opening

2.4K 132 3
                                    

Cerita ini udah aku revisi beberapa bagian, jadi buat pembaca lama juga silakan baca lagi dari awal yaaa

Risang, aku nggak bisa menikahi kamu. Maaf.”


Voice note singkat yang dikirimkan calon istri Risang pada pukul tiga pagi itu, baru Risang dengarkan subuh tadi saat dibangunkan oleh mamanya, yang membawa Risang kini berada di jalanan kota Jakarta saat hari masih gelap. Menuju ke rumah orang tua Kinan sehari lebih cepat dari acara akad nikah yang seharusnya akan digelar di sana pada hari Sabtu.

Besok.

“Kinan, ayo dong angkat. Please,” racau Risang.

Emosi pria itu semakin meluap-luap karena panggilannya yang ke sekian belas kali itu masih belum juga diangkat oleh Kinan. Calon istrinya yang berniat kabur, atau mungkin malah sudah kabur, karena mendadak tidak ingin menikah dengan dirinya.

“Sialan, Kinan. Sialan!” Risang mengumpat kesal.

Sebab, lagi-lagi panggilannya berakhir tak terjawab meski statusnya terhubung. Kinan tidak mau repot-repot memblokir nomor teleponnya. Kinan juga tidak mematikan ponsel. Membuat Risang tampak semakin menyedihkan karena seolah hanya dirinya yang sedang kalang kabut di sini.

Pria yang berwajah kalut itu kembali menghubungi Kinan meski keyakinannya sudah semakin menipis. Mau menelepon ratusan kali pun, ia tak akan mendapatkan jawaban. Jika pun ada jawaban, pasti hanya akan membuat Risang semakin kacau. Sebab, dirinya mulai bisa menduga bahwa Kinan telah merencanakan ini jauh-jauh hari.

Why did you do this to me, Kinandari? Why?” erang Risang sembari memukul-mukul roda kemudi untuk meluapkan rasa frustrasi.

Konyol.

Sungguh konyol situasi yang Risang alami pagi ini.

Saat seharusnya ia diam di rumah karena masih dipingit, pria itu malah berada di jalanan yang lengang, mengemudikan mobil dengan kesetanan demi bisa cepat-cepat tiba di rumahsang kekasih. Pria itu hanya mengenakan celana kolor dan kaus lusuh yang ia pakai untuk tidur semalam, rambut awut-awutan. Bahkan pria itu itu melewatkan waktu subuh karena sudah terlalu kalut untuk memikirkan hal lain, selain Kinan.

Semesta masih sedikit berpihak pada Risang. Sebab, tak sampai satu jam kemudian pria itu sudah berdiri di depan gerbang tinggi yang melingkupi rumah megah yang ditinggali keluarga Kinan.

Satpam yang bertugas pagi itu langsung membukakan pintu gerbang, yang bisa bergeser otomatis, saat melihat mobil Risang yang sudah tak asing lagi.

“Terima kasih, Pak,” ucap Risang setengah berteriak kepada Pak Satpam setelah menurunkan sedikit kaca mobilnya.

CLBK (Cinta Lama Belum Kelar) - ON GOINGWhere stories live. Discover now