" Siapa bilang mas marah? " Tanya pria itu setelah berada didekat istrinya.

" Itu tadi mas marah sama aku, " gumam Ning Ziya dengan lirih menjawab pertanyaan suami nya tanpa berani menatap kearah sang empu.

Gus Varo semakin mengikis jarak diantara keduanya. pria itu mengulurkan kedua tangannya untuk memeluk hangat tubuh istrinya yang entah semenjak kapan sudah agak terasa sedikit lebih berisi daripada sebelumnya.

" Maaf ya humaira nya mas. bukan bermaksud marah, tapi kamu sekarang sudah punya suami. mas ingin jika kamu pergi keluar harus ada mahram yang menemani. bukan jalan sendirian. kamu ingat posisi kamu sudah menjadi seorang istri sekarang. mas tidak ingin jika tiba-tiba sewaktu kamu jalan sendirian terus ada yang menggoda kamu karena mereka kira kamu masih lajang, " jelas Gus Varo dengan penuh kelembutan dan enggan untuk melepaskan pelukannya terhadap Ning Ziya.

" Wallahi, mas tidak ridho sayang, " lanjut pria itu.

Ning Ziya pun semakin merasa bersalah akan tindakannya beberapa saat yang lalu terhadap suaminya. perempuan itu semakin mengeratkan pelukannya dan menggumamkan kata maaf kepada Gus Varo.

" Maaf mas, aku bersikap kekanakan "

" Jangan sedih! mas juga minta maaf karena nolak permintaan kamu tadi. lain kali kita pergi ke museum. dan sebagai gantinya, nanti malam kita ke pasar malam, " sahut Gus Varo berusaha mengembalikan suasana hati istrinya menjadi lebih baik dan melupakan kesedihannya.

" Naik motor ya, " pinta Ning Ziya menatap binar kearah suaminya.

Gus Varo hanya mengangguk yang tandanya pria itu menyetujui keinginan yang dilontarkan Ning Ziya.

" Mas, tiba-tiba aku ingin makan kukis cokelat, " ucap Ning Ziya setelah terdiam beberapa saat.

" Ingin mas belikan? " Tawar Gus Varo yang dibalas gelengan kecil oleh Ning Ziya.

" Tidak mau. aku inginnya kamu yang buat. tapi kukis cokelat nya harus rasa stroberi, " balas Ning Ziya yang membuat Gus Varo mengerutkan dahinya heran.

" Kalau kamu minta kukis cokelat, pasti rasanya juga cokelat sayang. tidak mungkin jadi rasa stroberi, " ujar Gus Varo menatap istrinya aneh.

" Tidak mau tahu. yang penting aku ingin makan itu sekarang, " balas Ning Ziya yang sudah mulai mengeluarkan rengekannya.

Tak enak hati menolak keinginan sang istri, Gus Varo pun terpaksa mengiyakan. biarlah ia mencari tahu bagaimana cara membuatnya nanti. mungkin pria itu akan bertanya kepada uminya atau Ning Kirana.

" Kamu sudah sholat dhuhur? " tanya Gus Varo yang dibalas anggukan oleh Ning Ziya.

" Kalau begitu kamu tidur siang dulu sambil menunggu mas membuat kukis cokelat permintaan kamu, " titah pria itu.

" Na'am zauji. aku tunggu, " ujar Ning Ziya dengan semangat mulai meninggalkan Gus Varo sendirian di ruangan tersebut.

Namun tak lama Ning Ziya membalikkan dirinya menuju ke tempat suaminya dan seketika meninggalkan kecupan manis di pipi suaminya.

" Biar semangat, " ucap Ning Ziya tak melunturkan senyumannya.

Sementara sang empu yang mendapat serangan mendadak itu hanya senyum-senyum bak orang gila. bahkan seluruh wajah pria itu sudah memerah salah tingkah.

Daripada berdiam sendirian tidak jelas di ruangan tersebut, Gus Varo langsung melangkahkan kakinya kearah dapur dan tak luput jari-jemarinya mengotak-atik benda canggih persegi panjang miliknya.

" Assalamualaikum mas. ada apa? " sahut umi Laila diseberang sana.

" Waalaikumussalam, mas boleh minta tolong? " tanya Gus Varo tak lama kemudian.

" Minta tolong apa mas? umi akan bantu kalau bisa "

Gus Varo ragu-ragu dan terdiam beberapa menit sebelum akhirnya menyampaikan keinginan aneh yang dimiliki istrinya.

" Umi tahu cara membuat kukis cokelat rasa stroberi tidak? " ujar Gus Varo yang membuat lawan bicaranya kebingungan.

" Maksud kamu apa mas? kalau ingin kukis cokelat pasti rasanya cokelat. bukan malah jadi stroberi. kamu mengantuk? " Balas umi Laila.

" Varo tahu umi. tapi ini permintaan istri Varo, " jawab Gus Varo.

" Permintaan istri kamu? yang benar? " tanya umi Laila yang sepertinya wanita itu sedang memastikan sesuatu.

" Mas tidak mungkin membohongi umi. bahkan mas juga heran dengan permintaan aneh Ning Ziya "

" Jangan-jangan istri kamu mengidam mas? sudah berapa lama istri kamu telat haid? istri kamu akhir-akhir ini ada gejala muntah tidak? istri kamu hamil mas? sudah kamu periksa ke dokter belum? " tanya umi Laila beruntun menumpahkan segala perdebatan di kepalanya.

Gus Varo yang mendapat pertanyaan beruntun seperti itu pun terdiam. pertanyaan dari uminya tersebut malah membuat pria itu menjadi kepikiran.

" Ning Ziya telat dua minggu daripada jadwal biasanya, " batin pria itu.

" Mas Varo! kenapa diam? apa jangan-jangan yang umi bilang benar? " gertak umi Laila diseberang sana yang sudah tak sabaran.

Gus Varo pun terhenyak dari lamunannya dan mulai menjawab pertanyaan umi Laila.

" Istri mas sudah telat dua minggu daripada jadwal biasanya umi, " balas Gus Varo yang mendapatkan pelototan kaget dari umi Laila yang sayangnya tak terlihat oleh dirinya.

" Kamu ini bagaimana mas? masa istri sendiri sedang hamil tidak tahu?, " omel umi Laila kepada anak sulungnya.

" Belum tentu umi. istri mas juga tidak pernah muntah-muntah seperti apa yang umi bilang, " elak Gus Varo.

" Belum tentu apa maksud kamu? itu sudah jelas mas. orang hamil itu tidak semua harus ada gejala mual. lebih baik kamu bawa istri kamu periksa sekarang. umi yakin istri kamu hamil. atau kalau mau, umi sekarang akan ke rumah kalian dan langsung bawa istri kamu ke rumah sakit, " ujar umi Laila begitu excited.

" Ning Ziya baru saja tidur siang umi, " sahut Gus Varo terlihat enggan untuk membangunkan sang istri.

" Kalau begitu umi kesana dengan adik kamu. sekalian umi belikan testpack untuk istri kamu. kita tunggu istri kamu bangun untuk cek hasilnya nanti. kamu diam saja. umi siap-siap dulu, nanti umi bantu membuat kukis untuk memenuhi rasa mengidam istri kamu, " cerocos umi Laila tanpa henti.

" Iya umi, mas tunggu dan hati-hati dijalan "

" Iya, umi tutup telfonnya. assalamualaikum "

" Waalaikumussalam, " jawab Gus Varo sebelum sedetik kemudian sang umi memutuskan sambungannya.

" Apa benar istri saya hamil? "

" Ya Allah semoga saja sesuai dengan apa yang saya pikirkan, " gumam Gus Varo ditengah kesendiriannya.

.
.
.
.
.

Vote dan komen!!

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Guliran Tasbih Aldevaro [Open PO]Where stories live. Discover now