kalau nggak? Gue belum siap patah hati."

Justru itu yang Arul takutkan. Jika hal itu terjadi, bukan hanya mereka, tapi Arul juga tentu akan terkena imbasnya.

Apalagi, melihat perilaku Alva pada Abiel belakangan ini. Rasanya kesempatan untuk Alma semakin tipis.

Bukannya Arul tidak mau membela Alma, Arul hanya mengatakan apa yang dia lihat. Sebagai sesama cowok, Arul tahu kalau Alva bukan hanya caper biasa pada Abiel.

"Bagus, Al. Saran gue sementara lo jangan terlalu nunjukin. Kalau Alva juga emang suka sama lo, biarin aja dia yang mulai duluan."

"Lo gak apa-apa, Rul?"

"Emang gue kenapa?"

"Ya takutnya lo gak suka kalau persahabatan kita tercemar gara-gara perasaan gue ini."

"Nggaklah, gue terserah kalian aja. Cuma masih sedikit gak nyangka."

Ternyata, sahabat jadi cinta itu benar ada ya?

******

Abiel senang, karena akhirnya dia di izinkan oleh Abi dan Umma nya untuk bermain ke rumah Kak Alma malam minggu ini. Dan ternyata, ada Kak Arul yang menunggu Abiel di depan rumah Kak Alma.

Tadi, Kak Arul memang sempat menghubungi Abiel dan menawarkan diri untuk menjemput ke rumah Abiel, biar membantu perizinan juga katanya. Tapi Abiel tolak, dia khawatir Abi nya bersikap kurang baik pada Kak Arul di depan Abiel.

Kisah Klasik [SLOW UPDATE]Kde žijí příběhy. Začni objevovat