"Pftt"Suara tawa yang tertahan itu, dari sagara. alsara yakin, papanya mendengar suara itu. namun, papanya hanya diam saja.

"Kamu itu masih kecil alsara. Kamu masih butuh mama dan papa. Masih untung kamu gak jadi kami buang waktu itu"Ucap bia yang sedari tadi diam.

deg

'what? buang?' Batinnya dengan senyum miris.

"Harusnya kamu berpikir, pakai otak kamu. itupun kalau otak kamu masih berfungsi dengan baik. Mikir, gimana caranya mama dan papa bisa bangga sama kamu!"Ucap geo sambil menunjuk nunjuk keras kepala alsara.

"Pah"Panggil alsara lirih. Geo mengangkat satu alisnya dengan tatapan kearah alsara.

"Apa?mau nyangkal kalau kamu gak ngeremehin papa sama mama lagi? iya?"Tanya geo.

"Aku sebenernya siapa?"Tanya alsara dengan air mata yang tidak bisa tertahan lagi, pada akhirnya pertahanan alsara runtuh.

"Papa tau gak sih?Aku cape harus belajar terus. aku cape selalu dituntut untuk sempurna, Aku sakit waktu papa bilang aku anak yang gak bermoral. Apa aku seburuk itu?"tanya alsa sambil mendongak menatap geo yang hanya terdiam sambil meredam emosinya.

"Apa.. gak ada celah dihati papa untuk aku?" Lanjutnya dengan derai air mata yang terus menerus keluar. entah dapat darimana keberanian itu, yang jelas alsa ingin mengeluarkan semua yang ada di kepalanya.

"Sejak kamu hilangkan nyawa anak saya, kamu nggak pernah jadi anak saya lagi. kedua anak saya sudah mati."Tegas geo, setelahnya pria itu menyeret alsara kekamarnya, dan mengunci pintu kamar itu.

Didalam, alsara sudah menangis sejadi jadinya.

Alsara bingung

Alsara benci kebingungan

Alsara cuma mau disayang!

Matanya yang sayu, kini perlahan terbuka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matanya yang sayu, kini perlahan terbuka. dikamar itu, akhirnya ia membuka jendela agar udara segar masuk. Hari libur yang sudah direncanakannya gagal begitu saja.

Namun alsara sudah biasa akan hal itu, Karena hari liburnya akan selalu dipenuhi dengan kertas kertas kertas dan kertas.

Mau muak pun, alsara tidak bisa. ini semua, Agar papanya tidak memarahinya lagi.

Gadis itu beranjak dari tempat yang sedari kemarin ia duduki. Tubuhnya terasa begitu nyeri.

Ia terduduk di meja belajarnya, dan mulai membuka buku. Ia belajar, Belajar dan belajar.

sampai jam menunjukkan pukul 14.20 ketukan yang berasal dari luar kamar itu mulai terdengar, suara laki laki yang sangat dikenalnya mulai lewat indra pendengarannya.

"Alsa, ini gua aksa. buka."Suara tegas itu ada dibalik pintu.

"Aku belajar"Ucap alsara sedikit keras, Ketukan pintu kamarnya semakin brutal. seakan, aksa tidak takut papanya yang siap menghajarnya kapanpun.

Dibuka-kanlah pintu itu, Terlihat aksa dengan kaos oblong bewarna hitam dan celana pendeknya berada didepan kamar alsara dengan sepiring nasi goreng.

"Makan, dari kemarin lu belum makan"ucap aksa datar. Ah, alsara benci sorot itu. sorot kasihan yang sangat sangat dibenci alsara.

Sorot itu membuat alsara menjadi seolah, sangat menyedihkan.

Tapi, siapa yang tidak kasihan dengan keadaannya sekarang? Pipi yang bengkak, Mata yang sembab dengan rambut yang acak acakkan. Bajunya rusuh, dan Terdalat goresan dan noda darah di tangannya.

"Apa aku boleh makan?"Beo alsa. Aksa menaikkan satu alisnya bertanya.

"Maksud lo?"

"Bukannya, aku dilahirin cuma buat belajar dan muasin papa sama mama dengan prestasi ya?"Tanya alsa dengan matanya yang sayu. aksara terdiam mendengar jawaban selaligus pertanyaan dari adik perempuannya itu.

setelahnya alsara tersenyum lebar, lalu mengambil sepiring nasi goreng yang ada ditangan aksara. "Jangan kasihan sama aku, Aku gak semenyedihkan itu"Bisik alsara, lalu menutup pintu kamarnya perlahan.

Aksara, Menatap pintu dihadapan nya lamat lamat. Aksara benci alsa, Namun aksara juga sayang alsa.

Puk puk buat alsara:(

Haiii olll, how's ur dayy?!
Hari esok masih ada, tenang aja yaa.

anw guys maaf banget aku telat up:(, kemarin aku padet banget hehe.

anw rate chap ini dari 1/10 yaaa!

Zie, 04-02-2024

Bintang itu belum redupWhere stories live. Discover now