CLBK | chapter 30

622 85 14
                                    

Hai hai~~~

Yang bab kemarin belum mencapai target vote+komennya, tapi nggak papa. Ini juga kebetulan baru bisa update lagi

Ayo semangatin aku biar lebih rajin update-nyaa😅

Ayo semangatin aku biar lebih rajin update-nyaa😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Maaf, Nak. Papa sudah gagal melindungi kamu."

Dada Asha bergejolak penuh amarah dan perih mendengar kalimat yang diucapkan papanya dengan mata berkaca-kaca.

"Bukan salah Papa. Aku percaya kalau Papa pasti akan maju paling depan untuk melindungiku kalau aku kenapa-kenapa."

Asha membiarkan dirinya berada dalam rengkuhan papanya cukup lama. Mereka hanya tinggal berdua di ruang tengah. Sengaja diberi waktu untuk bicara begitu Rena siuman setelah sempat pingsan karena terguncang dan dibawa ke kamar oleh Raka untuk istirahat. Sementara Risang pamit sebentar ke rumah sebelah--rumah orang tuanya.

"Lalu kenapa kamu merahasiakan masalah sebesar ini dari Papa, Nak?"

"Aku nggak mau Papa sama Mama sedih gara-gara aku salah memilih pasangan, makanya aku nggak cerita dulu," jelas Asha sedih. Hatinya terpilin ketika menggenggam tangan Malik yang mulai keriput dan tak sekekar dulu. "Selebihnya, karena aku sebenarnya malu. Semua orang mengenalku sebagai sosok wanita yang kuat dan mandiri. Nggak mungkin bisa didiskriminasi. Nggak mungkin membiarkan dirinya sendiri dipukuli. Makanya aku berkali-kali menangani kasus yang serupa, karena aku dipercaya untuk membantu para korban meraih keadilan. Tapi ketika aku mengalami itu... sulit untuk mengakui kalau aku ternyata lemah. Ini konyol, tapi aku takut pandangan orang lain terhadapku berubah, Pa."

Itu nyaris persis dengan yang Asha katakan kepada Risang kemarin.

"Jadi, bukan karena kamu ditekan keluarga Beni? Papa masih ingat betul, Beni datang dari keluarga yang terpandang. Mereka tidak akan membiarkan ada sedikit pun kecacatan yang menodai nama Atmaja. Bodohnya Papa nggak kroscek lebih dalam sebelum menerima dia menjadi bagian dari keluarga kita."

"Jangan ngomong gitu, Pa." Asha sengaja tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan papanya di awal. "Ini yang nggak aku suka. Aku udah duga Papa pasti bakal bereaksi kayak gini. Nyalahin diri sendiri terus."

"Itu karena Papa ikut andil mendorongmu masuk ke sarang psiko. Kalau Papa nggak kasih restu, kamu pasti bisa lebih cepat lepas dari pria tidak bermoral itu."

"Belum tentu juga, Pa. Papa kan tau, aku anaknya keras kepala. Kalau Papa nggak kasih restu, bisa jadi aku malah pilih kawin lari sama Beni."

"Asha!" Malik membelakak. Tersirat kekagetan dan ketidakpercayaan di matanya.

"Bercanda, Pa. Aku nggak mungkin melakukan itu."

Asha sering tidak bisa berpikir rasional ketika sudah berurusan dengan Beni dulu. Tetapi seandainya restu tak didapat pun, opsi untuk kawin lari jelas tidak akan pernah menjadi pilihan. Ia sangat mencintai kedua orang tua dan juga adik laki-lakinya. Mereka adalah pilar dalam hidupnya, yang membuat Asha masih bisa berdiri tegak hingga hari ini. Meninggalkan mereka hanya untuk kawin lari dengan orang gila sama saja dengan bunuh diri.

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar) - ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang